07. Rak Ketiga.

122 24 2
                                    

.

Bab 07

.

“Udah. Stop di sini.” Nazeera menepuk pundak cowok itu, menyuruhnya memberhentikan laju motor di warung yang berjarak lima puluh meter dari gerbang sekolah.

“Kenapa disini?”

Pertanyaan cowok itu membuatnya memutar bola mata. Gadis itu pun turun setelah Alvendra menghentikan motornya di tepi jalan.

“Nanti biar Pak Maman aja yang jemput gue. Lo gak udah repot-repot,” ucapnya seraya memberikan helm pada cowok itu.

Alvendra menerima uluran helm itu. “Pertanyaan gue belum dijawab.”

“Gak ada apa-apa. Yaudah gue duluan, makasi udah mau anterin gue.”

“Eh bentar,” kata Alvendra mencegah gadis itu dengan cara menarik tangannya, membuat tubuh gadis itu berbalik lebih dekat padanya. “Jawab dulu. Kenapa berenti di sini? Lo takut apa gimana?”

Nazeera menahan napas, jujur jarak mereka sekarang terlalu dekat, mengingatkannya pada kejadian di busway waktu itu. Dan yang Nazeera lakukan hanya menggeleng seperti anak kecil yang tidak tahu harus mengatakan apa lagi.

Mata Alvendra tak luput dari gerak-gerik gadis itu. Meneliti apa yang sedang terjadi, lalu kemudian cowok itu berkata, “Naik lagi.”

“Gak mau. Udah di sini aja.” Nazeera melepas tangannya dari cengkeraman Alvendra.

Lumayan sakit.

“Naik lagi gak?” Cowok itu masih kekeuh. Memang keras kepala. Alis Nazeera menukik tajam. Hal itu tidak masalah baginya. “Gue cuma ngejalanin tugas gue. Cepetan.”

“Maksa. Udah ah, sana. Kalo nggak gue yang pergi aja.”

Benar saja, gadis itu pergi tanpa mendengarkan perintah cowok itu. Bisa-bisanya. Kali ini ada orang yang tidak patuh. Biasanya orang pada takut, walau hanya melihat matanya saja, tapi kali ini... sama sekali tidak ada ketakutan dalam diri gadis itu.

“Keras kepala,” gumamnya. “Kalo gitu, gue bakal jemput lo di gerbang sekolah. Nggak ada tapi, nggak ada kenapa,” teriaknya.

Baru saja gadis itu tersungging senyum, sekarang bibir itu turun dengan langkahnya yang ikut terhenti. Dia berbalik, dan cowok itu sudah membelokkan stir motornya. Melaju sebelum Nazeera menolak.

Untuk kali ini ia merasa sangat jengkel. Gadis itu menghentakkan kakinya. Kemudian berbalik dengan gerakan cepat. Sungguh ini masih pagi, tapi moodnya sudah hancur seketika.

Di depan sana, gerbang di kerumuni oleh para siswa-siswi yang baru saja masuk, ada juga yang menjaga untuk melihat kerapian semua murid, itu sudah ditugaskan kepada anggota OSIS, dipantau dengan satu guru jaga yang duduk di kursi.

Dia ikut masuk ke gerbang itu. Tanpa drama, ia lolos masuk dengan sangat mulus.

“Hai, Ra.”

Sebelum menoleh, ia tahu suara siapa itu. Rasanya malas untuk sekedar menoleh, semua antusiasnya telah habis saat ada cowok itu.

“Kenapa, Ndra? Zora gak ikut lo, tumben?”

Cowok itu membuka helmnya. Satu senyuman melayang darinya. “Katanya mau bareng lo. Jadi gue gak ke rumahnya.”

Hah?”

Zora ke rumahnya?

Nazeera membuka handphone di saku seragamnya. Ia meng-cek roomchatnya dengan Zora. Menscrool, dan ternyata benar, Zora mengirimkan satu pesan padanya. “Gue gak tau, terus sekarang dia dimana?”

ALVENDRA [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang