Rasanya Chiara mau teriak waktu melihat cowok yang selama ini menarik perhatiannya itu muncul dari sebuah ruangan. Namun seketika teriakan itu tertahan begitu melihat ternyata cowok itu, Harish, tidak keluar sendirian melainkan bersama seorang gadis.
Chiara rasanya mau potek. Harapannya bagai hilang begitu saja.
"Ngapain heh lo di tengah jalan gitu? Pulang kaga?" Tanya Yesa yang baru mau nyamperin Chiara tapi malah liat temennya itu berdiri di tengah koridor dengan ekspresi yang ga bisa dijelaskan dengan kata-kata.
"Saaaaaa, gue patah hati!!!" rengek Chiara yang langsung meluk Yesa tanpa aba-aba.
Yesa yang melihat tingkah Chiara itupun bingung harus seperti apa.
"Emang lo punya cowok sampe bisa patah hati?" tanya Yesa.
Chiara melepaskan pelukannya kemudian menatap sinis cewek yang berdiri di depannya itu, "Emang gue harus punya cowok dulu baru bisa patah hati???"
"Ya gak gitu... Maksud gue, lo patah hati sama cowok mana? Gebetan lo?" Yesa kembali bertanya setelah merevisi kalimatnya.
"Iya, gebetan gue. Baru kenal sekitar dua mingguan sih, tapi gue tetep sakit hati liat dia jalan sama cewek lain!!!"
Yesa menepuk kepala temannya itu, "Perjalanan masih panjang, Sis. Lo bahkan baru sebentar kenal sama dia dan lo langsung ngejudge dia jalan sama cewek lain? Lo sendiri emang udah tau kalau cowok itu emang jomblo atau ternyata udah taken?"
Mendengar penjelasan Yesa, kepala Chiara semakin mau meledak. Wah, dia sendiri gak mikir sejauh itu karena selama ini dia cuma terpukau sama ketampanan Harish dan langsung terperangkap dalam pesona cowok itu tanpa mikir cowok itu taken apa jomblo, kayak naksir ke artis aja gitu.
"Bodo amat lah, pokoknya gue masih patah hati!" seru Chiara kemudian melangkahkan tungkainya keluar gedung fakultas meninggalkan Yesa terlebih dahulu.
Yesa yang melihatnya hanya bisa geleng-geleng kepala, "Ck... ck... ck... Dasar." gumamnya kemudian berjalan menyusul Chiara.
🍒
'Bug'Sebuah tas tiba-tiba tergeletak di lantai gazebo, membuat dua orang yang tengah duduk santai pun terkejut dengan hadirnya seseorang yang selama ini terlihat seperti menghindari mereka.
"Lah? Masih inget lo sama kita?" tanya Raka, salah satu pemuda yang ada disitu, dengan nada menyindir sekaligus menatap temannya dengan mata yang sedikit memicing. Sedangkan pemuda yang lainnya, Bima, menatap sekilas seraya membuang abu rokoknya.
Nathan, lelaki yang telah menjatuhkan tasnya itu menghela napas dan duduk di bibir gazebo seraya menyandarkan tubuhnya di dinding kayu, "Gua stress,"
Raka dan Bima saling tatap, 'Ngapa nih orang?' mungkin adalah kalimat yang terlintas di benak mereka.
"Stress ngapa lo? Mikirin tugas?" tanya Bima.
Nathan menggeleng kemudian mengusap wajahnya.
Sebenarnya Raka udah gatel banget pengen nge-roasting salah satu temannya itu, tapi melihat kondisi saat ini kayaknya gak memungkinkan buat nyeletuk hal-hal yang sekiranya bakal jadi sensitif.
Akhirnya pemuda itu mendekat ke arah Nathan dan menepuk pelan pundak temannya itu, "Kalau beban lo bisa di bagi, disini masih ada dua tempat yang bisa lo pake buat naruh beban lo biar gak begitu berat," ujar Raka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Scarlet ; 00L
Fanfiction❝ It is scarlet, but sweet ❞ ㅡ00's Journey. Warn: × Local AU × Harsh Words