18. Tetap tidak bisa

89 22 1
                                    

“Ngapain lo di sini?”

Kenapa kalimat itu terus saja berada di kepalanya, ia merasa ada yang sedang terjadi padanya, bahkan dia yang ia kenal selama satu bulan terakhir tidak seperti yang baru saja ia lihat.

Tidak seperti yang ia kenal.

Nazeera mengetuk-ngetukkan bolpoin ke kepalanya.

Di hadapannya sekarang ini berbagai angka yang harus ia selesaikan dengan cepat namun isi kepalanya tidak bisa fokus dengan apa yang ada di hadapannya.

Apa ia harus mencari tahunya?

Atau menunggu dia mengatakannya?

Haah...

Gadis itu menghela napas, panjang. Kembali memfokuskan mata dan pikirannya pada buku yang menunggu ia isi dengan jawaban yang benar.

“Aneh, banget.” Gumaman kecilnya.

Tapi ada satu hal lagi yang dia belum lupakan. Dan bagaimana mungkin dia melupakan hal itu. Kejadian dimana dia menunggunya lama di sana, dan mengetahui alasannya. Jika cowok itu mengantar seorang perempuan.

Bibirnya mendadak mencebik, kesal.

Nazeera menghentikan gerakan tangannya. Tinta hitam itu terhenti, dan bolpoin itu tergelak begitu saja di atas kertas putih bergaris.

Gadis itu menelungkupkan wajahnya di lipatan tangan di atas meja. Kenapa perasaan begitu kacau saat mengingat hal itu?

Kreek.

Suara pintu terbuka memang terdengar oleh telinga, yang membuka pintu itu pasti bundanya. Siapa lagi jika bukan wanita tersayangnya?

Namun semakin dekat langkah itu terdengar, semakin pula tercium aroma parfum khas dari merk terkenal, dia yakin itu bukan parfum bundanya. Lantas siapa?!

Nazeera menegakkan tubuhnya dan langsung berbalik. Tidak bisa berkata-kata setelah melihat wajahnya.

“Masih sama, ya,” ucapnya sangat santai. Ia juga duduk di kasur gadis itu. Melihat-melihat sekeliling. Tidak ada yang berubah sama sekali.

“Udah lama juga gue ninggalin rumah ini. Ternyata masih sama sebelum gue terbang ke negeri orang.”

Orang itu membuat Nazeera mengedipkan matanya beberapa kali. Gadis itu juga menepuk pipinya, meyakinkan jika ini bukan mimpi.

“Lo nggak sambut gue? Cape lho gue, Ra. Nggak kangen sama kaka tertampan dan tercinta lo ini?” Laki-laki yang masih duduk di kasur itu mengangkat satu sudut bibirnya.

“Coba bilang ini bukan mimpi,” balas Nazeera masih tidak percaya jika kakak laki-lakinya ada di hadapannya sekarang ini. “Bohong nih pasti, lo makhluk jadi-jadian kan?”

“Astaga.” Laki-laki itu akhirnya berdiri, menghampiri gadis itu. Saat sudah di hadapannya, ia mencodongkan tubuhnya lalu berucap, “Mana ada makhluk jadi-jadian ganteng gini? Aneh lo.”

Pratama Kevin Adiyaksa. Satu-satunya saudara laki-laki Nazeera.

Alvendra bagian 18

Hari kedua ia tidak bisa pergi kemana-mana. Seharian hanya berada di kamarnya, terjebak dalam keadaan yang tidak menyenangkan baginya. Ia juga belum menyentuh handphonenya sejak kemarin. Entahlah, tapi ia merasa itu tidak penting.

ALVENDRA [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang