30°

8.2K 180 0
                                    

"Ngeselin juga, nih, cewek."

Pura sudah benar-benar selesai membaca dua surat yang sudah dititipkan padanya dan juga Petro untuk Baskara.

"Rumit banget anjing," umpatnya kesal, menuai lirikan tajam dari Baskara.

Mendengar itu, Petro terkekeh seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia menyesap berkali-kali permen yang ada di dalam mulut. Dan berucap singkat, "Samperin aja, sih. Ribet banget lo, Basss ...."

Pura berdeham kecil. "Gua setuju."

"Lagian, ya, Bas. Dia pernah bilang ke gua pas kobam parah. Kalau lo bener-bener ninggalin dia, dia bakal nyari lo. Sekali pun di ujung dunia," sambung Pura.

Petro terkekeh mengingat Raska berucap seperti itu padanya dan juga Pura.

"Lo sama Raska itu gak ada bedanya. Sama-sama gila, sih, menurut gua."

Baskara berdecak pelan, menyugar rambutnya ke belakang. Seharusnya ini jadwalnya memberitahu Petro dan Pura atas kabar bahagia yang baru saja diberikan padanya.

Tapi, pembahasan Raska benar-benar mampu mengubah suasana hatinya secepat kilat. Dan kini ia takut jika gadis itu bertindak lebih terhadap orang yang ia sayangi.

"Jadi gimana? Lo tetep yakin, kan, sama kinerja kita?" tanya Pura memastikan.

"Anying. Kinerja gak, tuhh?" cibir Petro, di akhiri tawa kecil.

Dehaman singkat membuat ketiga lelaki itu menoleh. Serana tersenyum simpul ke arah mereka, membuat Petro melempar tatap se per kian detik pada Pura.

"Ehh, Ser? Lo keganggu, yaa?" tanya Pura basa-basi, dan ada rasa takut jika Serana mendengar percakapannya tadi.

"Enggak. Biasa aja. Btw, mau minjem Baskaranya sebentar, boleh?"

Petro melipat kedua bibirnya, menoleh pada Baskara yang kini sudah beranjak dari duduk.

"Boleh lahh! Ambil aja gapapa," balas Petro, di akhiri senyum kikuk.

Setelah Baskara beranjak, ia melingkarkan tangannya pada lengan lelaki itu, dan membawa Baskara menuju pantry.

"Kamu gak ngambil minuman aku yang ada di di atas nakas kamar, kann??"

Baskara menaikkan satu alisnya. Singkat ia tersenyum saat mendengar istrinya sudah menggunakan kata aku-kamu.

"Hm?" Kini ia membalikkan tubuh mungil itu, dan mengukungnya dengan tatapan tidak bisa disimpulkan.

"Ihh, seriusss!"

"Bilang sayang dulu," titah Baskara dengan suara beratnya.

Serana berdecak, memukul pelan dada lelaki itu. "Ngeselin banget, sihh! Udah, ah, awasss ... tinggal jawab iya atau enggak aja susah banget," dumelnya kesal, membuat Baskara gemas ingin mencium seluruh wajah istrinya.

"Cepetan, Bas. Jawabb ...," desaknya, seraya menggoyang-goyangkan lengan Baskara.

"Kamu gak tau, kan, kalau aku beli itu di olshop nunggu pas diskon," ucap Serana dengan pasrah.

Baskara terkekeh. Ia masih seperti tabu mendengar Serana menggunakan kata aku-kamu.

"Apanya, sih, yang lucuu!"

"Hei, nanti kalau mereka denger gimana, hm?" balas Baskara, yang kini justru mengurai lembut rambut istrinya.

Serana menghela napas panjang. Ia benar-benar menginginkan minuman yang langka itu. Jam tidurnya berkurang sepuluh menit juga menjadi alasan kesalnya, akibat menunggu minuman itu menjadi diskon.

BASKARA [END:REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang