Haruskah menyerah?

3.9K 254 15
                                    

SELAMAT MEMBACA❤️

******

"Lo dari mana aja? kenapa baru pulang?" tanya Rehan. Ia panik saat tak menemukan Alvin di kamar.

Alvin menggaruk tekuknya. "Hm itu bang semalam gue nginap dirumah Gio, nah iya dirumah Gio," bohong Alvin.

Rehan memasang wajah curiga. "Yang benar? kenapa lo gak izin dulu ke papi? orang rumah panik nyariin lo Al."

"Kecuali mami kan bang?" gumam Alvin tersenyum miris.

Rehan menghela nafas. Ia menepuk pelan bahu Alvin. "Gue tau lo orangnya sabar Al."

"Gimana sih rasanya dipeluk sama mami bang? nyaman gak? hangat gak? gue nanya karna gue gak pernah rasain itu, sedangkan lo kan sering dipeluk mami," lirih Alvin pelan, ia iri dengan kedekatan Rehan dan Via. Padahal anak kandung Via itu Alvin bukan Rehan.

Rehan bungkam. Ia tak menyangka kedekatannya dengan Via justru membuat adik laki lakinya merasa iri.

"Maaf Al kalau kedekatan gue sama nyokap lo bikin lo iri, gue benar benar gak ber-" ucap Rehan yang terpotong.

"Lo gak salah bang. Nyokap gue kan sekarang juga jadi nyokap lo. Jadi lo gak perlu ngerasa gak enak sama gue, karna lo juga berhak atas mami kok. Gue cuma pengen juga dipeluk mami, karna dari kecil gue gak pernah rasain itu," bisa jadi untuk yang pertama atau yang terakhir kalinya.

Alvin memasuki kamar, meninggalkan Rehan yang mematung ditempat.

Memang faktanya Alvin belum merasakan pelukan dari seorang ibu yang sudah melahirkannya ke dunia. Karna setau Alvin ia dibesarkan oleh bokap dan omanya. Namun disaat ia menduduki kelas satu Smp, ia harus kehilangan sosok Oma. Disaat itu Alvin sangat hancur, ia kesepian. Karna selama dimension ia ditemani oleh Omanya, sedangkan bokapnya sibuk mengurus kantor.

Namun rasa sepi itu mulai menghilang saat ia mengenal keluarga Azha. Alvin sangat dekat dengan Mawar nyokap Azha dan Gibran. Bahkan Alvin sudah dianggap anak oleh Mawar. Disaat bersama Mawar lah Alvin sedikit demi sedikit merasakan disayang oleh sosok ibu, walau Mawar bukan ibu kandungnya sendiri.

Saat memasuki bangku Sma, tepatnya saat ia kelas sepuluh semester satu. Kembali ia harus kehilangan sosok perempuan yang beharga dihidupnya. Mawar, wanita itu dibunuh saat ia, Azha, Dirga dan Gibran tengah bermain di tepi danau.

Saat itu Gibran tengah membeli makanan keluar, Dirga tengah mengambil karpet diparkiran mobil, Alvin dan Azha bermain di tepi danau, sedangkan Mawar berjalan sendirian dibawah pohon rindang, jaraknya tidak terlalu jauh dengan Azha dan Alvin.

Hingga tak selang lama suara tembakan pistol mengagetkan Alvin dan Azha. Mereka menoleh ke belakang, disaat itulah mereka berdiri mematung dengan tubuh yang bergetar hebat. Mereka berlarian menghampiri Mawar yang sudah tergeletak ditanah dengan bersimbah darah segar. Saat itu Mawar meninggal ditempat.

Azha saat itu menangis histeris tanpa sadar ia memegang pistol yang tergeletak di tanah. Alvin berusaha menenangkan Azha saat itu. Sedangkan Gibran mengejar orang yang berpakaian serba hitam, ia sempat melihat kejadian itu. Saat hendak berlari menuju Mawar, mata Gibran tak sengaja menangkap seseorang berpakaian serba hitam yang bersembunyi dibalik pohon.

Namun disaat yang tidak tepat Dirga datang, ia syok saat itu juga. Fikirannya kacau, hingga tanpa sadar ia menuduh Alvin dan Azha yang sudah membunuh istrinya. Apalagi saat ia melihat Azha memegang pistol, dan dikaos Alvin terdapat becak darah.

Itu lah asal mula Dirga sangat membenci Alvin dan Azha. Padahal dulu ia sangat merestui hubungan kedua pasutri itu. Padahal waktu itu Gibran sudah menjelaskan semuanya dengan Dirga, ia panik saat tau Dirga akan membawa kasus itu ke polisi. Apalagi di pistol itu sudah terdeteksi sidik jari Azha.

𝐀𝐥𝐯𝐢𝐧𝐙𝐡𝐚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang