Jangan lupa vote ya. Gak minta lebih kok, hargai aja yang buat cerita. Terima kasih.
Tekan bintang "🌟" dipojok bawah kiri ya!!
☁️
Kanya terbangun dan menemukan bukan tubuh kakaknya yang memeluknya, melainkan pria asing yang baru dikenalnya. Kano, dia hanya mengenal pria itu sebatas nama. Entah kenapa, ia ingin mengenal lelaki didepannya ini lebih dalam.
Sadar bahwa dirinya memperhatikan cowok ini terlalu lama, Kanya segera memalingkan wajahnya. Tangannya juga sudah ia lepaskan dari pinggang cowok itu.
"Tidur lagi," ucap Kano tanpa membuka matanya.
Kano tak memeluk Kanya kembali. Jangan bayangkan Kano akan menahan lengan Kanya dan membawanya kembali ke pelukannya. Nope! Salah.
Kano kembali memejamkan matanya dan membelakangi Kanya. Kanya juga masih mengantuk. Jam memang masih menunjukkan pukul 2 dini hari.
Kanya kembali tidur dengan posisi membelakangi Kano, juga.
☁️
Pagi-pagi Kiki dan Gilang sudah berada di apartemen Kevan, menemui Kanya tentunya.
"Udah mendingan?" tanya Gilang pada Kanya.
"Tangan lo kek mumi deh Ay, di perban putih gitu," celetuk Kiki. Ya, memang kedua lengan Kanya diperban dari atas hingga jari-jari tangan nya. Maka dari itu, untuk beberapa hari, ia akan absen mandi. Tapi tentu ia akan cuci muka atau sebagainya.
"Jangan ngejek," ucap Kanya dan duduk di samping Kevan.
"Kalian gak berangkat?" ucap Kano yang baru keluar kamar dengan seragam yang tertutup hoodie hitamnya.
"Bentar lagi," ucap Kiki.
"Ayo!" ajak Gilang pada Kiki. Sedangkan Kiki hanya mengerutkan bibirnya.
"Nanti kami pulang sekolah ke sini lagi," ucap Gilang dan mengelus rambut Kanya.
"Gue bolos aja, gimana?"
Gilang, Kanya dan Kevan menatap Kiki tajam. Kano hanya diam, menyimak.
"Iya iya, gak jadi bolos," ucap Kiki berat.
"Kalian berangkat," ucap Kevan.
Kiki, Gilang, dan Kano keluar dari apartemen Kevan.
Tersisa lah Kanya dan Kevan. Kevan membawa tubuh Kanya ke pangkuannya, menyandarkan kepala sang adik ke dadanya.
"Masih perih tangan kamu?" tanya Kevan.
"Ya,"
"Kenapa Kara ngira Sheila yang ngelakuin hal itu pada Celia?"
"Mungkin kebetulan dia tahunya Sheila karena dia satu sekolah sama Sheila. Jangan dipikirkan, Sheila gak apa-apa. Belum sempat dia melakukan apapun sama Sheila kecuali hari ini,"
"Aku kira dia memang akan langsung menghabisi Sheila kalau bukan aku yang menggantikan posisi Sheila. Aku takut kalau Sheila di posisi kemaren kak,"
"Memang kamu gak takut?"
"Aku takut, tapi lebih takut lagi jika Sheila yang ngalamin hal itu. Aku gak mau dia punya hal traumatik kayak aku. Cukup aku aja yang cacat. Sheila jangan,"
"Kenapa kamu berpikir kalau memiliki hal traumatis adalah sebuah kecacatan? Tidak ada yang menginginkan hal tersebut Anya. Mau itu kamu ataupun kakak. Semua orang pasti punya. Sheila juga punya," jelas Kevan, Kanya menundukkan kepalanya.
"Dimana Kanaya adik kakak yang selalu berpikir logis ini, hm?" Kevan mengelus puncak kepala Kanya.
"Aku takut kak. Aku takut kakak gak bisa dateng buat nyelamatin aku kemaren. Apalagi itu hal yang tak disangka sama sekali,"
KAMU SEDANG MEMBACA
TACENDERIE (ON-GOING)
Teen FictionTACENDERIE berasal dari gabungan kata TACENDA dan CAMARADERIE. TACENDA memiliki arti hal-hal yang tidak disebutkan atau di publikasikan. Sedangkan, CAMARADERIE memiliki arti rasa saling percaya dan persahabatan di antara orang-orang yang menghabiska...