'Hati yang berat seperti awan mendung gelap di langit, paling bisa diringankan dengan membiarkan sejumlah air tercurah'
(Said Gabriella)
~~~~°°°~~~~
Cahaya rembulan yang indah dengan angin malam yang berhembus menerpa kulitnya. Sayup-sayup matanya terbuka perlahan. Perasaan dingin dan takut seketika menyerang Gabriella. Perasaan yang selama ini ia pendam, perasaan yang selama ini benar-benar membuat dirinya tak berdaya kembali ia rasakan. Untuk sekian kalinya perasaan itu tak bisa terlupakan.
"Aku tak yakin bisa melalui ini semuanya. Walau aku tahu pasti akhirnya tubuh ini akan hancur sehancurnya, tapi tolong beri aku kekuatan menghadapinya," batinnya.
Mengumpulkan segenap tenaga miliknya bersiap menghadapi guncangan di rumahnya. Dirinya keluar kamar dan mendapati pemandangan yang seperti biasa terlihat. Sang adik yang duduk di ruang tamu dengan santai sembari memainkan handphone miliknya. Tentu dengan tatapan tajam yang terlontar padanya saat terdengar suara pintu yang terbuka.
"Sudah bangun? Cepat sana masakkan aku makanan. Aku sudah lapar," ujar Charlotte.
Sekali lagi dan sekian kalinya menatap wajah sang adik dengan mata sayu nya. Rasa sakit yang terpendam seketika keluar hanya dengan melihat wajah adiknya. Wajah yang tak bisa ia benci walau beberapa kali mendapatkan perlakuan buruk.
"Kenapa masih diam? Kau berniat tidak mengurusku. Kalau iya sana buatkan aku makanan,"
"Iya, kau ingin makanan apa? Biar kakak masakan,"
"Terserah sana cepat diriku sudah lapar," kembali memainkan handphonenya.Kali ini Gabriella memasak dengan cepat tak ingin mendapatkan Omelan dari sang adik di karenakan memasak terlalu lama. Saat masakannya telah selesai sesi makan malam dimulai dengan hanya terdengar peralatan makan di sana.
Keheningan melanda beberapa saat hingga Charlotte memulai percakapan.
"Aku tak mau tahu pokoknya selama 3 bulan uang sekolah telah ada. Aku tak peduli kau mendapatkan uang darimana. Mau dirimu mencuri atau menjadi jal**g sekalian aku tak peduli yang penting uang sekolah telah berbayar," ujar Charlotte tanpa rasa bersalah.
Gabriella hanya mampu diam untuk sekian kalinya. Bukan hanya kaget dengar apa yang Charlotte katakan. Namun, juga membuat rasa sakit itu kembali. Apakah dirinya semurah itu di mata adiknya sendiri?
"Apa kau pikir aku ini wanita murahan Charlotte sampai kau berpikir aku akan menjual diriku diluar sana?"
"Ya siapa tahu kau tak sanggup memenuhi kebutuhan ku dan dirimu sampai kau berniat mungkin menjual dirimu," balas Charlotte melipat kedua tangannya di dada.
"Aku akan berusaha melakukan yang terbaik untukmu, tapi tidak sampai aku kehilangan harga diri kau mengerti?" tegas Gabriella.
"Ya terserah kau saja. Aku hanya ingin uang nya sudah ada dalam 3 bulan kedepan,"Charlotte berdiri meninggalkan meja makan dengan Gabriella yang diam terpaku. Rasanya ingin sekali berteriak kencang meluapkan semuanya. Kali ini perkataan Charlotte benar-benar sangat menyakiti hatinya. Gabriella mengerti betapa dendamnya Charlotte padanya. Namun, bukan berarti dirinya di anggap sampah di mata adiknya sendiri.
"Kau tahu sesuatu Charlotte aku bisa saja melakukan itu semua. Namun, aku tak ingin karna aku tahu jika aku melakukan itu maka dirimu juga harus menanggung semua apa yang ku perbuat. Karna aku menyayangimu lebih dari apapun aku tak melakukan hal itu," ujarnya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ijinkan Aku Mengulang Waktu
Roman pour AdolescentsBagaimana rasanya dibenci oleh orang yang kita sayangi? Berjuang membesarkannya seorang diri. Namun, pada akhirnya pergi meninggalkan dengan rasa benci yang mendalam. Bahkan tak ada cinta di dalam hidupnya. Bahkan orang yang selama ini ada di hidup...