"Kalau kayak gini udah mateng belum, by?"
Serana menghentikan usapannya pada ponsel. Ia melangkah mendekat pada Baskara.
Cup!
Dengan secepat kilat ia mencium lengan Baskara yang telanjang. "Belum, ganteng," balas Serana, dan melangkah cepat menuju sofa.
Refleks Baskara memundurkan tubuh agar bisa menatap istrinya yang sudah duduk di sofa.
"Sayangg! Awas aja, ya, nantiii!" ancam Baskara, menuai kekehan dari Serana.
Ia kembali melanjutkan memotong sayur, lalu menuang air hangat ke dalam gelas berisi gula dan teh celup.
Sore hari ini Baskara ingin sekali memasak. Sebab setelah perjalanan pulang dari rumah mertuanya, ia terasa begitu mual, dan sepertinya sudah lumayan lama tidak makan masakan sendiri.
"Baskaraaa!! Zera pup sembarangann!!" teriak Serana dari arah sofa depan televisi.
Ia menghela napas berat mendengar Serana berteriak dan Zera pup sembarangan.
Tangannya mengarah pada kompor, mengecilkan api, dan melangkah mendekat pada Serana.
Hoek
Hoekk
Hoekk
Baskara segera menggendong Serana masuk ke dalam kamar lantai satu. Sebelum meninggalkan kamar dan membersihkan pup itu, ia mengecup singkat ujung bibir Serana. "Di sini dulu, ya. Aku bersihin sekarang."
Serana hanya bisa mengangguk-anggukkan kepala dengan satu tangan yang menjepit hidung.
"Gak kuat baunyaaaa ...," rengeknya, setelah Baskara benar-benar meninggalkan kamar.
Ia berusaha melupakan bau pup Zera, namun perutnya masih bergejolak, menahan mual.
Tidak lama kemudian, pintu kamar terbuka. Menampilkan Baskara yang masih telanjang dada dan celana di bawah lutut berwarna abu.
"Kamu udah cuci tangan, kann??" Selidik Serana, saat melihat Baskara juga membawa nampan yang berisi makanan yang baru matang.
"Udah, dong, Sayang ...," balas Baskara, lalu mendudukkan tubuhnya di tepi kasur, tepat di samping perempuan itu.
"Cobain, deh," titahnya, mengarahkan garpu ke depan mulut Serana.
Tangan Serana yang sedari tadi mengusap lembut perut, beralih memegang lengan Baskara. Ikut menuntun garpu masuk ke dalam mulutnya.
"Enak, gak?" tanya Baskara menagih jawaban.
Serana terdiam sejenak setelah mengunyah tuntas daging dan nasi yang sudah masuk ke dalam mulutnya secara bersaamaan.
"Kok, enak??" balas Serana, dengan wajah kaget bercampur senang.
"Ihh! Kamu bisa masak, ya?? Kok, enak, sih, Basss!!"
Dengan gayanya yang tengil, Baskara mengusap-usap dagu dengan dua jari. "Baskara, gitu, loh ...," ucapnya menyombongkan diri.
Serana tersenyum melihat lelaki itu dari samping. Kini Baskara tampak khidmat memasukkan setiap daging, diselingi nasi dan juga sayur.
"Bas."
"Yes, Mommy," balas Baskara tanpa menoleh, tetap fokus dengan hasil masakannya.
Serana terdiam sejenak mengatur degup jantungnya saat mendengar balasan Baskara.
"Aku kemarin belum liat reaksi Ayah soal aku hamil," ucap Serana pelan. Sangat pelan. Hampir seperti bisikan bagi Baskara.
Sontak Baskara menoleh. Mengernyit menatap Serana dengan wajah keheranan. "Kok, bisa?"
Serana melirik piring yang ada di atas tangan Baskara. Membuat lelaki itu peka, dan langsung mengarahkan garpu ke depan mulut Serana. Dengan cepat ia membuka mulut, menerima suapan itu.
"Kenapa gitu? Emang kemarin Ayah kerja, ya?"
Serana menganggukkan kepalanya cepat. "Emangnya reaksi Ayah gimana? Aku penasaran ... tapi aku gak mau denger reaksi Ayah dari kamu," balas Serana, menatap lekat manik Baskara yang tengah menatapnya juga.
Baskara tertawa kecil. Sejenak ia menggelengkan kepalanya tidak percaya mendengar ucapan perempuan itu.
"Kata Ayah ... "Jaga baik-baik, ya." Gitu," jelas Baskara singkat, dan kembali menyuapkan Serana.
Mendengar itu, dadanya sedikit sesak. Ternyata Ayah dan Bunda memberi reaksi jawaban yang sama. Namun ia tidak tahu bagaimana reaksi wajah Ayah saat tahu bahwa ia tengah mengandung.
"Bas?"
"Hm?"
"Bunda juga bilang gitu ke aku," ucapnya, beralih menatap lurus pada lantai bawah.
"Sama kayak jawaban Ayah?" tanya Baskara memastikan, yang mendapat anggukan samar dari Serana.
•••••
"Minum mulu lo. Gak bosen apa jadi orang stres?" tanya Pura, lalu mendudukkan tubuh di sofa, samping Raska.
Tidak ada balasan dari gadis itu. Dentuman musik terdengar keras. Ia tahu, Raska mendengarnya. Namun tidak bergairah untuk memjawab.
"Selagi gue gak ngerecokin hidup lo. Kenapa enggak?" balas Raska menoleh, di akhiri seringai kecil.
"Gila," gumam Pura, lalu mengambil alih gelas yang ada dalam genggaman Raska, dan meneguknya tuntas.
Padahal Pura juga sama gilanya dengan Raska. Ia sudah hampir meminum minuman dengan porsi kelewat batas.
Sehingga kepalanya terasa berat, dan berakhir bersembunyi pada ceruk leher Raska. Tanpa sadar, Raska menikmati deru napas Pura yang menerpa kulit lehernya yang telanjang.
Kini pikirannya tidak bisa berpikir jernih kala satu tangan Pura melingkar di pinggangnya dari samping.
"Damn. Are you lose, Daddy?" bisik Raska dengan rasa sadar yang mulai hilang.
Mendengar itu, Pura semakin mengeratkan tangannya, dan membenarkan wajah pada ceruk leher gadis itu.
•••••
Sabtu, 29 April 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
BASKARA [END:REVISI]
Teen FictionMeski sudah terikat janji suci dengan seorang gadis, ternyata ia masih dengan kebiasaan buruknya. Membuat ribuan pertanyaan datang, hingga sebuah keputusan terjadi dalam rumah tangganya. -Baskara- (BELUM REVISI) 9aglie© RANK🎖 #1 Serana [Minggu, 2...