15 ; Regret

174 12 0
                                    

Kelas pagi emang suka bikin males, termasuk bagi Ajun dan Jaden yang padahal baru selesai kelas pertama tapi udah lemes banget. Terlebih lagi mereka gak sempet sarapan, jadi dobel lemesnya. Maka dari itu, Ajun dan Jaden segera melipir ke kantin untuk mengisi perut yang kosong sebelum adanya tragedi pingsan massal.

"Kusut amat tuh muka. Belum dapet uang bulanan?" Jaden yang baru kembali dari membeli minuman bertanya seraya menempelkan sebuah botol air mineral dingin ke tengkuk Ajun yang seketika membuat pemiliknya bergidik kedinginan.

"Ngagetin aja lo," sungut Ajun yang kemudian kembali melamun.

"Kenapa sih? Lagi banyak pikiran?" tanya lelaki yang kini tengah mengaduk siomaynya agar tercampur dengan bumbu kacang. Sedangkan pemuda di hadapannya masih terdiam dan hanya membalas dengan mengendikkan bahu.

Hingga saat Jaden fokus mengunyah siomaynya, Ajun membuka mulutnya dan bertanya, "Den, lo pernah nolak cewek?"

"Uhuk!" mendengar pertanyaan Ajun yang diluar perkiraan itu seketika membuat Jaden tersedak, "Nanya apaan sih lu?" herannya setelah berhasil meredakan tersedaknya.

"Ye, serius gua tanya, lo pernah nolak cewek gak?" Ajun mengulang pertanyaannya setelah mendengus pelan.

"Ya engga lah? Gua ditembak juga baru sekali gimana bisa nolak?" jawab Jaden.

"Hah? Lo pernah ditembak cewek? Siapa?" tanya Ajun yang malah keluar dari topik awal.

"Ye, ada lah, lo gak perlu tau sekarang. Yang penting tadi kenapa lo nanya gituan? Lo habis nolak cewek?" kata Jaden yang buru-buru mengembalikan topik pembicaraan.

"Yah, gak asik lo mah," keluh Ajun kemudian menggaruk tengkuknya pelan, "Gimana ya gua bilangnya..."

"Ya gimana? Emang siapa yang lo tolak?" todong Jaden yang terlanjur penasaran dengan perkataan Ajun.

"Ya ada, anak fisip, temen pacarnya si Janu tuh. Dia nembak gue pas awal ketemu. Terus udah ketemuan berapa kali, kan. Nah, pas ketemuan terakhir kemarin gua tolak dia," jelas Ajun dengan wajah lesu, sedikit perasan menyesal muncul.

"Lah, emang kenapa lo tolak???" tanya Jaden yang masih heran dengan isi kepala teman seperjuangannya itu.

"Gua bingung, Den," ucap Ajun yang masih sedikit menggantung.

"Iya, bingung kenapa?" tanya Jaden berusaha mengkorek.

"Bingung, sebenarnya gua tuh—"

"Bug" suara barang jatuh terdengar sehingga menginterupsi Ajun yang sedang bicara dan Jaden yang sedang menyimak. Keduanya pun kompak menoleh ke sumber suara.

"Anjir, Janu, ngapain sih lo?" tanya Jaden yang kesal karena ia belum sempat mendengarkan jawaban Ajun dengan lengkap.

"Sori, sori, bro. Kalian kok nongkrong gak ajak-ajak gua sih?" ujar Janu yang setelah menjatuhkan ranselnya di lantai kemudian langsung duduk di kursi kosong di antara Jaden dan Ajun.

"Kelas lo kan baru selesai malih, kita kan udah dari tadi," balas Ajun setelah memutar bola matanya.

Tak menggubris ucapan Ajun, tangan Janu langsung mencomot siomay di piring Jaden yang sisa 3 potong. Langsung aja itu tangan dipukul pelan sama yang punya siomay. "Beli sendiri!" serunya.

Janu hanya nyengir kemudian mengelus tangannya pelan.

"Lanjut, Jun," kata Jaden yang beranggapan Janu bukanlah penghalang bagi dia untuk mengetahui omongan Ajun. Tapi ternyata Ajun beranggapan sebaliknya.

"Kagak jadi dah, Den. Dah ya, gua cabut duluan. Mau tidur!" setelah berpamitan, Ajun pun berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan dua sohibnya di meja kantin itu.

"Lo sih pake dateng," Jaden mendorong pelan bahu Janu.

Janu mendelik, "Lah salah gua ape???"

Jaden mengendikkan bahunya, malas menanggapi.

"Nu, gua mau cerita dong," kata Jaden kemudian setelah beberapa menit hening sambil ngetuk-ngetuk meja kantin pake jari telunjuknya.

"Apa?" sahut Janu, dari nadanya aja udah kedengeran pengen tau banget.

"Lo tau, kan? Kalau gua akhir-akhir ini lagi deket sama selebgram hits itu, yang pernah ketemu gua di club, terus gua bawa ke—"

"Iya, iya, iya, gua tau. Kirana, kan? Gua beberapa kali liat ig story lo sama dia," potong Janu sebelum Jaden melanjutkan omongannya. "Terus?"

Jaden nyengir, kemudian mengangguk pelan, "Nah, karena suatu alasan, dia tiba-tiba nembak gua, terus gua terima. Tapi sekarang gua malah bingung, ini statusnya gua beneran pacar dia atau pacar pura-pura aja. Karena setelah itu dia kayak ya, biasa aja gitu. Udah pernah ketemu lagi sih, tapi kayak gak seintens dulu. Gua niatnya emang pure nolong dia aja sih, tapi ya gua tetep kepikiran, anjir," jelas Jaden seraya mengusap wajahnya sedikit kasar.

Janu yang sekarang nyemilin kerupuk yang dia ambil dari toples sambil menyimak cerita Jaden pun mengangguk paham, "Terus?"

"Ya kagak ada terusannya lah, orang ngegantung gitu," jawab Jaden sedikit emosi mendengar respon Janu.

Sedangkan Janu saat ini udah terbahak, kemudian menepuk bahu kawannya yang terlihat hopeless itu, "Kalem, Bro. Lo dari awal juga udah tau kan kalau dia selebgram. Hits lagi. Pasti sibuk lah endorse kesana kemari, lo tuh kayak cuma bagian kecil dari hidup dia. Apalagi dia nembak lo cuma karena suatu alasan kan? Yaudah, fix sih itu kalau gak pacaran pura-pura, lo cuma dimanfaatin sama dia," jelas Janu yang udah kayak pakarnya cinta.

Sedangkan Jaden yang mendengar penjelasan Janu menghembuskan napasnya berat, dirinya semakin hopeless, "Duh, gua makin bingung harus bersikap apa, masalahnya tuh ya, gua—"

"Lo naksir beneran sama dia?" sambar Janu sebelum Jaden menyelesaikan kalimatnya.

Jaden memelotot, kaget karena pertanyaan Janu hampir tepat, namun lelaki itu hanya dapat menganggukkan kepalanya pelan.

Janu yang melihat itu tertawa pelan, "Udah keliatan sih, kalau lo gak naksir beneran mah lo gak akan segalau ini kan,"

Jaden kembali mengangguk, "Eh, bener juga lo. Curiga lo diam-diam buka acara curhat,"

Janu kembali tertawa dan menyikut lengan Jaden, "Udah, santai aja. Intinya lo tetep bersikap kayak biasa aja, jangan nunjukin kalau lo galau, oke?"

Jaden mengangguk paham, "Iye bro. Thank you, ye,"

"Iya, sama sama. Kalau ketemu bilangin ya follback IG gua," Janu mengedipkan matanya, kemudian berdiri dan berniat pergi dari tempat duduknya.

Menyadari maksud Janu, Jaden memelotot, "Yang bener aje lu, Nu???"

Sweet Scarlet ; 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang