Bacanya pelan pelan ya biar kerasa gitu
Oh ya gusy aku minta satu hal, tolong jangan sama samain cerita aku sama karya orang lain. Kalau ada kemiripan alur mohon maaf ya. Tapi jujur ini murni dari pemikiran aku. Rasa semangat buat ngetik rasanya hilang saat banyak yang bilang cerita aku cuma hasil Copas.
Jangan cuma karna satu adegan yang sama jadi banyak yang nuduh aku copas itu lah copas ini lah. Bukan gak terima, tapi sesama author pasti tau rasanya gimana saat pemikiran sendiri dibilang copas. Aku juga tau mikirin alur itu gak gampang, jadi mana tega aku copas hasil pemikiran author yang pasti udah lebih senior dari aku.
Awalnya aku gak mau naggepin ini, tapi lama kelamaan aku cape juga kalau setiap hari pasti ada aja yang bilang copas. Maaf kalau kata kata aku berlebihan. Sekian dan terima gaji🙏😭
Selamat Membaca❤️😉
*****
"Gue gak izinin lo main basket!" tegas Gio menatap nyalang Alvin dihadapannya.
Siang ini anggota basket akan berlatih untuk mengadakan lomba basket antar koto yang akan diadakan satu minggu lagi di kota Jakarta, lawan mereka banyak berasal dari luar kota dan sebuah apresiasi sekali saat sekolah mereka ditunjuk untuk mewakili kota Jakarta. Keadaan Alvin sangat tidak memungkinkan untuk ikut, jika ketiga temannya mengizinkan Alvin? yang ada sama saja mereka menyuruh Alvin untuk cepat pergi dari dunia.
Mereka masih ingat kata dokter untuk melarang Alvin bermain apapun yang akan melelahkan tubuhnya sendiri. Alvin boleh berolahraga, namun yang ringan bukan yang berat seperti bermain basket. Apalagi cuaca siang ini sangat panas. Mereka tidak mau mengambil resiko untuk itu.
"Gak bisa gitu Yoo, gue kan kapten! gue harus ikut, bolehin napa sih," ujar Alvin. Bermain basket adalah hobinya dari kecil.
Gio tetap menggeleng. "Sekali aja bisa fikirin kesehatan lo hah?!" geram Gio.
"Benar kata Gio Al. Untuk sekarang lebih baik lo gak usah ikut dulu, fokus sama kesehatan lo aja dulu ya," ucap Devan berusaha lembut agar Alvin mengerti.
"Lo ngeraguin gue Van?" tanya Alvin.
Devan menggeleng. "Bukannya ngeraguin lo, kita begini tuh karna kita sayang sama lo Al. Kita gak mau kondisi lo menurun cuma karna main Basket."
Alvin menghela nafas. "Ini impian gue dari kecil Van. Kita udah usaha dari dulu buat menang saat seleksi dan alhamdulillah waktu itu sekolah kita yang terpilih bahkan sampai masuk final. Dan sekarang gue pengen ikut, ini final, gue pengen buat sekolah kita bangga Van."
Zidan melangkah maju, merangkul Alvin dengan erat. "Gue ngerti perasaan lo Vin. Yang strong ya, kita janji kita akan menang buat lo."
"Gue beneran gak boleh ikut?" tanya Alvin terdengar sendu. Padahal bermain di final itu adalah impiannya dari dulu.
Gio menggeleng. "Pertandingan basket bukan cuma satu kali. Akan banyak pertandingan yang lebih berat yang akan kita lewatin nanti Al. Gue gak mau bertindak ceroboh, pertandingan masih bisa dicari tapi kalau lo yang pergi? gak akan ada ganti Al," jelas Gio panjang lebar.
Alvin terpaku mendengar perkataan Gio yang sangat meyentuh hatinya. Ya setidaknya ia harus bersyukur mempunyai teman yang begitu peduli dengan kesehatannya.
"Semangat Alvin. Kita janji kita akan bawa mendali dan piala itu buat lo," ucap Devan tersenyum tulus.
"Kalian harus tepatin janji itu, gue gak mau tau," ucap Alvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐥𝐯𝐢𝐧𝐙𝐡𝐚
Teen Fiction"Al bisa jemput gue di gang jln mawar?" "𝘊𝘬 𝘭𝘰 𝘯𝘨𝘢𝘱𝘢𝘪𝘯 𝘥𝘪𝘴𝘪𝘵𝘶? 𝘭𝘰 𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘶 𝘨𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘢𝘩𝘢𝘺𝘢!" "Terpaksa. Please kali ini aja tolongin gue Al. Gue butuh lo, gue mohon, gue takut. Ada tiga preman yang ngejar, gue ga...