07 ; Unexpected Meeting

464 53 4
                                    

Chiara kesel banget, siang bolong panas gini listrik kosan mati, mana hp dia belum selesai di charge, terus perut dia juga laper, mau tidur juga gabisa, anak-anak kosan juga gatau kemana. Suntuk banget pokoknya. 

Akhirnya, dengan sekuat tenaga ia melawan segala rasa kesal dan magernya, kemudian Chiara pun beranjak dari kasurnya dan bersiap-siap untuk keluar kosan. Kemana aja lah, yang penting balik-balik perut udah kenyang dan listrik kosan udah nyala. 

Selesai ngeluarin motornya dari garasi kosan, Chiara segera melajukan motornya keluar dari gang.

Iya, sebenarnya Chiara punya motor sendiri, cuma jarang dia pake karena emang males. Selagi ada Yesa yang suka lewat sini dan nebengin dia pake Honda Jazznya, dia ga perlu repot-repot ngeluarin motornya dari garasi kan?

Sambil jalanin motor dan tengok kanan-kiri, mata Chiara langsung tertuju pada sebuah warung es campur yang keliatan seger banget. Tanpa basa-basi, Chiara langsung melajukan motornya ke warung es campur itu.

"Pak, es campurnya dua ya," ujar Chiara. Iya, dia pesen dua buat dirinya sendiri. Kayanya dia emang lagi ngidam es campur.

"Minum sini apa dibungkus, Neng?" tanya pedagang es campur tersebut.

"Minum sini aja Pak, panas," jawab Chiara.

Bapak pedagang es campur itu mengangguk pelan dan segera meracik pesanan Chiara.

Tak lama, ada seorang lagi yang datang ke warung tersebut, dan memesan es campur. Chiara memperhatikan gerak-gerik orang itu karena ia merasa tidak asing dengan orang itu.

"Loh, Mba?" selesai memesan, lelaki itu duduk di meja samping meja Chiara sambil menunjuk gadis itu. Ternyata lelaki itu juga merasa tidak asing dengan Chiara.

"Eh, Masnya," Chiara tersenyum sendiri lantaran orang itu adalah lelaki yang ia temui di lobby Fakultas Ekonomi Bisnis dan ia bilang ganteng kemarin. Tak disangka ternyata doanya dikabulkan hari ini. 

"Sendirian aja, Mba?" tanya lelaki itu menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Chiara.

Gatau aja dia kalau Chiara udah gemeter saking deg degannya.

"Hehe, iya nih, sendirian aja," jawab Chiara. "Kalau masnya?"

"Engga Mba, berdua saya, sama bayangan,"

Chiara tertawa, tapi tetep jaga image, "Hahaha, bisa ngelawak juga Masnya,"

Lelaki itu nyengir, "Oh iya, kita udah ketemu dua kali tapi belum tau nama nih. Mba siapa namanya?" 

Chiara terdiam dan kemudian mencubit pahanya pelan. Mimpi apa semalem dia bisa ketemu lagi dan ditanyain namanya duluan sama Mas ganteng ini.

"Mba?" lelaki itu melambaikan tangannya di depan wajah Chiara.

"Eh, iya, itu, nama saya....Chiara," jawab Chiara agak terbata.

Lelaki itu tersenyum kemudian menjabat tangan Chiara, "Nama saya Harish. Salam kenal Mba Chiara, namanya cantik kayak orangnya,"

Duh, Chiara gabisa diginiin. Rasanya mau banting gerobak es campur aja sekarang. Tapi ga mungkin sih. Ini akhir bulan dan Chiara gamau disuruh ganti rugi.

"Hehehe, Masnya bisa aja," hanya itu yang bisa Chiara ucapkan sambil tersipu.

Kalau ada temen-temennya disini, pasti muka Chiara udah kena tampol.

"Mba sama Mas udah selesai pacarannya? Ini esnya udah selesai dari tadi, saya pegel berdiri terus," 

Seketika Chiara dan Harish memusatkan atensi pada bapak pedagang yang membawakan 3 mangkok es campur pesanan mereka itu.

"Kenapa ga di taruh meja aja sih Bapakk," celetuk Chiara.

"Ya, saya kan gak mau ganggu kalian," jawab bapaknya.

"Makasih banyak ya, Bapak," ujar Harish.

Bapaknya mengangguk kemudian kembali ke gerobaknya.

"Kamu pesen dua?" tanya Harish.

Chiara nyengir kemudian menganggukkan kepalanya. 

Harish pun menggelengkan kepalanya.

Sambil mengaduk es campurnya, Chiara tersenyum sendiri. Ia masih tak menyangka bisa bertemu dan berkenalan dengan Harish hari ini. Diam-diam ia bersyukur karena listrik kosan yang mati bisa mempertemukan dia dengan crush-nya.

Setelah pertemuan yang tak disangka itu, Chiara segera mengetik sesuatu di ponselnya.

Cewek Kekar (KEren berKARisma) [4]

Chiara: GAISSSSSSSDHFJFKGLGLJF
Chiara: GUE UDAH KENALAN SAMA COWOK GANTENG YG GA SENGAJA KETEMU WAKTU ITU SKSKSKSK

🍒

Kelas Yesa udah selesai beberapa menit yang lalu dan gadis itu memutuskan untuk langsung pulang karena ia memang tidak ada urusan lagi di luar.

"Han, gue duluan ya!" seru Yesa kepada Hanin yang keliatannya lagi mau nelpon pacarnya itu.


"Iya, Sa. Hati-hati!"

Setelah mengangguk seraya mengacungkan ibu jarinya, Yesa langsung berlari kecil keluar gedung fakultasnya menuju parkiran.

Di perjalanan pulang, Yesa melirik ke kanan jalan yang disana terdapat sebuah minimarket dan entah kenapa hatinya tergerak untuk membelokkan mobilnya menuju minimarket tersebut. Membeli beberapa camilan sebagai teman di kamar tidak buruk juga, pikirnya.

Setelah berhasil memarkirkan mobilnya, Yesa pun masuk ke minimarket tersebut.

Saat mata Yesa sedang fokus memindai seluruh rak yang berisi barisan snack, telinganya menangkap sebuah suara dari rak sebelah yang ia yakini kalau itu suara barang jatuh.

Yesa yang penasaran pun segera menghampiri asal suara setelah mencomot beberapa snack secara asal, kemudian mendapati seorang lelaki yang sedang berjongkok sambil memunguti beberapa botol sabun yang berserakan di lantai akibat ulahnya.

Tanpa bertanya, Yesa langsung ikut berjongkok dan membantu lelaki itu memunguti botol-botol sabun agar cepat selesai.

"Thanks ya, tadi gua gak hati-hati jadi nyenggol deh," ujar lelaki itu setelah botol-botol sabun tadi kembali ke tempatnya.

"Iya, santai aja. Bukan masalah besar," kata Yesa tersenyum kecil, kemudian membalik badan dengan niat kembali ke rak snack.

Lelaki itu membalas senyum Yesa, "Eh tunggu sebentar,"

Yesa pun kembali memutar badannya menghadap lelaki yang sepertinya hendak menahannya itu.

"Kenapa?" tanya Yesa.

"Eng, itu," lelaki itu menggantungkan kalimatnya sambil mengusap tengkuknya. "Lo tau rak tempat pembalut gak?" lanjutnya beberapa detik kemudian.

Yesa mengerutkan dahinya, "Rak pembalut?" tanyanya untuk memastikan apa yang ia dengar itu salah atau tidak. 

Lelaki itu mengangguk kemudian nyengir.

"Ada di rak sebelah situ, sini gue tunjukin," kata Yesa kemudian berjalan duluan diikuti lelaki tadi.

"Ini," ujar Yesa menunjuk ke sebuah rak yang penuh berisi berbagai macam merk pembalut.

"Makasih ya," ujar lelaki itu masih terlihat canggung.

"Santai aja, mau dibantuin milih sekalian?" tanya Yesa.

"Hahaha gak usah, gua tau kok," jawab lelaki itu tertawa pelan.

Yesa pun ikut tertawa.

"Yaudah gue duluan ya kalau gitu,"

"Ya silakan. Sekali lagi makasih ya,"

Yesa mengangguk kemudian mengacungkan ibu jarinya lalu berjalan menuju kasir.

Setelah membayar belanjaannya dan keluar dari minimarket, Yesa tidak bisa berhenti berpikir tentang lelaki itu.

"Lumayan cakep juga ya cowo tadi. Tapi kok gue kayak ga asing?"

Sweet Scarlet ; 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang