[SYMAA•16] Luka Lama

290 35 0
                                    

Chapter ini lebih terfokus pada kisah Xue Yang dan Xiao Xingchen.

Happy Reading

Xingchen tak bisa bergerak, ia terikat pada tiang di suatu ruangan. Ia hanya bisa pasrah saat menyadari jika Wei Wuxian melupakan dirinya di sini.

Ia menatap pria yang kini menatap balik dari kursinya. Pria itu mengelus lengannya yang diikat kain kasa putih. Itu hasil luka tembakan Xingchen.

"Aku tak tau, kalau kau cukup ahli juga dalam hal ini." Pria itu berdiri dan melangkah mendekat ke arah Xingchen. "Apa kalian sudah bersama sekarang?" tanyanya setelah berdiri tepat di depan Xingchen.

"Apa maksudmu?!" tanya Xingchen sambil menggeram, meski ia tau apa yang dimaksud pria ini.

Xue Yang, pria itu dengan santai kembali melanjutkan, "Ya ... pria itu. Apa kalian sudah tidur bersama, hm?"

Xingchen makin tak suka dengan topik pembicaraan yang makin melantur ini. "Xue Yang! Kau jangan asal bicara sekarang!"

Xue Yang menatap sinis Xingchen. Jujur saja, hatinya juga panas saat membicarakan ini. "Asal bicara? Tinggal seatap dengannya, tak menutup kemungkinan kalian akan melakukannya bukan? Kali ini siapa yang di atas? Kau atau—"

"Xue Yang, cukup! Hentikan!" bentak Xingchen.

Xue Yang tertawa sumbang, berusaha menyembunyikan perih di hatinya. Ia kemudian menarik kerah Xingchen, menatap lekat iris kelabunya.

"Aku yakin dugaanku benar. Aku tau itu, saat aku mengatakan dia yang telah membunuh A-Qing kau tak percaya dan memilih meninggalkanku." Xue Yang lagi-lagi tertawa, berusaha menyembunyikan perih di hatinya.

Luka lama telah terbuka kembali.

"Kau ingat impian kita? Kita bermimpi bersama untuk menjadi spyier organisasi D'Cloud. Namun karena pria itu, kurelakan impianku. Karena aku tak sekuat itu untuk melihat orang yang telah membunuh A-Qing." Ingatan tentang bagaimana A-Qing tewas kembali terputar di benaknya.

"Aku biarkan kau dan dia bekerja di satu atap yang sama. Sementara aku di sini selalu dihantui bayang-bayangmu, juga A-Qing."

Xingchen menggeleng. "Ini bukan tentang siapa yang kupilih, ini masalah bukti! Kau menuduhnya sebagai pelaku tanpa bukti yang jelas!"

"Mana janjimu yang katanya akan tetap bersamaku, hah?! Nyatanya kau membuangku demi pria itu!"

"Aku tak pernah membuangmu! Kau sendiri yang lari dariku! Kau begitu egois, Xue Yang! Kau hanya memikirkan diri sendiri! Jika saja kau bisa sedikit lebih menahan diri, semuanya tak mungkin menjadi seperti ini!"

"Kau lebih memilih pria itu daripada aku?"

"Ya!"

Dunia berhenti, keduanya terdiam. Detik berikutnya Xingchen baru menyadari ucapannya, dia tak bermaksud berkata begitu. Dia hanya terbawa emosi.

Xue Yang melepas kerah Xingchen dan perlahan mundur ke belakang, kemudian jatuh terduduk. Manik matanya nampak kosong, Xingchen sampai panik melihatnya. Apa perkataannya tadi keterlaluan?

Xue Yang tertawa kering, kemudian perlahan meraih pisau yang tak jauh darinya. Xingchen terus memperhatikan setiap gerak-geriknya.

Xue Yang tiba-tiba mengarahkan pisau ke Xingchen, membuatnya ketakutan. Sejak hari pertama ia dibawa ke sini, Xue Yang sama sekali tak pernah membiarkan siapa pun menyakitinya. Selain diikat, ia tak diapa-apakan lagi. Dan sekarang, apa ia akan membunuhnya?

Xue Yang berdiri dengan susah payah, seakan ia tak memiliki energi sama sekali. Pandangannya semakin mengabur, nafasnya memburu, dan tangannya gemetar.

"Xiao Xingchen, jika kau mengeluarkan energi sedikit lebih kuat saja, ikatan itu bisa terlepas," ucapnya.

Digenggamnya pisau itu dengan kedua tangan, mengangkatnya ke udara, kemudian menikam pada perutnya sendiri.

Kening Xue Yang mengerut saat merasakan organ dalamnya telah terluka di tangannya sendiri. Darah mengalir, dan ia  ambruk dengan pisau di perutnya.

Hal itu sontak membuat Xingchen berteriak. Dengan kuat ia melepaskan tali yang melilit tubuhnya, dan benar saja, ikatan itu tak terlalu sulit untuk dilepas.

Xingchen berlari ke arah pria yang saat ini entah hidup atau mati. "Hei bodoh! Apa yang kau lakukan, hah?!" Xingchen meraih tubuh pria itu ke pangkuannya.

Darah merembes dari luka pria itu. Tidak, ia belum mati, hanya sekarat. Pria itu membuka matanya perlahan, darah mulai ikut mengalir di sudut bibirnya.

"Kau lepas sekarang, kau ... bisa pergi, jendela itu tak terkunci, kau bisa melompat dari sana. Jika ... ada yang menghalangimu, katakan kalau aku yang menyuruhmu pergi," ucap Xue Yang dengan nafas tersengal.

Sebisa mungkin Xingchen menahan air matanya yang akan menitik. "Jangan bodoh! Alasan apa yang mengharuskanmu mati, hah?! Hanya karena hal konyol yang bahkan tak nyata, kau mau mati?"

Dengan sisa tenaganya Xue Yang berusaha menyunggingkan senyumnya. Senyum tulus yang sebelumnya tidak pernah ia perlihatkan ia pada siapapun.

"Katakan padanya, kalau dia menang."

"XUE YANG!"

To Be Continued

Luka lama yang dibuka paksa adalah sesuatu yang paling menyakitkan. Apalagi jika ditambah dengan luka baru yang ditorehkan tepat di atas luka tersebut.
🩹❤️‍🩹

-Xie Antares-

Second Young Master and Assassin [BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang