19. Sembunyi

76 21 6
                                    

Mobil hitam yang ia ikuti berhenti di depan sekumpulan remaja seusianya. Lapangan kosong itu dijadikan tempat mereka bertemu. Di tambah, jalanan itu sangat jarang di lewati pengendara.

Sangat cocok dijadikan tempat pertemuan oleh mereka yang memiliki niat tertentu.

Yang jelas cowok yang duduk di motor paling depan ia mengenalnya. Itu dia ketuanya. Andra.

Ia tak tahu apa yang sedang terjadi di sana, tapi dari gelagat mereka tampak sedang berbicara serius.

Tak lama ia memajukan mobilnya, perlahan, melewati mereka yang ada di sana. Sayang sekali ia tak bisa melihat siapa yang ada di dalam mobil, namun yang pasti ia harus waspada terhadap mereka.

Dert dert.

Ia melajukan mobilnya lebih cepat dibandingkan sebelumnya. Memutar arah, dan berkendara di jalur yang bersebrangan dengan mereka. Ia makin menaikan kecepatan mobilnya untuk menemui seseorang yang mengirimkannya pesan singkat itu.

Alvendra Bagian 19

“Terima kasih, Tante.”

Kirana yang membawakan air minum untuk laki-laki itu tersenyum tipis. Kebetulan juga hari ini asisten rumahnya sedang pulang kampung. “Tante, tinggal dulu kalian.”

Laki-laki itu hanya mengangguk. Sementara anak pemilik rumah hanya diam dengan wajah datar.

Ini kali pertama Kevin mengunjungi rumah orang selain rumah teman dekatnya. Terlebih jika mengingat mereka belum pernah akur, baik di sekolah ataupun di luar sekolah. Menyapa pun jarang dilakukan mereka tapi sekarang mereka berhadapan.

“Gimana keadaan lo sekarang?” tanya Kevin setelah meneguk air yang dibawakan Kirana tadi. Ia kembali menyimpan gelas itu. “Gue kira lo nggak pernah sakit. Tapi hari ini membuktikan kalo lo manusia pada umumnya.”

“Lo kira gue bukan manusia?” Ucapannya terdengar tajam bagi yang belum mengenalnya. “Lo kesini mau ngapain?”

“Udah jelas, mau ketemu lo. Ada yang mau gue bicarain berdua sama lo,” balasnya sambil menatap dengan ekspresi yang serius dibanding ekspresinya beberapa saat lalu. “Ini mengenai adik gue.”

Alvendra mengerutkan alisnya. “Adik lo? Apa hubungannya sama gue?” Jujur, ia tidak paham. Kenapa laki-laki itu mendadak ingin membahas adiknya pada dia?

Kevin ikut mengerutkan alis. “Jadi lo belum tahu?”

“Tahu apa? Lo tiba-tiba datang kesini, dan sekarang mau ngomongin adik lo sama gue?”

Kevin yang mendengar itu terpaksa tertawa. Lalu ia mengarahkan matanya pada laki-laki yang tidak tertarik ikut tertawa denganya. Perlahan tawa itu berhenti, Kevin berdeham setelahnya. “Jadi selama lo jagain dia, lo nggak tau siapa yang selama itu jagain dia? Ck, Alvendra gue kasih tau lo, dengerin baik-baik perempuan yang sekarang harus lo jaga itu adik gue.”

“Dia satu-satunya adik perempuan gue, jadi gue harap lo bener-bener jagainnya.”

Mendengar itu Alvendra merosotkan pundaknya. Sekarang dia yang mengeluarkan suara tawa kecil sumbang. Apakah dunia ini begitu sempit? Ia mengambil air minum untuk membasahi tenggorokannya yang kering. Sebenarnya inilah yang ingin ia tanyakan pada ayahnya. Ia ingin tahu latar belakang gadis itu. Ia ingin tahu semuanya. Tapi sekarang ia telah mengetahuinya langsung dari kakak laki-lakinya. Sialan. Ia mendadak kesal.

ALVENDRA [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang