Suasana siang dengan matahari yang terik menyinari ruang kelas. Suasana yang riuh dengan angin yang berhembus menerpa ruangan kelas mereka benar-benar perpaduan yang indah.
"Aku pikir akan terlambat. Ternyata waktuku masih lama. Kalau begitu tidak perlu cepat-cepat tadi." keluhnya.
Gabriella mengambil sebuah buku dalam tasnya dengan gembok kecil yang mengunci buku itu. Dengan sigap tangannya membuka kuncinya dan mulai menulis dalam lembaran kosong. Sudah lama dirinya tak menulis dalam buku diary itu. Setiap kisah dan perjalanan yang ia lalui tertuang dalam sebuah tulisan. Dan setiap tulisan itu ada air mata yang mengiringi.
Dear diary :
Hai. Sepertinya aku sudah lama tidak menulis di sini. Dan sekarang aku ingin bercerita sedikit tentang apa yang aku alami hari ini. Entahlah mungkin ini terdengar konyol, tetapi kekonyolan ini nyata. Aku bertemu dengan seorang laki-laki tadi pagi. Dan pertemuan itu tanpa di sengaja. Namanya Revano. Dia sangat baik padaku padahal itu pertama kali kami bertemu.Dia orang baik kedua yang pernah kutemui setelah Adeline. Dia juga sangat tampan. Dan hal yang paling konyol adalah aku jatuh cinta padanya. Aku tahu bahwa aku tak mungkin bisa memilikinya. Dia begitu sempurna. Aku berharap rasa ini hanya sekadar singgah dan pergi bukan menetap. Aku gila memang gila. Aku jatuh cinta pada orang yang baru saja aku temuin. Jatuh cinta pada paras dan perilakunya. Aneh bukan?
Tenang aja aku akan berusaha menghilangkan rasa ini. Karena aku tahu dimana posisiku sekarang.
Dengan helaan napas panjang Gabriella menutup buku itu dan kembali menguncinya. Ada perasaan yang mengganjal di dalam hatinya. Memang kisah cinta yang konyol terjadi padanya.
"Sadar Gabriella. Sadar ingat posisimu dimana. Kau tak layak memiliki laki-laki sebaik dia," ujarnya pelan.
Hari ini tak ada gangguan padanya. Sunyi tenang. Seakan mereka membiarkan dirinya beristirahat hari ini. Itu bagus untuk Gabriella walau hanya sesaat. Sekarang dirinya hanya fokus pada satu hal yang menjadi tujuannya di awal. Masalah bullyan yang ia terima mungkin tak sesering dulu lagi. Dan sekarang adalah hal yang bagus untuk memulai hidup baru. Kembali memulai dari awal walau akhirnya runtuh di di dua langkah.
Ting....
Bel begitu nyaring berbunyi. Semua mahasiswa mempercepat langkah mereka memasuki kelas. Semuanya menduduki kursi masing-masing dengan tenang. Langkah kaki memasuki ruangan benar-benar hening terasa. Hingga keheningan tersebut berubah saat dosen kami memasuki kelas. Ya memasuki dengan sekarang anak lelaki yang terbilang cukup tampan dengan postur badan yang tinggi dan tegap.
"Baiklah semuanya mohon ketenangannya. Di sini kita kedatangan murid baru pindahan dari Singapura. Silahkan perkenalkan nama kamu,"
Dengan ijin yang telah di berikan anak lelaki itu mulai memperkenalkan dirinya. Dan di sanalah para kaum wanita mulai terpana dengan dirinya.
"Perkenalkan nama saya Revano Aditra Mahaputra. Panggil saja Vano. Saya pindahan dari universitas yang berada di Singapura karna orang tua saya di pindah tugaskan di sini. Mohon kerja samanya. Terima kasih,"
Sekarang kelas seperti berada di pasar malam. Semuanya sibuk memuji anak baru yang mereka bilang pangeran di dunia nyata. Sedangkan Gabriella hanya diam memperhatikannya.
"Kalian sudah tahukan siapa namanya. Baiklah Vano silahkan duduk di kursi kosong yang tersedia,"
Dengan santai dirinya berjalan menuju meja kosong yang berada di sebelah meja Gabriella. Setiap mata yang menyapanya tak akan melewatkan kesempatan sedikitpun. Bahkan ada yang sampai tak berkedip sekalipun melihatnya dan Gabriella termasuk salah satunya. Kalian bisa menabrak bukan apa yang terjadi padanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ijinkan Aku Mengulang Waktu
Teen FictionBagaimana rasanya dibenci oleh orang yang kita sayangi? Berjuang membesarkannya seorang diri. Namun, pada akhirnya pergi meninggalkan dengan rasa benci yang mendalam. Bahkan tak ada cinta di dalam hidupnya. Bahkan orang yang selama ini ada di hidup...