Rasanya begitu membahagiakan entah mengapa, ketika mendengar ocehan Sakura selama perjalanan menuju ruangan UKS bukannya membuat kesal namun justru kedutaan tipis sejak tadi tertahan di bibir sang Hyuga.
"Aish! Kau ini! Berhenti tersenyum, Neji-san. Kau mendengar ucapanku sejak tadi atau tidak?" Dengan sesekali membenarkan posisi papahannya, Sakura terus menuntun Neji untuk tetap berjalan dengan perlahan.
Kepalanya mengangguk layaknya anak kecil yang patuh. "Aku mendengarkan, Sakura,"
Gadis itu mendelik jengah melihat Neji yang kembali tersenyum lembut padanya. "Besok-besok kau lebih baik naik kendaraanmu sendiri, tidak perlu mengikutiku naik Busway," tuntas Sakura.
Jadi, Sakura mengira rasa pening yang Neji rasakan itu penyebabnya karena laki-laki tersebut mabok kendaraan lantaran Sakura mengira Neji tidak biasa menaiki kendaraan umum, ditambah udara pengap yang ada di Busway mungkin saja menjadi pemicu kepala Neji menjadi pusing.
Huh! Tidak tahu saja itu hanya akal-akalan Neji dan yang lainnya dengan berpura-pura sakit kepala supaya mendapatkan perhatian dirimu, Sakura.
"Ha'i Ha'i, aku menurut saja. Asalkan kau ikut bersamaku," Neji menunduk ringan guna memandang wajah serta rambut merah muda gadis yang kini ada di sampingnya, bibirnya kembali mengulas senyum.
Sakura tak menjawab, gadis itu segera membawa Neji memasuki ruangan yang ada di depannya sekarang. Keningnya mengernyit ketika tidak mendapati siapa-siapa yang bertugas di dalam. Langsung saja Sakura mendudukkan Neji pada brankar paling dekat.
Sesaat ia meregangkan otot yang terasa pegal, jarak perpustakaan ke ruang UKS cukup jauh, dengan ia yang memapah Neji dimana tubuh laki-laki itu lebih besar darinya jelas saja menimbulkan pegal-pegal walaupun tak seberapa.
"Kau berbaring saja, aku akan mencari obat untukmu setelahnya kau harus beristirahat dan aku akan kembali ke kelas,"
Neji segera mencekal pergelangan tangan Sakura ketika gadis itu akan pergi, membuat kernyitan hadir kembali pada wajah ayunya.
"Ada apa, Neji-san?"
"Aku ingin obat yang lain,"
Mendengarnya membuat Sakura mengurungkan niatan yang ingin mencari obat, dan kini terfokus memperhatikan Neji. "Apa itu?"
"Duduk lah," Neji menggiring tubuh Sakura supaya duduk di sampingnya.
Dan entah mengapa Sakura menurut saja, walaupun wajah bingung begitu jelas terpampang di sana.
Neji tersenyum hangat mendapati Sakura tidak memberontak, setelah memastikan posisi telah pas, Neji pun melancarkan aksinya.
Sakura sedikit tersentak saat Neji tiba-tiba membaringkan tubuhnya dan meletakkan kepala berhias rambut coklat panjang itu pada permukaan pahanya, membuat reflek kepala Sakura menunduk hingga dapat melihat wajah pria itu yang kini posisinya mengarah ke atas, tepat sekali dengan wajah Sakura.
"Ne - Neji-san, apa yang─"
Sakura kembali dibuat tercengang saat tangannya kembali digenggam, namun kali ini Neji menuntun jemarinya pada area kening sang Hyuga. "Tolong pijat kepalaku, Sakura. Kurasa itu bisa mengurangi rasa sakitnya. Dan, tetaplah di sini bersamaku."
...
Naruto menatap ngeri keadaan Sasuke kali ini, wajah datar serta tatapan tajam itu berhasil membuat aura mengerikan hadir di sekitarnya, dan Naruto bisa merasakan hal itu dengan sangat jelas, bahkan bulu kuduknya saja sekarang sudah berdiri.
"Teme, kau kenapa, eh?"
"Urusai!"
Naruto dibuat ternganga atas jawaban satu kata Sasuke yang nampak menohok perasaan si Rubah itu. Karena sadar keadaan Sasuke sedang tidak baik-baik saja, Naruto lebih memilih diam.
Lalu, tatapannya terarah pada kursi tepat di depannya, kursi Sakura masih kosong, menandakan jika gadis itu belum kembali ke kelas, padahal jam pelajaran telah berbunyi beberapa waktu lalu.
"Tem─" Naruto meneguk saliva dengan sulit saat melihat onyx Sasuke telah menatapnya penuh permusuhan, sepertinya si Uchiha mengetahui apa yang akan Naruto katakan yang menyangkut tentang Sakura.
Tatapan Naruto beralih pada teman satu meja Sakura, tangannya pun akhirnya bergerak sedikit mendorong kursi Megumi mencoba memanggil tanpa mengeluarkan suara. Namun justru yang Naruto dapatkan adalah tatapan malas serta mematikan milik Megumi yang langsung menusuk netra kebiruannya.
Hal itu membuat Naruto merapatkan bibir, mengangguk setuju untuk tidak lagi berbicara, laki-laki berambut kuning itu memalingkan wajah disusul helaan napas. "Apa yang aku tinggalkan? Ada apa dengan mereka?" Ucapnya lirih, bertanya pada diri sendiri.
...
Sakura menatap dalam diam wajah laki-laki yang kini terlelap di atas pangkuannya, jemari lentiknya yang beberapa detik lalu melakukan pijatan ringan pada bagian kening kini terhenti, dengan lancang justru bergerak mengelus surai kecoklatan itu.
Dengan perlahan gerakan tangannya masih bertahan, bibir Sakura tanpa sadar tersenyum melihat bagaimana wajah menenangkan itu kini memejamkan kedua matanya membuat tatapan teduh itu kini tertutup oleh kelopak mata.
Sakura mengedarkan pandangan, bel masuk telah berbunyi sejak tadi, seharusnya ia membangunkan Neji sesuai dengan permintaan laki-laki itu sebelum terlelap.
"Sakura. Aku merasa nyaman dengan pijatanmu, sepertinya aku akan tidur sebentar. Jika bel masuk telah berbunyi, tolong bangunkan aku."
Seperti itu lah pesan yang Neji sampaikan. Namun, melihat bagaimana wajahnya tertidur dengan lelap, menghadirkan perasaan tak tega dalam benak Sakura, hingga akhirnya gadis itu pun memilih membiarkan Neji melanjutkan mimpinya tanpa niat mengganggu. Dan, mengorbankan waktu belajarnya untuk tetap berada di UKS. Iya, Sakura dan Neji membolos.
Kembali emerald nya memandang wajah di pangkuannya, bibirnya kembali tersenyum, mengapa rasa nyaman kini mulai hadir ketika ia berada di dekatnya. Apakah itu artinya....?
Tangan Sakura pun masih asyik dengan kegiatannya, elusan yang diberikan jemari Sakura pada pucuk kepala Neji membuat lelaki itu menggeliat kecil namun masih memejamkan kedua mata.
Melihat itu berhasil menghadirkan kikikan geli pada bibir tipis Sakura. "Astaga, lucu sekali dia," lirih si merah muda.
Kedua bola matanya membola dengan cepat ketika gerakan tangannya tiba-tiba terhenti karena ada sebuah tangan yang mencekal pergelangan tangannya. Neji perlahan membuka kelopak mata, hingga manik rembulannya menatap lurus pada emerald yang kini masih menegang diserang keterkejutan.
"Siapa yang lucu?" Neji bertanya, masih nyaman dalam posisinya, bibirnya kini mengulas senyum melihat kedua pipi Sakura yang telah merona dibuatnya.
Sakura segera mengalihkan tatapan. "A - apa? Aku tidak mengerti," elaknya.
Sakura semakin panik manakala Neji memberikan seringai mematikan padanya, dan oh jangan lupakan cekalannya sulit sekali dilepaskan, padahal Sakura sudah berusaha.
"Ne - Neji-san, ada baiklah kita segera ke kelas,"
"Apa tidak lebih baik kita membolos di sini? Aku masih ingin berduaan denganmu,"
Tolong Sakura! Jantungnya kini berdebar kencang! Sepertinya rona merah itu pun sekarang semakin jelas, aaarrggghh!
Sakura semakin dibuat menegang karena rasa terkejutnya manakala Neji dengan tanpa diduga mengecup punggung tangannya yang sejak tadi masih dicekal oleh laki-laki itu.
"Jadilah kekasihku, Sakura─ Akh!"
Neji mengaduh lantaran dengan tiba-tiba Sakura bangkit membuat posisinya yang masih tertidur di paha Sakura langsung terhempas dan tersungkur ke lantai dingin UKS.
Laki-laki itu kini nampak terduduk di lantai, netranya menatap melas ke arah Sakura yang sekarang tengah berdiri mematung, dengan sebelumnya mendengus, Neji pun akhirnya bangkit. "Ini tidak sakit," tuturnya.
"Aku tidak bertanya," sungut Sakura, jangan lupakan kini wajah merona itu di palingkan. Ia tak mau menatap Neji.
"Yasudah, kalau begitu aku saja yang bertanya. Maukah kau menjadi kekasihku?"
...
Gass teroooosss!
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐈 𝐃𝐎𝐍'𝐓 𝐊𝐍𝐎𝐖 || SELESAI✓
Fiksi Penggemar🌸𝐍𝐞𝐣𝐢𝐒𝐚𝐤𝐮🌸 Rasa yang hadir tanpa diduga. Mungkin itu kalimat yang cocok untuk menggambarkan keadaan Neji sekarang, dimana niat awal ia mendekati Sakura hanya untuk memisahkan gadis itu dari Naruto─pria yang dicintai oleh Hinata─adik dari N...