Rahasia

3.9K 249 14
                                    

Selamat Membaca❤️😉

*
*
*

Azha, gadis itu berjalan menuruni anak tangga satu persatu. Saat hendak melewati meja makan suara bariton dari Dirga menghentikan langkah Azha.

"Stop disitu!"

Menoleh ke belakang. Gadis itu mengerutkan keningnya menatap Dirga. "Ada apa pa?" tanyanya.

Kali ini memang Dirga hanya sendiri di meja makan. Sepertinya Bella sedang mengantar Aurel ke sekolah.

"Sarapan," suruhnya.

Azha melongo. "Papa bercanda? tumben banget ngajak sarapan bareng."

"Gak usah bawel bisa? duduk cepat!" ucap Dirga tidak mau di bantah.

Azha tersenyum senang. Ia berlarian menuju meja makan, ia duduk disamping kiri Dirga.

"Kurang kak Gibran gak sih pa?" tanya Azha menatap Dirga yang tengah asik makan nasi goreng.

"Dia sibuk," jawab Dirga.

Azha mengangguk faham. "Pa," panggil Azha.

Dirga menoleh. "Hm?"

"Papa kapan mau jadiin Azha putri kecil papa lagi? Azha kangen pa," lirih Azha.

"Gak usah rusak mood makan saya!"

Dapat Azha simpulkan bahwa Dirga tidak suka membahas hal sensitiv seperti itu.

Tidak butuh waktu lama untuk Azha menghabiskan sarapannya. Setelah selesai ia pun membersihkan meja makan.

"Biar bibi yang nyuci," ucap Dirga walau terdengar dingin.

Azha mengerutkan keningnya. Demi apapun ia bingung dengan sikap Dirga yang aneh seperti sekarang. Apakah papanya itu kerasukan?

"Owh ya udah. Kalau gitu Azha ke sekolah dulu ya pa," Azha berjalan menghampiri Dirga sembari menyodongkan tangannya.

"Apa? uang saku kamu masih kurang? apa perlu saya transfer lagi?" tanya Dirga menatap heran.

Azha tersenyum. "Uang saku aku masih banyak kok pa. Azha cuma mau nyalim papa sebelum berangkat sekolah."

Dirga mengangguk. Ia membiarkan Azha menyalimnya.

Rasanya Azha ingin berteriak saat ini juga. Biasanya setiap Azha mau menyalim Dirga, pria itu pasti lansung mengomelinya. Tapi sekarang? ah ini seperti mimpi.

"Assalamualaikum pa."

"Waalaikumsalam," gumam Dirga menatap punggung Azha yang mulai menghilang dari pandangannya.

"Arghhh sial!" decak Dirga mengacak rambutnya dengan kasar.

"Bersikap baik sama dia itu sama aja akan nyiksa diri saya sendiri. Wajahnya terlalu mirip dengan Mawar."

*****

Devan berdecak kesal menatap wajah Alvin yang penuh dengan lebam.

"Ulah siapa lagi Al?!" tanya Devan dengan nada kesal.

Sekarang mereka memang hanya berdua dikelas. Gio dan Zidan sepertinya masih dalam perjalanan. Entah mimpi apa mereka datang sepagi ini.

"Lo tau jawaban nya Van," ucap Alvin menatap datar ke depan.

"Bokap Azha lagi?" Alvin mengangguk sebagai jawaban.

"Lebih tepatnya anak buahnya," ucap Alvin membenarkan.

Terdengar helaan nafas kasar dari Devan. "Lo kan udah putus sama Azha. Kenapa dia masih nyuruh anak buahnya buat mukulin lo?" tanya Devan sembari mengepalkan kedua tangannya.

𝐀𝐥𝐯𝐢𝐧𝐙𝐡𝐚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang