Lembaran kertas itu terjatuh dari tangan Xichen saat membaca halaman terakhir. Ekspresinya menunjukkan ketidakpercayaan, marah, dan jijik. "Kakek tua, sialan!"
Pantas saja tadi Wangji terlihat berjalan dengan aura tak mengenakkan di sepanjang lorong mansion. Ternyata ini penyebabnya.Ia meremas map yang ia pikir sudah kosong itu. Ia pikir sudah tak ada isinya, sebelum sesuatu yang menjanggal dirasakan oleh tangan Xichen.
Pria itu kembali mengintip ke dalamnya dan ternyata ada amplop tipis yang tertinggal di sana.
Dengan emosi yang meluap-luap, Xichen mengeluarkan lalu merobek amplop itu dengan tak sabaran.
Yang ia temukan adalah secarik kertas beserta pin peony putih yang sebelumnya ia berikan pada A-Yao. Nafasnya tertahan sesaat, pikirannya mencoba menerka-nerka tentang apa yang terjadi pada A-Yao.
Apa kau senang dengan hadiahnya? Saat kau membaca ini, kepalaku mungkin sudah lepas dari tubuhku.
Aku tak menyesal melakukan ini. Saat kukirim benda itu, aku sudah siap mati.
Terima kasih untuk kata-katamu. Kau telah menyentuh hatiku, membuatku merasa nyaman.
Kukembalikan barang milikmu, lebih baik kau simpan saja. Aku tak ingin membawanya mati bersamaku.
Benda sesuci ini tak sepatutnya terkena noda darahku yang hina.
Peony Putih
Jin GuangYaoPikiran Xichen yang tadinya dipenuhi emosi dan dendam, seketika kosong dan hampa.
Ia menggeretakkan giginya kemudian meremas kertas itu. Dengan langkah besar ia berjalan menuju pintu ruangannya dan membuka dengan kuat.
Di sana ia bisa melihat Wangji yang tengah bersandar di salah satu pilar mansion. Mereka beradu tatapan, saling membaca pikiran masing-masing.
"Bagaimana?"
"Siapkan pasukan."
***
Xue Yang dengan ragu mengetuk pintu ruangan Xingchen. Sesaat setelah terdengar suara Xingchen dari dalam, ia melangkah masuk.
Dapat ia lihat Xingchen yang merosot lemas di salah satu sofa, terlihat sangat kelelahan. Salah satu tangannya ia letakkan di bawah kepala untuk dijadikan bantalan.
Senyum jahil muncul di bibir Xue Yang. Dengan perlahan ia dekati pria itu. Dengkuran halus keluar dari bibirnya, Xingchen tertidur.
Xue Yang sedikit membungkuk untuk melihat wajah halus pemuda itu, kemudian ia belai surai legamnya. Dalam jarak sedekat ini, ia bisa mencium aroma vanila yang lembut.
Pria yang dalam keadaan setengah tersadar itu akhirnya membuka mata. Saat dilihatnya mata ruby itu, otaknya sempat mati beberapa detik.
Lima detik berlalu dalam keheningan sampai Xingchen yang sadar sepenuhnya tiba-tiba bangkit dari posisinya dengan semburat merah di wajah.
"A–ah ... maaf, aku tertidur ...." Xingchen mengusap tengkuknya yang merinding. Kapan terakhir kali ia berada dalam posisi sedekat itu dengan Xue Yang?
Susah payah Xue Yang menahan senyumnya, tapi gagal juga. "Tidak apa, Xingchen yang tertidur sangat lucu."
Melihat senyum itu, Xingchen sangat ingin mengubur dirinya di lubang yang paling dalam. "Jangan main-main!" Setelah berhasil menetralkan ekspresinya, Xingchen mulai serius. "Ada apa?"
"Kau tau pistol model GRAUGEIST?" tanya Xue Yang to the point.
Kening Xingchen mengerut sesaat. "Kalau tak salah itu nama merk kuno dari Eropa. Seingatku hanya ada satu toko antik yang menjual model itu."
"Di mana?"
"Sebentar." Xingchen bangkit dari posisinya, kemudian duduk di depan monitor dan mulai membuka peta lokasi yang ada di komputernya.
"Tempatnya agak jauh, jika menggunakan mobil, itu bisa memakan sekitar tiga jam. Kau mau ke sana?" Xingchen menoleh dan mendapati pria itu sudah keluar dari ruangannya.
***
Dengan skill ngebutnya, Xue Yang sampai di parkiran toko hanya dalam waktu 2 jam 30 menit.
'QINGHE NIE : antique collection'
Itulah yang tertulis di papan tokonya.
Xue Yang terhenti tepat di depan pintu masuk toko saat melihat pria—seumuran Qiren—yang tengah membersihkan salah satu guci antiknya.
"Masuklah," ujar pria yang diduga Xue Yang sebagai pemilik toko. "Apa yang Anda cari?" tanyanya saat Xue Yang masuk.
Ia memperhatikan seluruh toko. Sepi, tak ada orang lain lagi, apa ia bekerja mandiri? Xue Yang sempat melirik papan nama pria itu, Nie Mingjue, itu yang tertulis.
Ia mengetukkan jemarinya di meja kerja Mingjue sambil memperhatikan seluruh barang toko. "Apa sebelumya pernah ada pistol Graugeist?"
Mingjue mengusap dagunya. "Kalau tak salah, pernah ada satu sebelumnya di sini. Tapi sekitar dua tahun yang lalu itu terjual oleh seseorang."
Tanpa sadar Xue Yang menggebrak meja saking semangatnya. "Siapa?! Apa kau mengingat sosoknnya?! Tolonglah ... ini sangat penting!"
"Tenanglah, ingatanku tak bisa langsung mengingat semua pelanggan dua tahun lalu," sanggah Mingjue. "Tapi aku yakin yang membeli itu pria ... oh, tunggu sebentar.."
Mingjue mulai memeriksa satu persatu tumpukan buku di sana. "Aku rasa itu ada di sana ...."
Xue Yang mengerutkan kening, melihat itu hanya mengikis kesabarannya yang memang sudah setipis tisu dibagi dua. "Ck, apa yang sebenarnya kau lakukan?"
Mingjue akhirnya menemukan apa yang ia cari. "Aku biasa mencatat setiap pembeli berserta barangnya. Coba kucari dulu, mungkin ada catatan dua tahun yang lalu di sini," ujar Mingjue sambil meneliti setiap halaman.
Dengan tak sabaran Xue Yang merebut buku setebal tiga jari itu dan membalik halamannya dengan brutal. Matanya bergerak cepat memperhatikan tiap tahun yang tertulis.
Kejadian itu sudah 2 tahun yang lalu, jadi seharusnya 'orang itu' datang ke toko ini pada sekitar tahun 2021.
Ia sampai pada bagian tahun 2021, Xue Yang mulai menurunkan kecepatannya. Matanya membaca setiap nama yang ada di sana tanpa terlewatkan satu pun. Ia bahkan sempat melihat nama Xingchen tertulis di sana.
Matanya berbinar saat menemukan nama yang ia cari. Seringai muncul di bibirnya, Mingjue bahkan sampai merinding dibuatnya.
SONG ZICHEN : PISTOL GRAUGEIST
To Be Continued
Serapat apapun kau menyembunyikan bangkai, suatu saat baunya akan tercium juga.
🪳-Xie Antares-
![](https://img.wattpad.com/cover/330577606-288-k352229.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Young Master and Assassin [BxB]
AçãoWei Wuxian, seorang pembunuh bayaran yang terbebani masa lalu kelam yang melibatkan keluarganya. Kini ia ditugaskan untuk melakukan pembunuhan terhadap Lan Wangji, tuan muda kedua dari keluarga mafia terkenal. Saat pertemuan mereka berulang, seperti...