26 ; Relieved

83 6 0
                                    

Hanin mengerutkan dahinya kala melihat sosok yang tidak begitu asing tengah berdiri di depan gerbang kostnya. Gadis itu menghentikan langkahnya untuk mengingat-ingat siapa orang itu dan kapan ia melihatnya?

"Permisi?" sapa Hanin setelah menyerah untuk mengingat sosok itu dan memutuskan untuk mencari tahu secara langsung.

Sosok gadis yang disapa oleh Hanin itupun melepas kacamata hitam yang ia pakai sebelumnya, kemudian tersenyum, "Halo, Hanindya? Akhirnya datang juga lo,"

Hanin sedikit membuka mulutnya begitu menyadari siapa gadis di hadapannya kini, "Grace?"

"Seneng deh lo masih ingat sama nama gue," gadis bernama Grace itu tertawa pelan.

"Ngapain lo nemuin gue?" tanya Hanin to the point.

"Seingat gue ini pertamakalinya gue datang ke kost lo. Ga ada maksud apa-apa sih sebenarnya, cuma mau ngobrol bareng aja. By the way, lo udah makan?" tanya Grace pada akhir kalimatnya.

Hanin menggeleng, "Gue ga biasa makan sore-sore, sih," ujarnya.

"No problem, kita bisa minum nanti. Sekarang lo ikut gue dulu, yuk? Biar ngobrolnya enak," ajak Grace.

Dengan ragu, Hanin mengangguk pelan, karena pada dasarnya Hanin adalah orang yang gak enakan, meski dalam dirinya ingin menolak. Akhirnya, mau-tidak mau, Hanin mengiyakan ajakan Grace, karena ia tidak memiliki alasan kuat untuk menolaknya juga. Lagian, ga ada salahnya juga kan ngobrol dikit, mungkin setelah ini Hanin bisa dapat informasi dari mantan pacarnya Janu itu?

Setelah tiba di tempat yang ditentukan oleh Grace serta memesan minuman atas nama gadis itu pula, mantan pacar dan pacar Janu sekarang duduk berhadapan di sebuah kursi café yang nampak sepi sore itu.

Mungkin kalau Janu menyaksikan pemandangan langka ini, ia akan merasa senang karena keduanya nampak seperti kedua sahabat yang begitu akrab.

"Apa kabar, Nin?" tanya Grace membuka percakapan pada sore itu.

"Lu kalau mau nanyain kabar Janu mah langsung aja, Grace. Gausah basa-basi lewat gue segala," balas Hanin.

Grace terkekeh pelan, kelihatannya pacar Janu itu sekarang tengah menahan emosi akibat kehadirannya secara tiba-tiba.

"Santai. Gue temuin lo sekarang bukan untuk Janu, tapi buat gue sendiri, dan juga lo, Hanin," ujar Grace mencoba menenangkan suasana.

"Yaudah, mau ngomong apa?" tanya Hanin nampak gak sabaran.

"Jadi gini," Grace menggantungkan ucapannya, memilih kata yang pas untuk menyampaikan apa yang dia maksud pada Hanin.

Hanin ikut terdiam, bersiap menyimak apa yang akan disampaikan Grace.

"Sebelumnya, gue mau minta maaf sama lo. Gue tau, selama lo pacaran sama Janu pasti pernah lo khawatir soal gue yang masih keliatan deket sama dia," ujar Grace sebagai kalimat pembuka.

Hanin hanya mengangguk pelan, malas menanggapi sebelum Grace menyelesaikan ucapannya.

"Tapi, sebenarnya kita deket bukan karena kemauan kita, serius deh, Nin. Lo pasti pernah ikut acara keluarganya Janu, kan? Kalau iya, pasti lo paham gimana situasinya," lanjut Grace kemudian.

Hanin berpikir sejenak, kemudian memori tentang perlakuan keluarga Janu kepadanya mendadak terputar di otaknya. Tanpa sadar Hanin menggeleng pelan untuk menghilangkan bayang-bayang tersebut.

Grace nampak menarik napas cukup berat sebelum melanjutkan kalimatnya yang sempat tertunda, "Gue tau kok, pasti berat rasanya berada di posisi lo. Gue juga sebenarnya ga enak masih berhubungan sama Janu, sedangkan dia udah ada cewe, kan. Padahal gue sama Janu juga udah putus lama banget, tapi kayaknya keluarga Janu juga belum bisa ikhlasin keputusan kita," jelas gadis itu panjang lebar.

Sweet Scarlet ; 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang