3

15.7K 411 1
                                    

"Baskaraaa! Semalem lo mabok?!"

Seketika suapannya terhenti di depan mulut. Lelaki itu menurunkan sendok, dan memilih untuk menghampiri Serana yang tengah berkutat dengan cucian di belakang dekat taman.

"Hm?" sautnya dengan wajah tanpa ekspresi.

"Semalem lo mabok, kan?!"

"Gue--"

"Jujur."

"Hm."

"Hm apa! Iya atau enggakk?!"

"Iya."

Serana mendengus. Ia melangkahkan kakinya, menghadapkan tubuh mungilnya pada Baskara.

Matanya menyipit, menyelidiki wajah Baskara yang sudah pasrah dan seperti tidak melakukan dosa.

"Pokoknya gue bakal aduin lo ke Bunda kalau semalem lo itu mabok!"

"Yaudah. Gue juga bakal ngadu sama Ayah kalau kita gak sekamar."

"Baskara!"

"Apa, Sayang?"

Serana mengusap wajahnya kasar. Ia kembali mendongak guna melihat wajah Baskara. "Lo--" kesalnya, menunjuk wajah suaminya. "Arggh ... nyebelin banget, sih!"

Saat hendak berbalik menuju mesin cuci, Serana lebih dulu ditarik oleh lelaki itu, hingga tubuhnya berpelukan dengan Baskara.

"Diem," suruhnya dengan nada dingin, ketika Serana hendak memberontak dari dekapan Baskara. "Oke gue minta maaf."

Serana terdiam. Tidak tahu harus membalas dengan kata apa atas ucapan Baskara.

Lelaki itu menaruh kedua tangan pada pundak Serana. Menjauhkan tubuh gadis itu dengan lembut, lalu menatap rakus manik yang menyorot kekesalan.

"Kalau lo gak suka gue minum, gue bakal berhenti. Tapi ada syaratnya."

"Gue gak suka sama lo yang ingkar mulu. Udah dua kali lo bohong."

Baskara menaikkan satu alisnya.

"Semalem lo yang bilang sendiri kalau mau bawain gue makanan. Tapi apa? Gak ada, tuh. Sama sekali gak bawa apa-apa. Yang ada bawa masalah."

Serana mendengus. Mengalihkan pandangannya dari wajah Baskara. "Kalau lo terus-terusan kayak gini ..." Ia menghela napas dalam. "... gue jadi ragu buat pertahanin semuanya."

Baskara menjauhkan tangannya dari pundak Serana, dan beralih meraih pinggang. Gadis itu masih enggan mendongak, menatap wajah suaminya.

"Serana." Perlahan satu tangannya menyingkirkan anak rambut yang menutupi sedikit bagian wajah istrinya.

"Lo gak bisa lepas dari gue gitu aja. Sejauh apapun lo pergi, gue bakal nemuin lo."

Meski mereka dijodohkan karena permintaan orang tua dari Baskara, Serana merasa salah mengambil keputusan.

Tinggal bersama orang yang tidak satu frekuensi sangatlah sulit. Menyatukan dua argumen dan opini tidak semudah apa yang ia pelajari saat duduk di bangku SMP.

Entah mengapa, matanya berkaca-kaca mengingat di mana ia dan Baskara duduk bersampingan saat di KUA.

Ijab qobul diucap, itu artinya Baskara dan dirinya sudah memiliki deretan janji suci sampai akhir hayat nanti.

"Apa syaratnya?" tanya Serana, tanpa menatap Baskara.

Baskara justru terkekeh melihat Serana yang ingin menangis. "Ck! Gak lucu! Apa syaratnya?" tagih Serana ketus, melirik tajam lelaki itu.

BASKARA [END:REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang