Emerald itu mengedar memperhatikan keadaan kantin saat ini, nampak tidak ada murid lain yang menempati kursi selain dirinya, Ino dan Hinata. Hal itu membuktikan jika kelas lain pada jam itu tengah melangsungkan pelajaran.
Sakura menghela napas disusul dengan menyeruput teh hijau pesanannya. "Apa kalian tidak khawatir? Kakashi-sensei sering sekali meninggalkan kelas, aku hanya takut materi kelas kita tertinggal jauh dari kelas yang lain,"
"Jidat! Harusnya kau bersyukur! Kakashi-sensei mencoba memahami para anak didiknya, beliau tahu kita membutuhkan waktu beristirahat, jadilah Kakashi-sensei memberikan jam kosong kepada kita," Ino menimpali.
Hinata sesaat melihat kedua temannya secara bergantian, mengingat ada hal yang mengganjal di hatinya gadis lugu itu pun berujar, "Tapi Sakura-san, Ino-san. Walaupun Kakashi-sensei jarang memasuki kelas, bukan kah setiap hadir selalu memberikan tugas dan mengejar ketertinggalan?"
Sakura mengangguk perlahan tanda membenarkan. "Kau benar, Hinata. Aku tidak mengerti dengan trik mengajar Kakashi-sensei, dan kepentingan apa yang selama ini ditekuni hingga membuatnya meninggalkan kelas,"
"Hei, Jidat! Tidak kah kau begitu mencampuri urusan sensei kita itu? Biarkan saja, toh Kakashi-sensei masih menjalankan kewajibannya sebagai sensei," Ino mendelik menyadari sikap Sakura telah berlebihan menanggapi hal tersebut.
Gadis merah muda itu mendengus sebal. "Aku hanya penasaran, apa salahnya,"
Ino berdecak. "Ada baiknya kau membahas bunga yang sempat kau katakan tempo hari. Jadi apa yang ingin kau tanyakan? Ah bukan, sebelum itu aku ingin mengetahui sesuatu," gadis berambut blonde itu menyeringai. "Siapa seseorang yang beruntung itu? Orang yang akan kau berikan bunga," Di akhir kata Ino mengedipkan sebelah matanya mencoba menggoda Sakura.
Hinata yang melihat tingkah temannya itu hanya bisa tersenyum geli, apalagi saat menyaksikan wajah masam yang Sakura tunjukan. "Sudahlah Ino-san, kau pun pasti mengetahuinya. Apa orang itu adalah Sasuke-kun, Sakura-san?"
Sakura tersentak, gadis itu bergerak kikuk. "Ap - apa maksudmu, Hinata. Bukan untuk siapa-siapa," elaknya.
Wajah Ino mendadak cemberut, bagaimana pun gadis itu juga sempat menaruh hati pada laki-laki Uchiha itu, bahkan Ino dan Sakura sempat terang-terangan mengejar perhatian dari Sasuke. Dan untuk Ino semangat berburu hati Sasuke mulai memudar ketika mengenal sosok Sai yang mana pemuda itu adalah anak baru yang sekarang menjadi tetangga kelasnya.
"Kau masih begitu menggilai Sasuke-kun, Jidat?" Ino bertanya.
"Begitulah," Sakura menjawab pasrah. Yah, faktanya hatinya memang sejak dulu hingga saat ini masih tertulis nama Uchiha Sasuke.
"Lalu, apa Sakura-san sama sekali tidak tertarik dengan Neji-nii san?"
Pertanyaan tiba-tiba yang Hinata berikan berhasil membuat Sakura tersedak, tangan gadis itu memukul perlahan bagian dadanya berharap batuk yang tengah dirasakan bisa mereda.
"Pelan-pelan, Jidat. Tapi, aku mempertanyakan ini sejak Neji-San mengatakan tertarik padamu. Apa, Neji-San benar-benar menyukaimu, Jidat?" Yang sejak awal bicara netra Ino terarah pada Sakura, kini mulai teralihkan ke arah Hinata. "Hinata, apakah selama ini Neji-San pernah membahas Sakura padamu?"
Hinata terdiam sesaat, lalu mulai menjawab, "Sebenarnya aku tidak pernah mendengar Neji-nii san membahas hal itu, bahkan membahas seorang gadis saja tidak pernah. Oleh sebab itu aku juga sempat terkejut mendengar Neji-nii san mengatakan akan mulai menarik perhatian Sakura-san,"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐈 𝐃𝐎𝐍'𝐓 𝐊𝐍𝐎𝐖 || SELESAI✓
Fanfiction🌸𝐍𝐞𝐣𝐢𝐒𝐚𝐤𝐮🌸 Rasa yang hadir tanpa diduga. Mungkin itu kalimat yang cocok untuk menggambarkan keadaan Neji sekarang, dimana niat awal ia mendekati Sakura hanya untuk memisahkan gadis itu dari Naruto─pria yang dicintai oleh Hinata─adik dari N...