11. Bingkai Foto

120 24 2
                                    

“Al, udah liat belum?” Langit dengan napas ngos-ngosan mengejar Alvendra dan para sahabatnya yang lain.

“Dari dia, Al, barusan di kirim. Katanya curut-curut itu bikin masalah,” sambung Langit.

“Video, Ngit?” tanya Alvendra.

Ho'oh, Al.” Langit lalu menunjukkan video di handphonenya.

Bukan hanya Alvendra tapi yang lainnya ikut melihat, mereka membundar. Satu persatu membulatkan matanya. Terutama Alvendra yang langsung mengepalkan tangannya.

“Anjing tu laki! Beraninya sama cewek!” umpat Allen begitu melihat video yang Langit maksud.

“Brengsek,” gumam Alvendra. “El, minjem motor lo,” ucapnya, kemudian.

“Jangan emosi, Al.” Gabriel memperingati seraya menyerahkan kunci motornya.

Alvendra menerima kunci motornya.

Tak lama dari itu Alvendra berlari menuju motor Gabriel. Dengan cepat dia memakai helm dan menyalakan mesin motor.

Meninggalkan keempat sahabatnya.

“Woy Al!” Allen hendak mencegah tapi Gabriel terlebih dulu mencegahnya. Allen menoleh meminta maksud dari tindakannya.

“Gak usah ikut campur. Tapi kita gak bisa biarin Alvendra pergi sendiri. Mending sekarang telpon Rey, suruh mereka ke Bhakti Sejahtera sekarang, kita juga sama,” ujar Gabriel panjang lebar.

“Alvendra kesana?! Ngapain dia?” Allen masih bingung.

“Iya juga, ya, kenapa Alvendra ke sana?” Zidan ikutan bingung.

Langit masih menonton video. Dan berseru, “Katanya cewek itu pake dasi SMA kita.”

“Yang bener aja lo.” Allen merebut handphone Langit.

“Dia ceweknya Alvendra.”

“APA?!”

Allen, Zidan dan Langit menganga tidak percaya dengan apa yang dikatakan Gabriel barusan. Mereka hanya tahu jika Alvendra dijodohkan, tetapi untuk wajah perempuannya cowok itu belum memberitahukan.

Alvendra bagian 11

“Hahaha. Berani amat lo nyebut nama itu di sini.” Kini nadanya sudah rendah lagi, tapi masih tetap dengan nada mengancam.

“Punya hubungan apa lo sama dia?!” Andreas kali ini mendorong tubuh gadis itu tanpa rasa kasihan sedikitpun.

Nazeera hanya menerimanya tanpa ingin melawan.

“Pengecut lo!” teriak Zora yang berontak di tangan Jamal. “Lo cowok 'kan?! Seharusnya lo bisa menghargai perempuan. Lo gak guna dilahirin! Beban!”

Nazeera melihat emosi di wajah cowok itu. Saat Andreas menghadap Zora, dia langsung menarik baju bagian belakang cowok itu agar tidak bertindak macam-macam pada sahabatnya.

“Urusan lo sama gue. Nggak perlu libatin orang lain.”

Andreas menepis kencang tangan Nazeera, kemudian mendorong gadis itu hingga kehilangan keseimbangannya. “Sebelum lo bertingkah, liat posisi lo dimana,” ucap Andreas pada Nazeera yang masih terduduk di lantai.

ALVENDRA [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang