25; Stressful

75 4 0
                                    

Nara melempar tas kecilnya ke sembarang arah di sebuah ruangan, yang kemudian menimbulkan bunyi mengaduh dari orang yang menjadi tempat pendaratan tas tersebut.

"Woi! Kalau ngelempar sesuatu minimal liat-liat dulu kek," omel Raka yang sedang bermain game di ponsel sambil rebahan atas sofa.

Nara hanya diam kemudian langsung menjatuhkan dirinya di atas kasur di kamar Raka. Appartement Raka memang selalu menjadi destinasi pertama ketika dirinya sedang banyak pikiran.

"Kaga pulang ke rumah ya lo dari kemaren?" tanya Raka yang udah bangun dari posisi rebahannya.

Nara mengangguk pelan, "Gue pusing banget, Ka," rengeknya.

"Gimana temen lo? Sorry, gua ga dateng semalem, malah nyuruh Jaden soalnya tugas kelompok gua belum kelar kemaren," jelas Raka.

"Ancur, Ka," jawab Nara kemudian mencoba duduk dan mengusap wajahnya, "Ini bukan gue yang ngerasain aja udah stress banget, gimana dia?"

"Bentar, coba deh lo jelasin dari awal," pinta Raka.

Nara menarik napas kemudian menghembuskannya perlahan, "Jadi gini," Nara menggantungkan perkataannya, "Kiran hamil,"

"HAH?!" perlahan Raka berjalan mendekat ke arah Nara dan duduk di samping gadis itu.

Nara mengangguk pelan, kemudian mengacak pelan rambutnya.

"Terus gimana anjir? Udah ketahuan siapa bapaknya?" tanya Raka kepalang panik.

Nara mengangguk, "Kemungkinan si Jendra, karena setau gue yang pernah berhubungan sama Kiran ya Jendra itu," jawab gadis itu.

"Bukan Jaden, kan?"

"Bukan, kok. Kiran sama Jaden cuma pacaran pura-pura, jadi hubungannya di publik aja buat ngehindarin Jendra,"

Raka menggelengkan kepalanya dan berdecak pelan, "Parah banget,"

"Mana katanya hubungan mereka itu ga beneran juga, jadi Kirannya cuma jadi taruhan aja," jelas Nara lagi.

Kali ini Raka bener-bener gabisa berkata apa-apa.

"Terus Kiran gimana? Sendirian di appart?" Raka bertanya lagi.

Nara menggeleng pelan, "Engga. Gue udah minta tolong mba Rumi buat jagain dia," jawabnya, "Soal Kiran, lo jangan bilang siapa-siapa dulu, ini masih rahasia,"

"Jaden tau?"

"Iya, dia yang pertama gue kasih tau, karena tadi gue panik banget gatau harus bilang siapa,"

Raka mengangguk paham kemudian menepuk pelan bahu Nara, "Lo yang tenang, semua pasti ada jalan keluarnya,"

Nara mengangguk pelan kemudian mengusap air matanya.

"Lo mau pulang gak? Tadi mama lo sempet nanyain gua,"

"Ntar dah, gue mau istirahat dulu disini, berantakan banget gue kalau pulang sekarang,"

Raka mengangguk pelan, kemudian mempersilakan Nara untuk memakai kasurnya, sedangkan dirinya kembali duduk di sofa dan melanjutkan permainan yang sempat tertunda tadi.

🍒

Sebuah kebohongan besar kalau Yesa bilang ga kepikiran sama apa yang Chiara bilang di grup tadi.

Bima jalan sama cewek lain, yang mana cewek lain itu ternyata adalah teman sekost Chiara.

Memikirikannya saja sudah mampu membuat kepala Yesa pusing tujuh keliling.

Sweet Scarlet ; 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang