01 ; Trapped

1.5K 92 2
                                        

Ting!

Denting bel berbunyi, seseorang baru saja keluar dari cafe yang saat ini tengah dikunjungi Aya. Gadis itu tengah sibuk dengan tugas laporannya hingga mendadak tuli terhadap sekitar.

Sesekali Aya merapikan anak rambutnya, matanya tetap fokus dengan pekerjaannya, hingga tidak sadar seseorang baru saja melangkah mendekati mejanya.

"Permisi, café ini akan segera ditutup. Apa Nona berniat untuk menginap di sini?"

Aya terperanjat dan menatap seorang pelayan café yang berdiri tidak jauh darinya. "Ah? Benarkah?" Aya buru-buru membuka layar ponselnya.

21.57

Ah, benar. Sudah hampir tengah malam. Tidak terasa dia sudah duduk di situ selama hampir 5 jam sejak sore tadi.

"Oke, saya akan segera merapikan ini. Terimakasih sudah diingatkan," Aya tersenyum, walau mukanya terlihat pucat karena make up yang ia gunakan sudah luntur.

Selesai merapikan barangnya, Aya berjalan keluar café kemudian berdiri di pinggir jalan untuk membuka ponselnya. Ia perlu memesan taksi online untuk pulang sekarang.

Sekitar hampir 10 menit ia berkutat dengan aplikasi untuk memesan taksi online tersebut, namun tak ada satupun yang menerima pesanannya dengan alasan macet.

Menyerah, Aya mencoba berjalan, barangkali ada ojek yang masih beroperasi semalam ini.

"Mba!"

Baru beberapa langkah, Aya berhenti berjalan. Ia menoleh, ternyata pelayan tadi baru saja keluar dari café.

"Mas manggil saya?" tanya Aya memastikan, walau ia yakin bahwa lelaki itu memanggilnya, karena tidak ada orang lagi selain dirinya di situ yang bisa dipanggil 'Mba'.

Lelaki itu mengangguk, "Mba pulang naik apa?" tanyanya.

"Tadinya mau pesan taksi online, tapi pada cancel orderan saya gara-gara macet," jawab Aya.

"Memang jam segini jalan ke sini sering macet Mba, makanya kendaraan umum suka males lewat sini. Kalau Mba mau naik kendaraan umum, harus jalan lagi ke depan, agak jauh sih Mba," jelas lelaki itu.

Aya mengangguk paham, "Oh, yaudah Mas, saya jalan ke depan aja, agak jauh gapapa,"

"Mau saya antar gak?"

"Eh?"

"Saya antar ke depan Mba. Jam segini suka rawan pemabuk, takutnya kenapa-kenapa kalau jalan sendiri,"

Aya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, malu karena sudah mengira yang tidak-tidak. Kemudian ia hanya bisa mengangguk.

"Bentar ya, saya ambil motor dulu,"

Aya kembali mengangguk dan menunggu lelaki itu mengambil motor di parkiran café.

"Ayo naik, Mba," motor lelaki itu berhenti di hadapan Aya.

Dengan perasaan canggung Aya menaiki motor lelaki yang belum ia ketahui namanya itu. Ia sendiri tidak biasa dibonceng lelaki lain selain ayahnya atau abangnya.

"Nama Mba siapa?"

Aya yang daritadi diam karena memikirkan banyak hal terkejut mendengar lelaki itu menanyakan namanya.

"Aya, Mas,"

"Mbanya dari Univ SS, ya?"

Aya mengangguk pelan, "Kok tau, Mas?"

"Saya liat logo kampus yang ada di kertas laporan Mba tadi, saya juga kuliah di situ soalnya, tapi kerja paruh waktu di cafe tadi,"

"Ooh," Aya kembali mengangguk.

Sweet Scarlet ; 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang