Ale yang semalam habis bergadang mengerjakan tugas makalahnya berniat untuk mengganti jam tidurnya di pagi hari ini setelah menutup laptopnya. Sambil menguap, ia membuka ponselnya untuk sekedar melihat pukul berapa saat ini. Namun, alih-alih melihat jam, mata Ale justru berfokus pada notifikasi pesan yang baru saja masuk pada ponselnya. Pesan itu merupakan pesan ajakan untuk bertemu dari Ajun.
Mata Ale yang tadinya terasa berat kini langsung terbuka lebar, rasa kantuknya sempurna hilang. Setelah memastikan kembali pukul berapa Ajun mengajaknya bertemu, Ale segera beranjak ke kamar mandi untuk mempersiapkan diri. Baginya mengganti jam tidur itu bisa nanti, tapi bertemu Ajun kapan lagi?
Setelah tiba di tempat yang Ajun tentukan, rupanya lelaki itu sudah duduk manis sembari memainkan ponselnya. Ale tersenyum, menyapa Ajun dan duduk di kursi kosong depan lelaki itu.
"Udah lama sampainya, Jun?" tanya Ale memulai percakapan.
Ajun menggeleng pelan, "Engga, Le. Kebetulan tadi lagi beli sesuatu di dekat sini, jadi belum lama sampainya," jawab lelaki itu.
Ale membalas dengan anggukan pelan, "Oalah, bagus deh. Gue kira gue kelamaan kesininya hahaha,"
Ajun balas dengan kekehan pelan "Hahaha santai aja, Le. Lagian gua juga yang ngajak ketemuannya juga dadakan, siapa tau pas lu baru bangun tidur kan,"
Mendengar itu, Ale tersenyum dan membatin, "Gue bahkan belum tidur semalaman, Jun. Ini gue belain kesini sekarang demi elu seorang,"
"Eh, mau minum apa, Le? Atau lu mau makan?" Ajun bertanya sembari menyodorkan buku list menu pada Ale.
Ale menerima buku menu itu mencari menu yang diinginkannya, "Gue waffle aja deh, Jun. Sama milktea satu," ujar gadis itu.
Ajun mengangguk, menuliskan menu pesanannya dan Ale pada secarik kertas kemudian menyerahkannya pada pelayan café.
"Btw kenapa tiba-tiba ngajak gue ketemuan, Jun? Ada hal penting yang mau lo omongin kah?" tanya Ale langsung pada poinnya setelah Ajun kembali ke kursinya.
Ajun mengusap tengkuknya pelan sebelum memulai ucapannya, "Ehh, sebelumnya, gua mau minta maaf dulu buat sebelum-sebelumnya karena gua pernah nolak elu. Gua minta maaf banget,"
Ale mengerutkan dahinya, bingung. Maksudnya apa ini tiba-tiba minta maaf? Batin Ale heran. "Oh iya, gapapa kok, Ajun. Gue ngerti. Lagian gue juga ga maksa lu nerima kok, kita juga belum kenal lama. Wajar kalau lu nolak gue,"
Ajun tersenyum mendengar kalimat penerimaan Ale, rasanya semakin tidak tega untuk membuat gadis cantik itu jadi merasa tersakiti. "Makasih ya, Le. Satu hal yang harus lu tau, gua nolak lu bukan karena gua gak suka sama lu. Bahkan lelaki normal kalau lihat elu untuk pertama kalinya pasti bakal suka. Ya, siapa sih yang gak suka sama cewe cantik, manis kayak elu gini?"
Ale balas tersenyum lebar mendengar pujian Ajun yang terdengar tulus, walau dirinya merasa ada yang sedikit ganjil dari perkataan lelaki itu barusan, "Makasih, Jun. I'll take that as a compliment."
Ajun terkekeh, "Cewe kayak lu emang pantas nerima pujian, Le,"
"Aduh, udah sih, Jun. Malu gue dipuji mulu sama cowo ganteng," balas Ale dan kemudian keduanya tertawa bersama.
"Sebenarnya ada banyak yang mau gua sampaiin ke elu, Le," ujar Ajun ketika suasananya sudah agak tenang.
Ale terdiam, kembali membuat kerutan di dahinya, "Ada apa, Jun? Lu bisa kasih tau gue satu persatu, gak perlu langsung semuanya. Takutnya lo bingung gimana cara bilangnya kalau langsung semua,"
Ajun menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak terasa gatal itu, tersenyum canggung, "Sebenarnya gua udah lama mau bilang ini, bahkan dari awal gua ketemu sama lu. Tapi, gua belum ada keberanian. Tapi setelah gua perang sama pikiran gua sendiri, akhirnya gua putusin buat ngasih tau sekarang," ujar lelaki itu dengan prolog yang agak panjang, bikin Ale cukup geregetan.
Ale menyunggingkan senyum tipis, menatap Ajun seolah menyalurkan rasa kepercayaan untuk lelaki itu agar lebih berani dalam mengungkapkan perasaannya, "Apapun yang lu ucapin nanti, gue bakal percaya sama lu kok, Jun. Dan yang harus lu tau, perasaan gue ke elu masih sama dari awal, belum berubah sedikitpun,"
Ajun membalas dengan senyum juga, mengangguk pelan, "Sebenarnya, dulu gue pernah suka sama cewe, bahkan sampai jadian. Lumayan lama, sekitar dua tahunan kalau gak salah? Cewe itu cukup terkenal di sosmed, followersnya banyak banget. Tiap post foto sama dia, followers gua jadi ikutan nambah. Itu alasan kenapa followers gua banyak, bukan karena gua yang terkenal hahaha. Terus menjelang putus, gua di silent treatment sama dia. Anjir, gua bingung salah gua apa? Setelah gua telusuri, ternyata bukan gua yang salah. Gua yang diselingkuhin. Itu pertamakalinya gua suka cewe dan ternyata dikecewain seberat itu. Setelahnya, gua mutusin buat gak suka sama cewe lagi," cerita lelaki itu panjang lebar, membuat Ale yang menjadi pendengar tunggalnya merasa ikut masuk ke dalam cerita Ajun.
Ale mengangguk paham, mempersilakan Ajun melanjutkan ceritanya setelah terpotong oleh satu seruput minuman karena tenggorakannya terasa kering.
"Terus, beneran setelah itu gua gak suka sama cewe manapun lagi. Gua fokus buat ngerjain tugas-tugas kuliah gua, bergaul juga cuma sama temen-temen gua si Jaden sama Janu. Udah ditawarin buat pdkt sama cewe-cewe cantik di fakultas, tapi gua tolak semua. Sampai akhirnya gua merasa ada yang mengganjal di hati gua," jelas Ajun, kembali meminum minumannya.
Ale yang tadinya menahan napas karena cerita Ajun terasa hampir tiba pada klimaksnya langsung menghembuskannya kembali, menyuruh lelaki itu untuk lanjut.
"Karena itu, gua tutup hati buat cewe, tapi gue ngerasa ada perasaan berlebih ketika gua nongkrong sama temen cowo gua. Gua tau ini aneh, Le, gua juga ngerasa gitu. Selama satu setengah tahun gua nahan perasaan ini karena gua takut merusak persahabatan kita, akhirnya gua malah ungkapin ini ke elu," ujar Ajun yang sepertinya sudah mengakhiri ceritanya dengan kekehan pelan.
Ale yang cukup terkejut dengan cerita masa lalu Ajun yang sangat tidak terduga itu hanya dapat menutup mulutnya yang spontan terbuka tanpa tau harus mengatakan apa.
"Mungkin setelah lu denger cerita gua, lu ngerasa gua aneh, atau pantes gua gak punya pasangan. Wajar, gua emang ga sepantas itu buat dicintain siapapun, mau sama cewe atau cowo, gua paham." ujar Ajun yang seketika membuat Ale jadi ikut merasa sedih.
Tangan Ale bergerak untuk mengusap telapak tangan Ajun yang tergeletak di atas meja, menyunggingkan senyum paling manisnya pada lelaki di hadapannya itu, "Gak semua orang itu sempurna, Ajun. Gak semua orang juga punya masa lalu yang indah, hampir semua orang pasti punya masa lalu yang buruk. Tapi, seburuk-buruknya itu, semua orang pantas dicintai, Ajun. Dari cerita lu, bagaimanapun lo itu orang baik. Bahkan dari awal gue bisa lihat lu bukan orang jahat yang bakal nyakitin gue. Gue emang belum kenal lu secara personal, tapi setelah dengar cerita lo, gue makin yakin kalau perasaan gue ini gak salah,"
Mata Ajun nampak berbinar, balas menyunggingan senyumnya, "Setelah ketemu elu, gua yakin kalau bidadari itu nyata, ini buktinya lagi duduk di depan gue,"
Ale terkekeh pelan, "Sempat ya lu ngegombal,"
Ajun kembali tersenyum, "Serius gua, Le. Makasih banyak ya, gak salah emang gua cerita ke elu,"
Ale mengangguk pelan, "Gua yakin pasti gak gampang awalnya buat cerita itu ke gue. Gue apresiasi lu yang udah berhasil buat cerita hal itu ke gue. Makasih udah percaya sama gue,"
Ajun balas menganggukkan kepalanya, memindahkan tangannya di atas telapak tangan Ale dan menggenggamnya dengat erat, "Gua yang makasih karena udah denger cerita gua yang super drama. Tapi, ada satu hal lagi yang boleh gua minta dari lo, gak?"
Ale menatap lurus ke arah Ajun, menaikkan kedua alisnya, "Apa tuh?"
"Can you be my healer, Le?"
Ale terdiam dengan ungkapan yang tiba-tiba itu, kemudian menyunggingkan senyum tipis, "Yes, I can, Jun. Gue bakal ngelakuin yang terbaik,"
Ajun tersenyum lebar, menautkan kedua tangannya pada kedua telapak tangan Ale. Akhirnya ia menemukan dimana tempat yang tepat untuk melabuhkan hatinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Scarlet ; 00L
Fanfiction❝ It is scarlet, but sweet ❞ ㅡ00's Journey. Warn: × Local AU × Harsh Words