Terbongkar

3.1K 237 15
                                    

Selamat Membaca

*****

Azha berjalan ditepi lapangan basket sendirian. Ia hendak menuju lapangan bulu tangkis setelah selesai dengan ritualnya dikamar mandi.

Gadis itu berjalan dengan pandangan tertunduk ke bawah. Ia melamun memikirkan semua perkataan Alvin tadi. Entah kenapa fikirannya menjadi kacau sekarang.

Ia memang benci bahkan sangat benci dengan Alvin yang sekarang. Namun ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Azha masih sangat mencintai Alvin, perasaannya itu tidak akan pernah hilang sampai kapan pun.

Azha sedikit menyesal saat mengakui Dewa sebagai pacarnya didepan Alvin, padahal faktanya ia dan Dewa tak lebih dari seorang sahabat. Azha berkata seperti itu agar Alvin menjauh darinya, namun sekarang ia sendiri yang dibuat gusar.

"Azha,,"

Gadis itu membalikkan badannya. "Eh Dewa. Ada apa?" tanyanya.

Dewa menggeleng sembari tersenyum manis. "Gak ada apa-apa sih. Cuma pengen nyapa lo aja," jawabnya.

Azha mengangguk. "Kok lo pakai seragam basket? lo ikut tanding emang?" tanyanya.

"Hehe iyah, Alvin nyuruh gue. Katanya Alvin gak bisa ikut, jadi dia minta gue masuk karna gue kan juga masuk tim basket di Inggris. Tapi sayang kaptennya Gio, padahal gue pengen banget jadi kapten," jawab cowok itu memeles.

Azha tertawa pelan. "Kan semua itu harus bertahap Wa. Gak mungkin lo baru masuk lansung jadi kapten, yang ada lo digebukin satu sekolah."

Dewa tertawa pelan, tangannya bergerak mengacak gemas rambut Azha. Perlakuan itu membuat Azha mematung, terlebih saat ia melihat Alvin yang duduk dibawah pohon, tatapan Alvin sepertinya juga mengarah ke mereka.

"Gue cuma bercanda elah, mana berani gue ngambil posisi Alvin Zha. Gio emang lebih berhak atas itu, skilnya juga hebat banget. Gue yakin kalau Alvin masuk pasti sekolah kita lansung juara, wakilnya aja udah hebat apalagi ketuanya kan?" ucap Dewa menatap Azha.

Azha berdehem pelan. "Alvin emang hebat Wa. Eh btw lo tau alasan Alvin mundur?" tanyanya.

Laki-laki itu menggeleng. "Gak tau gue, gak mau kepo juga sih. Emang kenapa?"

"Ah gpp, gue cuma heran aja. Padahal kan Alvin itu kapten basket disekolah," gumam Azha.

"Mungkin ada alasan yang kuat. Kalau lo kepo banget kenapa gak tanya sama Alvinnya lansung?" tanya Dewa.

"Gak ah males. Lagian gak penting juga. Udah ya Wa, gue ke teman-teman dulu, bay," pamit Azha berlari menjauh dari lapangan Basket.

Dilain tempat tepatnya dibawah pohon rindang  terdapat Alvin cs yang menatap Azha dan Dewa sejak tadi dari jarak yang cukup jauh. Mereka sedikit jengkel saat Alvin diam saja melihat Dewa yang dengan lancangnya mengusap kepala Azha.

"Ck lo kenapa diam aja sih Al? seharusnya lo gebukin tuh si Dewa, seenak jidatnya aja main ngelus rambut Azha. Kita aja dulu lansung lo tonjok loh!" kesal Devan menatap geram Alvin yang hanya diam memandang dari tadi.

"Sekarang situasi nya udah gak sama Van. Gue gak ada hak untuk larang siapapun cowok yang dekat sama Azha lagi," jawab Alvin.

"Cemen lo Al! mana Alvin dulu yang penuh semangat buat dapetin Azha? mana Alvin dulu yang posesif banget sama Azha Al?" tanya Zidan menatap kesal Alvin.

"Udah hilang. Sekarang yang didepan kalian ini Alvin sipenyakitan, bukan Alvin yang kuat dan sehat kaya dulu," ujar Alvin tersenyum miris.

"Lo akan sembuh! perjuangin Azha lagi!" suruh Gio.

𝐀𝐥𝐯𝐢𝐧𝐙𝐡𝐚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang