Typo bertebaran dimana mana!
Jangan lupa follow, vote dan komennya ya. Semakin banyak komen dari kalian maka semakin cepat aku up.
Selamat membaca😉❤️
*****
Huekk
Hueekk
Alvin, cowok itu terus memuntahkan isi perutnya sejak tadi. Ia terkulai lemas duduk dilantai dengan sandaran dinding kamar mandi.
Sakit, semuanya sakit. Baik fisik ataupun batinnya.
Pria itu memejamkan matanya sejenak, meredakan rasa mual dan sakit kepala yang ia rasakan sejak selesai cuci darah tadi. Ini sudah biasa ia rasakan saat selesai melakukan cuci darah.
"Disaat saat seperti ini, rasanya gue pengen banget meluk lo Zha. Gue pengen banget dapat support dari lo. Gue capek sendirian menahan sakit disekujur tubuh gue, rasanya gue pengen nyerah."
"Dunia terlalu kejam buat kita berdua. Kita sama-sama kurang beruntung dalam hal percintaan maupun keluarga. Kenapa harus kita? kenapa harus kita berdua yang rasain ujian seberat ini."
"Tubuh gue sakit semua Zha. Kepala gue pusing. Perut gue mual. Gue butuh lo. Tapi mustahil buat lo datang dan lansung meluk gue."
Pria itu membuka matanya, ia menghela nafas lelah. "Ya tuhan Alvin capek harus cuci darah terus. Apa Alvin harus berhenti dan nyerah gitu aja?"
Tokk tokk
"Bang kamu didalam?" terdengar suara Dito dari luar.
Alvin berdiri menopang tubuhnya dengan perpegangan dengan dinding.
Ceklek
"Ada apa pi?" tanya Alvin terdengar lesu.
Dito lansung menopang tubuh Alvin, saat cowok itu hampir ambruk.
"Kamu ini sebenarnya kenapa bang? tadi kondisi kamu gak seburuk ini loh," ucap Dito. Ia khawatir menatap Alvin dengan wajah pucatnya.
Alvin berjalan menuju kasur. Tentu dibantu Dito.
"Alvin gpp pi. Tadi Alvin habis muntah, makanya tubuh Alvin lemah gini," ucap Alvin setelah duduk dengan bersandar dikepala kasur.
Dito menghela nafas. Ia mengelus lembut rambut putranya itu. "Papi harap kamu gak bohongi papi Al. Kamu tau kan papi sangat sayang sama kamu, walau kamu bukan darah daging papi. Sebisa mungkin papi akan perlakuin kamu sama seperti Rehan. Papi gak akan pernah bedain kalian."
Saat ini yang Alvin punya hanya Dito, Rehan dan ketiga sahabatnya. Ia harus bersyukur akan hal itu. Walau pada faktanya ia sangat ingin Via memeluknya disaat kondisinya selemah ini.
"Makasih papi udah sayang sama Alvin. Alvin bersyukur banget punya orang tua sebaik papi," lirih Alvin memeluk erat tubuh Dito.
Dito tersenyum haru. "Jangan pernah sedih ngeliat perlakuan mami kamu ya. Ingat disini masih ada papi yang akan selalu ada buat kamu bang."
"Rehan juga. Gue juga akan selalu ada disaat lo butuhin gue Al. Jangan pernah anggap gue abang tiri lo. Gue gak suka," ucap Rehan. Cowok itu ikut berpelukan dengan Dito dan Alvin.
"Lo abang kandung gue bang!" tegas Alvin.
Rehan terkekeh pelan. "Sebaiknya memang begitu."
*****
"Lo putus sama Alvin?" tanya Gibran yang tengah meintrogasi Azha dikamar gadis itu.
Azha mengangguk. "Ngapain gue bertahan sama orang yang gak pernah nganggap gue ada kak."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐥𝐯𝐢𝐧𝐙𝐡𝐚
Teen Fiction"Al bisa jemput gue di gang jln mawar?" "𝘊𝘬 𝘭𝘰 𝘯𝘨𝘢𝘱𝘢𝘪𝘯 𝘥𝘪𝘴𝘪𝘵𝘶? 𝘭𝘰 𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘶 𝘨𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘢𝘩𝘢𝘺𝘢!" "Terpaksa. Please kali ini aja tolongin gue Al. Gue butuh lo, gue mohon, gue takut. Ada tiga preman yang ngejar, gue ga...