Ajun membuka pintu kamar kostnya dan mendapati Jaden masih tidur telentang di atas kasurnya. Ajun menggelengkan kepalanya pelan dan menarik selimutnya yang melilit tubuh kawannya itu.
"Bangun, sarapan dulu lu biar ada semangat hidup," Ajun menepuk pelan pipi Jaden hingga lelaki itu perlahan tesadar dari tidurnya.
"Jam berapa?" pertanyaan pertama yang terlontar dari mulut Jaden dengan suara serak itu membuat Ajun otomatis menyalakan layar ponselnya.
"Jam 8 lewat 15," jawab Ajun kemudian berlalu ke dapur untuk mengambil sendok.
Beberapa detik kemudian Ajun kembali ke kamar dan posisi Jaden masih belum bergerak sama sekali.
"Kenapa sih? Kayak orang putus asa aja lo dari semalem," tanya Ajun ditengah kegiatannya membuka bungkus bubur ayam yang hendak ia makan.
Jaden mengacak pelan rambutnya, "Gua semalam datang jam berapa?" bukannya menjawab, lelaki itu malah bertanya balik.
"Jam 12 lewat, untungnya gua belum tidur. Kalau udah mungkin lo babak belur dipukulin warga," kata Ajun kemudian menyodorkan segelas air putih pada Jaden, "Nih, minum dulu biar seger,"
Jaden menerimanya dan segera menenggak air putih tersebut sampai habis, kemudian kembali terdiam. Ajun yang merhatiin cuma bisa tutup mulut. Temannya yang satu ini kayaknya lagi kesambet sesuatu, itu yang ada di pikirannya.
"Lo ga kesambet kan?" Ajun akhirnya bertanya memastikan.
"Gua goblok banget ya, Jun?" pertanyaan Jaden membuat Ajun mengurungkan niatnya untuk menyuap buburnya, dan memilih untuk fokus memperhatikan kawan seperjuangannya itu.
"Weits, bentar, Bro. Gua masih ngelag ini. Maksudnya apa? Coba cerita tuh yang runut gitu, biar gua tau harus bereaksi kayak apa," jelas Ajun kemudian menepuk bahu Jaden, "Pelan-pelan aja, lo pasti bisa,"
Jaden mengusap kasar wajahnya, kemudian menghela napas berat, "Gua tolol banget kalau dipikir-pikir," ujar Jaden kemudian menjeda kalimatnya.
Ajun masih terdiam, menunggu Jaden kembali melanjutkan perkatannya, "Lo masih inget, yang gua bilang kalau gua pernah ditembak cewe?"
Ajun mengangguk pelan, "Yang di kantin itu kan? Iya inget kok. Kenapa tuh?"
"Semalem, gua jemput dia di club, yang waktu itu pernah gua datengin. Cewenya pun masih sama kayak yang gua temuin di sana. Tapi dia ga sendiri, sama temennya, dan satu cowo, dia ini mantannya yang sekarang ngaku-ngaku jadi pacarnya si cewe. Gua gatau mereka beneran balikan apa engga, karena dia ga cerita. Tapi gua ngerasa ada yang disembunyiin sama tuh cewe," jelas Jaden, kemudian menyeruput es teh milik Ajun dengan tanpa dosa.
Ajun mau marah tapi dirasa timingnya ga pas, jadi dia mengizinkan Jaden meminumnya. Ajun merasa lebih tertarik sama curhatan Jaden daripada es teh.
"Bentar, kayaknya gua tau cewe yang lo maksud. Itu cewe yang lo bawa ke hotel waktu itu kan? Selebgram bukan sih?" tanya Ajun memulai analisisnya.
Jaden mengangguk pelan, "Iya, si Kirana,"
Ajun otomatis melotot, dia beneran kaget yang kaget gitu, "Wah, gua ga nyangka level cewe lo udah sampe Kirana," lelaki itu menggelengkan kepalanya.
"Perasan gua pernah bikin story foto dia dah, ketahuan kagak pernah buka ig," jelas Jaden.
"Ya maap bos, hp gua isinya cuma wa sama free fire doang," ujar Ajun, "Yaudah, terus gimana lo sama Kirana Kirana itu?"
"Gatau, gua kan cuma pacar pura-pura dia, jadi ga ada hak buat nyampurin urusan dia," jawab Jaden lesu.
Ajun menepuk bahu kawannya itu, "Yaudah, lo tenangin aja pikiran lo dulu. Makan dulu tuh, keburu jadi nasi lagi ntar buburnya," kata lelaki yang berusaha menghibur Jaden itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Scarlet ; 00L
Fanfiction❝ It is scarlet, but sweet ❞ ㅡ00's Journey. Warn: × Local AU × Harsh Words