Balikan Yok

2.7K 196 11
                                    

Hati hati banyak typo bertebaran!

Biasakan vote sebelum membaca ya😉

Selamat membaca guys😉❤

*****

Alvin menatap kosong kuburan dihadapannya. Hatinya terasa diiris saat melihat nama Via tertulis dipapan nisan. Tangannya bergetar saat menaburkan bunga di gundukan tanah yang masih basah itu.

Tangan Azha terulur menghapus air mata Alvin yang terus mengalir. Hal itu membuat Alvin menatap dalam Azha yang tengah tersenyum manis ke arahnya. Alvin membalas senyuman itu, senyuman yang mampu membuatnya tenang.

"Gak mau ngomong sama mami?" tanya Azha menggenggam erat tangan kiri Alvin.

Alvin menoleh, tersenyum lalu mengangguk. Perlahan Alvin mendekat ke papan nisan itu, ia memciumnya cukup lama. Seakan-akan tidak mau melepaskan kepergian Via.

Suara isakan tangis memang tidak terdengar, namun air mata Alvin terus mengalir. Ia berusaha tegar dihadapan rumah terakhir maminya.

"Mi... Alvin rindu mami. Boleh gak bentar aja mami muncul? Alvin ingin dengar suara mami, Alvin pengen peluk mami, Alvin pengen ada dalam dekapan mami terus."

Azha menghapus air matanya yang ikut mengalir. Ia sangat tau rasanya kehilangan seorang ibu. Rasanya seperti kehilangan separuh jiwa. Hidup seakan-akan tidak ada warna.

"Alvin kira setelah ayah pergi Alvin akan hidup menua sama mami. Hidup bahagia, tertawa bersama. Tapi ternyata itu cuma hayalan Alvin mi. Kalau boleh Alvin jujur, Alvin gak masalah saat tau mami benci sama Alvin. Karna bagi Alvin lihat wajah mami tiap hari aja udah lebih dari cukup buat Alvin."

"Mami tau gak? hidup Alvin rasanya gak guna saat tau mami ngorbanin nyawa mami buat Alvin. Saat ayah pergi Alvin relain nyari mami tuh karna Alvin mau balas budi mi. Alvin mau berbakti sama orang yang udah lahirin Alvin. Sekarang mami pergi, ninggalin kedua putra mami."

"Alvin takut ketemu Galvin mi. Alvin harus bilang apa sama Galvin, mami pergi karna Alvin. Demi apapun mi Alvin takut Galvin benci sama Alvin. Alvin gak mau mi," tubuh Alvin bergetar hebat, namun hebatnya tidak terdengar isakan disana.

Azha memeluk erat Alvin dari samping. Ia berusaha tersenyum saat Alvin menatap ke arahnya.

"Kita lewatin sama-sama ya," ucap Azha menghapus air mata Alvin.

"Janji?" ucap Alvin menyandarkan kepalanya di bahu Azha.

"Janji," jawab Azha tersenyum manis.

Alvin mengangguk. Ia kembali ke posisi awal sembari merangkul Azha dari samping kiri. Ia sengaja hanya mengajak Azha kesini, sedangkan yang lain Alvin minta untuk menunggu di mobil.

Alvin mendongak menatap langit sore yang begitu indah. Sembari berkata dalam hati, "Ya Allah, haramkanlah wajah ibu dan ayahku dari sambaran api neraka. Dan hamba mohon Ya Allah karuniakanlah buatnya surga tanpa hisab."

~~~~

Azha dan Gibran melangkah memasuki mension keluarganya setelah mengantar Alvin kemension kakeknya. Disana ketiga sahabat Alvin menginap, hal itu membuat Azha sedikit lega. Keadaan Alvin belum sepenuhnya vit, ia bisa pulang karna Alvin terus memaksa.

"KETERLALUAN!"

Langkah Azha dan Gibran terhenti serentak. Mereka menatap satu sama lain.

"Itu papa kenapa kak?" tanya Azha, ia yakin itu suara Dirga.

𝐀𝐥𝐯𝐢𝐧𝐙𝐡𝐚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang