Di sebuah ruangan sempit yang sepertinya hanya cukup untuk satu orang saja─toilet, Sakura terdiam dengan pikirannya yang berkecamuk. Bel tanda jam pulang tiba baru saja berbunyi dan ia masih setia berada di dalam toilet setelah tadi meminta ijin untuk pergi ke sini pada guru yang mengajar di jam terakhir.
Gadis itu menggigit kuku jari telunjuknya, dengan ujung kaki kanan menghentak ke lantai berkali-kali. "Aku harus bagaimana? Jika aku keluar sekarang, pasti Neji-san akan menagih jawaban atas tawarannya itu, dan aku masih bingung harus menjawab apa,"
Dan, ada permasalahan lain, perihal tadi pada jam istirahat Megumi yang tiba-tiba menawarkan sebuah hubungan padanya. Sakura sangat berterimakasih pada bel sekolah karena setelah itu jam masuk tiba membuat Sakura segera bangkit dan ngacir menuju kelas.
Jadi, selain menghindari Neji, Sakura juga tengah menghindari Megumi, juga sepertinya Sasuke? Karena laki-laki itu juga sempat menyatakan perasaannya pada gadis itu tempo hari. Hal itu membuat Sakura dilanda kegelisahan, hatinya bimbang dan terasa hampa. Sejujurnya ia pun saat ini tidak mengetahui siapa yang ada di dalam hatinya.
Membuat keputusan untuk menghindari pun dipilih oleh Sakura, ia belum sanggup jika harus bertemu mereka dan menerima perlakuan manis yang mereka berikan padanya yang mana justru terkesan aneh bagi Sakura sendiri.
Setelah sangat lama berdiam di sana, dengan takut-takut Sakura pun akhirnya keluar dari ruangan sempit itu, lorong kecil ia lewati dengan santainya karena memang tak ada siapapun. Tubuhnya menyandar pada tembok sebuah belokan, kepalanya pun mendongol sedikit mencoba mengintip keadaan kelas yang memang bisa terlihat dari tempat Sakura berada sekarang.
Mencoba mengamati sesaat dan mengabaikan pandangan aneh dari murid lain yang melihat kelakuannya sekarang, Sakura hanya sesekali memelototi murid-murid yang melintas ketika mereka menertawakannya. "Apa, sih. Memang aku melakukan hal yang memalukan?" Dengusnya.
Namun detik berikutnya ia tersenyum lebar ketika menyadari kelasnya sudah sepi karena seluruh teman satu kelasnya telah meninggalkan ruangan itu.
Kernyitan hadir ketika merasakan bagian pundaknya di tepuk beberapa kali membuat wajah masam pun dengan cepat ia tunjukkan, gadis itu menepis tangan tersebut tanpa menoleh. "Diamlah," tegur si gadis.
"Apa yang kau lakukan?"
Sakura berdecak, sembari memutar bola mata malas atas pertanyaan sok ingin tahu orang itu, Sakura berucap dengan membalikkan tubuh, "Aku tengah memastikan apakah Neji─ NEJI-SAN?!"
Sakura reflek membekap mulutnya sendiri atas pekikan keras yang spontan ia ucapkan tadi, kedua bola matanya terbuka lebar melihat sosok Neji kini berada tepat di dekatnya bahkan tangan laki-laki itu saat ini membawa tas merah muda miliknya.
Neji mengangkat sebelah alisnya. "Kau pergi sangat lama hingga jam pulang tiba, jadi aku memutuskan untuk menyusul. Kupikir kau mendapat masalah, ternyata yang aku temukan malah dirimu mengintip seperti maling begini. Dan, apa tadi? Kau ingin memastikan aku? Aku kenapa?" Tanyanya beruntun.
Sakura merapatkan kedua bibirnya di balik telapak tangan yang masih menutup di bagian sana, emerald itu pun mengedar, tidak mungkin Sakura mengatakan yang sebenarnya jika ia tengah menghindari Neji hanya karena belum menemukan jawaban.
Akhirnya kedua tangan yang sejak tadi mengunci mulutnya pun ia turunkan, gadis itu menghela napas lelah. "Perutku sakit," bohongnya.
Jawaban tersebut membuat Neji memicing curiga. "Apa kau mencoba menghindariku?"
Untuk kedua kalinya kedua matanya membelalak, ia tidak mengerti mengapa Neji selalu tepat dalam tebakannya, mungkin karena laki-laki itu termasuk dalam siswa cerdas. "Ti - tidak!" Sial, mengapa ia terbata.
"Kau membuatku semakin yakin,"
Hembusan napas pasrah pun Sakura lakukan, sepertinya tidak ada gunanya ia berbohong pada Neji, yang ada Sakura akan terlihat bodoh. "Baiklah. Aku memang ingin menghindarimu," Sakura menunduk dengan memainkan kedua kakinya, menyalurkan kegelisahan yang dirasa.
Dan, tentu saja Neji mengetahui alasan apa yang membuat gadis merah muda itu sampai harus menghindarinya, pasti ini ada kaitannya dengan jawaban yang ia tunggu dan akan Sakura berikan ketika jam pulang, iya, harusnya sekarang Sakura memberikannya.
Nampak Neji yang membuang napas, laki-laki itu memijat pelipisnya. Neji sudah panik sendiri karena takut Sakura dalam bahaya lantaran pergi terlalu lama, eh ternyata justru Sakura malah mencoba menghindarinya. "Sakura, tidak perlu kau pikirkan terlalu berat. Aku tak ingin tawaranku justru membuatmu tidak nyaman. Terserah kau mau menerima atau tidak, aku akan terima apa pun jawabanmu. Tapi, bisakah sekarang kita pulang bersama?"
Sakura menjerit di dalam hati, bisakah ia menolaknya? Tentu saja tidak. Akhirnya gadis itu pun mengangguk pasrah. Walaupun terlihat tidak ikhlas tapi hal itu mampu membuat sulung Hyuga tersenyum kemenangan. "Jangan terlalu dipikirkan, apalagi sampai membuatmu ingin menghindar dariku. Kuberitahu ini dan kau dengarkan baik-baik. Sekeras apapun kau berusaha menjauh dariku, aku akan tetap bisa menemukanmu, jadi apa yang kau lakukan itu sia-sia."
...
Semakin hari ia mengenal sosok Neji, mengapa ia seolah-olah melihat diri Sasuke di dalam tubuh laki-laki itu, maksudnya, mereka hampir mirip. Walaupun Sasuke lebih kasar dan dingin lalu terlihat menakutkan serta tak tersentuh, sedangkan Neji memiliki sisi lembut dan aura yang dikeluarkan sangat menenangkan walaupun wajah itu minim ekspresi, tapi keduanya memiliki pengaruh yang sama pada diri Sakura, ucapan yang mampu menghipnotis.
"Mengapa kau terus menatapku? Mulai menyukaiku?"
Sakura tersentak, secepat kilat ia langsung menoleh ke samping lain. Gadis itu memejamkan kedua mata erat dan memaki diri sendiri di dalam hati atas tindakannya tadi yang tanpa sadar terus memperhatikan Neji yang tengah menyetir. "Jangan bercanda!"
Seringai hadir di bibir si Hyuga, sedikit laki-laki itu melirik Sakura dari ekor matanya. "Aku tidak keberatan jika itu memang benar,"
"Berhenti mengatakan omong kosong," dengusan sebal lolos dari si merah muda.
Kedua tangan Sakura pun terlipat di depan dada, matanya tetap memandang ke luar kaca mobil, sebisa mungkin ia tak akan mau menatap Neji, entah mengapa kini jantungnya berdebar kencang manakala ia sadar Neji tengah memperhatikannya, dari ekor mata Sakura bisa melihat bibir Neji menampilkan senyuman yang sangat jarang diperlihatkan.
Ingin melihat lebih jelas membuat Sakura reflek menoleh, pertahanannya yang tidak ingin memandang Neji akhirnya runtuh dan kini gadis itu kembali mengunci emerald nya pada sang Hyuga. "Kau tersenyum? Itu sangat jarang aku lihat, dan sepertinya sangat tulus kau hadirkan," setelahnya Sakura dengan perlahan kembali mengalihkan tatapannya.
Neji yang beberapa detik baru saja kembali fokus menyetir pun terganggu atas ucapan Sakura, namun kata terganggu di sini mampu menciptakan desiran hebat di dalam hatinya. "Aku bisa menunjukkannya lebih sering padamu jika kau mau,"
Kernyitan hadir pada kening Sakura. "Mengapa aku?"
"Kenapa?"
Kebingungan yang dilanda Sakura semakin menebal, ia bertanya, lalu mengapa Neji malah balik menanyainya? Itu membuat Sakura tidak mengerti. "Kenapa apanya?"
Neji tanpa sadar terkekeh ringan. "Tidak,"
Sakura mendengus tak suka. "Katakan lebih jelas, Neji-san. Aku tidak mengerti,"
Bibir si Hyuga berkedut tipis, ia akan mengucapkannya sekarang.
"Lupakan saja, yang kau harus pahami adalah perasanku, Sakura. Aku menyukaimu."
...
Neji ikutan juga.
Sadar gak ini udah mepet ending? Ahaha
Entah kenapa aku sulit masukin konflik yang bikin kepala pembaca terbakar, padahal kalo bisa bikin pembaca emosi tu seru banget kayanya, hehehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐈 𝐃𝐎𝐍'𝐓 𝐊𝐍𝐎𝐖 || SELESAI✓
Fanfiction🌸𝐍𝐞𝐣𝐢𝐒𝐚𝐤𝐮🌸 Rasa yang hadir tanpa diduga. Mungkin itu kalimat yang cocok untuk menggambarkan keadaan Neji sekarang, dimana niat awal ia mendekati Sakura hanya untuk memisahkan gadis itu dari Naruto─pria yang dicintai oleh Hinata─adik dari N...