Tak ada lagi senyum tulus yang ditampilkan seorang Alvin, hanya ada senyum palsu dibalik topeng yang ia pakai.
Perasaannya terlalu kacau saat mendengar kabar yang sekarang tengah menjadi trend topik di sekolah. Entah kenapa berita itu sangat cepat menyebar.
Alvin ingin berusaha tegar dihadapan para sahabatnya, namun jika kabar itu sudah tersebar? apa mereka masih percaya dengan senyum palsu yang Alvin perlihatkan.
Siang ini Alvin memutuskan membolos. Ia tidak mengikuti pelajaran siang. Ia memilih menyendiri di rooftop, sekedar untuk menenangkan perasaannya. Walau ia yakin itu hanya sia-sia.
"Alvin."
Suara itu membuat Alvin diam. Detak jantungnya berdetak lebih kencang. Jelas itu suara yang selama ini ia rindukan.
Ia tidak berbalik, tapi gadis itu sendiri yang sekarang telah berdiri di hadapannya.
"Hai," sapa Alvin tersenyum tulus. Jelas itu senyum palsu.
Jika boleh jujur Alvin sangat ingin menangis terisak dipelukan gadis di hadapannya itu. Namun ia sadar, sekarang ia sudah tidak berhak atas itu.
"Berhenti tersenyum dihadapan gue Al," lirih Azha menatap sendu pria di hadapannya.
"Apa lo mau lihat gue nangis disini?"
"Curahin semuanya, jika itu bukan kepalsuan."
Alvin tersenyum getir. "Tapi sekarang semuanya palsu Zha."
Kalimat itu membuat Azha diam. Apa Alvin sehancur itu? hingga semua yang ia perlihatkan hanya sebuah fiktif belaka.
"Kapan acara lamaran resmi kalian? jangan lupa guenya di undang." Bahkan Alvin terlihat tegar mengucapkan itu.
"Gue pasti undang. Tapi gue harap lo gak datang."
Alvin menatap bingung. "Kenapa begitu?"
"Gue sama hancurnya sama lo kok Al. Kalau lo ngira gue bahagia? lo salah besar. Bahkan sekarang gue merasa menjadi pemeran antagonis, dimana gue sekarang sudah menjadi tunangan Dewa namun dihati gue gak ada nama Dewa sedikitpun. Hanya lo Al, cuma lo," jelas Azha menatap Alvin dengan mata berkaca-kaca.
Alvin tersenyum mendengar itu. "Gue tau. Dan gue harap lo akan menjadi pemeran protagonis. Ikhlas sama semuanya Zha, karna kita cuma sepasang manusia yang saling mencintai namun terhalang restu. Jangan jadi jahat, om Dirga udah milih Dewa. Berarti sekarang tugas lo cukup bahagia sama Dewa."
"Mudah banget lo ngomong Al. Itu gak mudah buat gue!"
"Buat gue juga gak mudah Zha. Terlalu sakit buat gue ngelihat lo sama yang lain. Tapi kita bisa apa? kita gak bisa memaksa takdir Zha. Semuanya udah diatur. Kalau emang udah jalannya kaya gini, ya berarti kita harus ikhlas."
"Mari saling melupakan."
~~~~
Alvin menghela nafas lelah. Hari ini benar-benar sangat melelahkan. Apalagi saat mendengar semua murid tengah menggosip berita yang tengah viral itu.
Apa mereka tidak bisa untuk tidak ikut campur masalah orang lain? gak ada kerjaan apa gimana? dasar beban.
"Alvin."
Alvin mengerutkan keningnya saat melihat Dewa yang tengah berjalan ke arahnya. Tidak kah ia tau Alvin saat ini tidak ada mood untuk melihat wajah Dewa.
"To the point. Gue lagi gak mau debat," ucap Alvin finish.
Terdengar lelaki itu menghembuskan nafas pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐥𝐯𝐢𝐧𝐙𝐡𝐚
أدب المراهقين"Al bisa jemput gue di gang jln mawar?" "𝘊𝘬 𝘭𝘰 𝘯𝘨𝘢𝘱𝘢𝘪𝘯 𝘥𝘪𝘴𝘪𝘵𝘶? 𝘭𝘰 𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘶 𝘨𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘢𝘩𝘢𝘺𝘢!" "Terpaksa. Please kali ini aja tolongin gue Al. Gue butuh lo, gue mohon, gue takut. Ada tiga preman yang ngejar, gue ga...