Selamat Membaca❤️😉
"Laki-laki adalah sosok yang kuat dan tegar. Namun ia akan rapuh jika mengingat sosok ibu yang sudah berbeda alam. Bagi mereka ibu adalah cinta pertamanya." Gibran Nugraha Dirga.
*****
Hari ini cuaca seakan-akan tau perasaan semua orang yang berada di area pemakaman. Air hujan membasahi beberapa orang yang lupa membawa payung. Hujan datang setelah jenazah almh Via di kuburkan.
Rehan memeluk erat papan nisan yang bertuliskan nama Via Ayodianzha Kumala. Semua orang menatap sendu Rehan, dari kecil mereka tau bahwa Via yang sudah membesarkan Rehan. Dan sekarang cowok itu kembali harus kehilangan sosok ibu.
Tak jauh dari Rehan, Dito juga sama hancurnya. Ingatan beberapa tahun yang lalu kembali berputar di otaknya. Ia ingat betul gimana perjuangan almh istrinya itu saat melahirkan Rehan, dan berakhir harus kehilangan nyawa. Lalu sekarang ia kembali harus kehilangan seorang istri.
"Kenapa harus mami? kenapa harus mami yang bekorban. Rehan belum siap kehilangan mami, dari kecil mami yang rawat Rehan. Semuanya udah kita lewatin mi, dan sekarang mami tega ninggalin Rehan? Rehan udah gak punya ibu lagi berarti?" lirih Rehan, air matanya yang mengalir ia biarkan.
Gibran berjongkok disamping Rehan. "Jangan pernah merasa sendiri Han. Gue juga pernah ada di posisi lo, gue akui emang berat. Tapi gue yakin lo bisa. Sebagai anak pertama kita harus kelihatan tegar dihadapan bokap sama adek kita Han. Walau pada dasarnya kita gak sekuat itu," ujar Gibran berusaha memberi Rehan support.
Rehan menatap sendu Gibran. "Gue hancur Gib, hancur. Mami pergi ninggalin gue," lirihnya bergetar hebat.
Gibran tersenyum tipis, ia menepuk pelan punggung Rehan. "Semangat demi papi lo dan Alvin. Ingat masih ada Alvin yang harus lo kasih support han."
Alvin? tubuh Rehan kembali bergetar jika mengingat Alvin. Fikirannya kacau, ia bingung harus menjelaskan dengan cara apa agar Alvin mengerti nanti.
Rehan menggeleng. "Gue takut Alvin gak terima sama semua ini Gib. Gue yakin Alvin akan ngamuk kalau tau mami nya meninggal karna bekorban untuk keselamatan Alvin," gumamnya.
Operasi kemarin berjalan dengan lancar. Dan Alvin sudah dipindahkan ke ruang rawat VVIP. Hanya saja keadaan Alvin belum stabil ia masih gritis, belum ada yang boleh menjenguk Alvin. Hingga sampai sekarang pria itu belum sadar. Mereka semua menitipkan Alvin kepada suster, karna mereka harus mengantar Via kerumah terakhirnya.
Dito, pria itu tersenyum sendu menatap gundukan tanah dihadapannya. Lagi-lagi ia harus kehilangan seorang istri.
"Mami yang tenang ya disana. Makasih udah nemanin papi selama ini, makasih juga udah jadi ibu yang baik buat Rehan. Papi janji akan jaga Rehan dan Alvin, papi gak akan beda-bedain mereka sesuai permintaan mami. Istirahat yang tenang ya mi? papi sayang mami, selamanya," lirih Dito bergumam pelan.
Jika dibandingkan dengan Rehan, mungkin Dito terlihat lebih tegar. Pria ini hanya berusaha agar terlihat kuat dihadapan Rehan, kalau bukan dia? siapa lagi yang akan menjadi penyemangat Rehan.
Pria itu tersenyum mengejek Rehan. Tangannya bergerak merangkul putranya itu. "Masa jagoan papi nangis? buktiin sama mami yok kalau kamu bisa kuat. Kita gak boleh terlalu larut dalam kesedihan bang, karna masih banyak perjalanan yang harus kita lewatin kedepannya," ucap Dito tersenyum menatap Rehan.
"Papi cuma pura-pura kuat didepan Rehan kan? padahal faktanya papi jauh lebih hancur dari Rehan," ucap Rehan membuat Dito bungkam.
"Papi bener Rehan harus kuat. Anak pertama gak boleh lemah. Sedih boleh tapi gak boleh terlalu lama," gumam Rehan membuat Dito sedikit lega.
![](https://img.wattpad.com/cover/337026674-288-k685460.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐥𝐯𝐢𝐧𝐙𝐡𝐚
Fiksi Remaja"Al bisa jemput gue di gang jln mawar?" "𝘊𝘬 𝘭𝘰 𝘯𝘨𝘢𝘱𝘢𝘪𝘯 𝘥𝘪𝘴𝘪𝘵𝘶? 𝘭𝘰 𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘶 𝘨𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘢𝘩𝘢𝘺𝘢!" "Terpaksa. Please kali ini aja tolongin gue Al. Gue butuh lo, gue mohon, gue takut. Ada tiga preman yang ngejar, gue ga...