[SYMAA•21] Peony Putih

273 36 0
                                    

Mari kita mundurkan alur sejenak untuk identitas dari si Peony putih.

Harusnya kalian semua udah bisa nebak lah, ya.

.

.

.

"Hari-hari normal bersama pekerjaan."

Kalimat itu berasal dari Xichen yang baru saja menduduki kursi kemudi di mobilnya. Sesaat memejamkan matanya untuk mengusir lelah.

Ia kemudian menyalakan mesin mobil dan mulai menyetir di sepanjang jalan yang lengang.

Matanya tetap fokus ke jalanan sampai tiba-tiba muncul pemuda yang berdiri tepat di depan mobilnya dengan berani.

Hal itu tentu saja membuatnya harus berhenti mendadak. Xichen mengerutkan dahinya saat melihat pemuda itu terengah-engah, tangannya bertumpu pada kap mobil untuk menopang tubuh.

"T–tolong aku!" ucap pemuda itu dengan nafas tak teratur.

Xichen menatap pemuda itu. Jas dan kemeja yang tak terkancing rapi, serta dasi yang dilonggarkan, membuat penampilannya agak berantakan.

"WOI SIALAN! JANGAN LARI KAU!"

Dari kejauhan, Xichen bisa mendengar segerombolan orang datang ke arah mereka. Wajah pria itu makin panik, ia akan lari dari sana sebelum Xichen menahannya.

Xichen membuka kaca jendela dan menyembulkan kepalanya keluar. "Masuklah!"

***

"Aku berterimakasih padamu," ujar pria itu sambil menyeka keringat yang menitik di dahinya.

Xichen menepikan mobilnya di pinggir jalanan, kemudian berjalan keluar diikuti si pria tadi. "Siapa namamu?"

"Jin GuangYao."

Xichen menatap pria yang jauh lebih pendek darinya itu. Cukup manis sepertinya. "Tidak keberatan jika kupanggil A-Yao?"

"Eh?" Pria itu menatap Xichen heran. Seakrab apa mereka sebenarnya? "Boleh saja."

"Aku Xichen." Ia kemudian duduk di salah satu bangku yang ada di sana. "Baiklah, mengapa kita tidak duduk dan berbincang tentang mengapa kau dikejar-kejar seperti tadi?"

"Aku ..." A-Yao berdiri tepat di depan Xichen yang tengah duduk sambil menyilangkan kakinya.

"Ck." Xichen memutar bola matanya kemudian menarik A-Yao untuk duduk di dekatnya. "Tak usah sungkan denganku."

A-Yao menatap wajah Xichen. Lengan keduanya saat ini tengah bersentuhan. Walau kulit mereka saat ini dilapisi oleh jas dan kemeja, tapi entah mengapa hangatnya kulit Xichen bisa mencapai hati A-Yao.

Ia memalingkan wajah dan memilih untuk menatap tanah. "Sebelum dipungut oleh pimpinan, aku hanya gelandangan di pinggir jalan."

"Orang tua ke mana?"

"Ibu adalah salah satu istri dari penguasa klan di luar kota ini, beliau sudah meninggal. Semuanya memanggil ibu pelacur, padahal orang itu yang menghamili paksa Ibu," lanjut A-Yao tanpa menyebutkan nama si ayah sama sekali.

Tangan Xichen bergerak untuk menyentuh puncak kepala A-Yao. "Lalu setelahnya kau pergi meninggalkan kota kelahiranmu dan berakhir di sini?"

Second Young Master and Assassin [BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang