31°

7K 181 1
                                    

Petro menarik ujung kemeja Pura, membuat lelaki itu menoleh sebatas bahu.

"Gua mau ngomong," bisik Petro, agar Baskara tidak mendengar suaranya.

Pura menghentikan pergerakannya menuruni barang dari bagasi mobil. "Bas, gua nyari rokok bentar," pamit Pura, yang mendapat dehaman singkat dari Baskara.

Anehnya, Pura tidak bertanya lebih saat Petro mengatakan hal yang membuatnya penasaran.

Kedua lelaki itu meninggalkan area rumah Baskara, berjalan sedikit ke depan rumah samping kanan.

"Gua ngerasa ada yang disembunyiin dari Baskara," ucap Petro menggantung, membuat Pero berkacak pinggang dan berdecak pelan.

Petro menatap lurus pepohonan rindang yang tumbuh sepanjang jalan perumahan ini.

"Di mobil tadi, mereka udah ngomong pakai aku-kamu. Terus Serana juga buka website tentang ibu hamil, dan ...."

Petro melirik singkat pada Pura yang tengah menatapnya, menunggu ucapan selanjutnya.

"... Baskara berkali-kali ngusap perutnya Serana."

Sedangkan Baskara, kini masih memindahkan barang ke dekat sofa depan televisi.

Sesekali ia melirik guna memastikan Serana tertidur damai di atas sofa. Dan setelah semuanya selesai, ia akan memindahkannya ke kamar atas.

Beberapa menit kemudian, akhirnya seluruh barang yang ada di dalam bagasi dan motor milik Pura sudah tidak ada.

Ia melangkah mendekat pada sofa. Berjongkok di hadapan wajah Serana yang terlihat sangat damai dengan deru napas teratur.

"Bass!"

Matanya mengerjap kala mendengar teriakan Petro dari luar. Ia mengecup singkat dahi Serana sebelum beranjak dari duduk, dan melangkah keluar.

"Baskarr--"

"Ck, berisik," balasnya ketus, yang sudah berdiri di ambang pintu.

Petro mengusap tengkuknya sambil meringis malu. "G-guaa ... gua sama Pura balik dulu, ya," ucapnya cepat, menuai delikan tajam dari Pura.

"Tadi lo bukan mau ngomong itu njir," kesalnya, mengernyitkan dahi ke arah Petro.

Baskara semakin bingung dengan tingkah laku kedua sahabatnya ini. "Besok aja ngomongnya. Gua capek."

Tanpa menunggu jawaban dari Pura dan Petro, ia membalikkan tubuh. "Makasih," ucapnya menoleh singkat, dan menutup pintu dengan rapat.

"Tuh, kan. Apa gua bilang, sifat dia kayak beda anjir. Lo, sih, segala gak percayaan," ucap Petro menyudutkan Pura.

"Bacot anying. Lo aja belum tau kalau Serana hamil apa enggak."

Petro terdiam.

"Nih, bawa," ucap Pura, menaruh kunci motor di atas telapak tangan Petro.

•••••

Jam sudah menunjukkan pukul satu pagi. Dan kali ini tidak seperti biasanya ia ingin sekali meminum sebotol minuman dan menghabiskan lima batang rokok dalam hitungan jam.

Tatapannya lurus pada pepohonan yang letaknya tidak jauh dari balkon kamar Serana.

Saat tangannya hendak meraih botol dengan tatapan lurus, mendadak ada tangan yang menahannya.

Ia tahu pasti itu Serana. Dan wajahnya menoleh, mendapati istrinya dengan wajah datar khas bangun tidur.

Tanpa diduga, Serana justu membuang rokok yang diapit dua jari Baskara, dan mendudukkan tubuh di atas pangkuan Baskara.

BASKARA [END:REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang