28°

6.7K 187 0
                                    

"Ser

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ser."

"Serana."

"Gantengan gua apa dia?"

"Sayang?"

"Serayang?"

"Ser?"

Serana terus fokus pada ruang pesan dengan Bunda, namun tangannya masih meraba, mengusap, dan sesekali menyugar rambut Baskara.

"Chattan sama siapa, sih, lo?" Selidik Baskara, menaikkan satu alisnya menatap wajah Serana dari bawah.

"Sama Bunda. Kenapa? Mau marah?"

Baskara menghela napas berat mendengar balasan itu. Tangannya terulur pada wajah istrinya, dan memainkan hidung dengan cara memencet-mencet gemas.

"Bas, issh ... tangan lo kotor!"

"Baru juga mandi," balas Baskara acuh, tetap memainkan hidung gadisnya.

"Gue kasih upil juga lo."

"Mana?" Tantangnya, membuat Serana menaruh ponsel di atas perut Baskara.

"Udah, ah. Sana lo tidur," usir Serana yang belum menyadari, bahwa saat ini ia sedang berada di dalam kamar Baskara.

Lelaki itu menghentikan pergerakannya. Tertawa kecil melihat wajah istrinya dari bawah. "Kamar siapa, hm?"

Serana terdiam sejenak. Namun bibirnya hendak membalas, Baskara lebih dulu meraih tengkuknya, dan menuntun bibir Serana pada pipinya.

Cup!

Refleks kepalanya menjauh. "Lo apa-apaan, sihh!!" pekik Serana, mengusap-usap bibirnya yang baru saja mencium pipi Baskara.

Eh, ralat. Dipaksa mencium pipi Baskara.

Serana melengkungkan bibirnya ke bawah, menatap lurus pada televisi. Sedangkan Baskara masih menikmati usapan dari tangan Serana yang menyugar rambutnya.

"Kenapa, ya, Bas?" tanya Serana menggantung dengan nada yang amat pelan.

"Hm?"

"Perasaan gue gak enak."

Baskara terdiam sejenak, berusaha fokus dengan televisi. "Gantengan gua apa dia?" tanya Baskara lagi, mengalihkan topik pembicaraan..

"Gantengan Zero," balas Serana dengan wajah tanpa ekspresi. Ia menghentikan tangannya pada rambut Baskara.

"Bunda bilang, kalau kemarin ke sini mendadak, karena lagi mau main aja."

Baskara terdiam.

"Menurut gue gak masuk akal," sambungnya lagi. "Bunda kalau ke sini pasti selalu minta anterin Ayah kalau gak Pak Broto, supir yang gue bayar itu."

Serana menghela napas panjang. Membenarkan posisi tubuh pada kepala ranjang.

"Gue akhir-akhir ini kenapa, ya, Bas? Lo ngerasa gak, sih, gue berubah??"

BASKARA [END:REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang