“Kemarin gue lihat lo sampe sore di halte. Dia telat datang?”
Nazeera yang baru datang ke kelas harus disuguhi dengan pertanyaan semacam itu. Dia menolehkan kepalanya pada cowok yang sedang berdiri di samping pintu dengan melipat tangannya di depan dada.
“Itu kan gara-gara lo datang ke sana. Gue tau kalau lo buat onar di sekolah orang lain.”
Sudah jelas, dia tahu alasan kenapa cowok itu terlambat datang menjemputnya.
Tangan yang sedang melipat itu terlepas pelan-pelan, berganti dimasukkan ke saku celananya. “Gue juga tau, kalau lo yang ngasih tau rencana gue. Lo kira gue nggak akan tau hal itu?”
“Gue cuma ngasih tau, kalau lo bakal kesana.” Gadis itu melihat sekelilingnya. Penghuni kelas mendadak diam. “Ini masih pagi, gue nggak mau ribut sama siapapun. Pintunya sebelah sana.”
Cara mengusir yang baik. Tapi itu justru membuat seseorang akan sangat tersinggung. Begitupun untuk cowok itu.
“Dra, lo di sini?” Zora yang baru datang langsung menghampiri kedua sahabatnya. Di lihat dari ekspresi mereka sepertinya situasi sekarang ini tidak bersahabat.
“Mending lo jangan dulu kesini. Lo pergi dulu, Dra.”
Andra masih di tempatnya, dia mendorong Zora ke samping, pelan.
“Ra, gue kesini cuma mau ngasih tau sesuatu sama lo. Tapi kayanya lo nggak akan mau tau,” ucapnya yang tidak mudah dimengerti.
Nazeera melayangkan tatapan tajamnya. “Langsung aja ke intinya, lo mau apa?” balas Nazeera.
Cowok itu mencondongkan tubuhnya, tepat di telinga gadis itu. “Dia telat bukan karena gue, tapi dia pergi dulu. Mengantar seseorang. Setelah itu dia nemuin lo.”
Setelah membisikkan itu dia menarik tubuhnya lagi, mengamati ekspresi gadis itu. Dan sesuai yang dia inginkan.
“Nanti gue kirim fotonya.”
Nazeera malam ini tidak bisa tidur. Dia masih melihat apa pesannya akan terkirim atau tidak. Dan dia malah mengingat ucapan Andra beberapa hari lalu itu.
Dia tidak ingin mempercayainya tapi Andra memiliki buktinya.
Tapi kenapa dengan kejadian itu dia merasa sangat kesal pada cowok itu? Bukan kerena dia mengantar seseorang itu, tapi kenapa dia tidak jujur saja kalau dia sudah terlebih dulu mengantar orang itu sebelum dirinya?
•
Alvendra Bagian 16
•
Andra yang tidak mengira kalau dia akan di telpon Nazeera, kini menyunggingkan senyumnya. Dia mematikan proyektor di sampingnya.
Helaan napas terdengar di keheningan ruangan gelap itu.
Deringan telpon lagi membuat dia membawa ponselnya lagi. Melihat namanya lalu mulai berbincang.
“Dia nelpon lo kan?”
Suara itu sekarang sering dia dengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVENDRA [Hiatus]
Teen FictionNew Version Alvendra said; Lupain sedihnya atau kamu tidak akan bahagia. Singkat saja ini kisah Alvendra dan Nazeera yang semula hanya orang asing tak saling mengenal tak ada rasa apapun dihati mereka. Hingga akhirnya mereka saling jatuh kedalam per...