"Bersiaplah untuk kami cicipi jala**,"
"Ngomong-ngomong siapa yang duluan yang memulainya. Oh ya tolong siapkan video untuk mengabadikan momen ini,"Katakan semua orang yang ada di gudang itu adalah iblis kematian. Tak ada belas kasihan yang tercermin di mata mereka sedikit pun. Entah bagaimana rencana Tuhan hingga saat ini ia terjebak dengan mereka.
"Cepat lah kalian mulai. Aku sudah tak sabar menyaksikan nya," geram Freya.
"Baiklah ayo mulai. Aku yang akan pertama memasukinya,"Satu langkah, dua langkah. Mata yang kian menatap sayu kini bergetar sejadi-jadinya. Tangan kekar yang mulai menyentuh tubuhnya perlahan menjalar ke area sensitifnya dan...
BRAK...
"Apa yang kalian lakukan di sini?"
Hentakan pintu yang tiba-tiba saja terbuka menampakkan pria parubaya dengan beberapa alat kebersihan di tangannya. Dengan wajah yang penuh amarah dan mata tajam menatap satu persatu manusia di dalam sana.
"Aishh manusia Bangka ini menggangu saja,"
"Kalian semua lepaskan mereka dan pergi sekarang. Jangan mentang-mentang kalian punya kuasa besar atas universitas ini maka kalian berlaku semena-mena,"
"Ya menang. Yang berkuasa yang memegang kendali. Sebaiknya kau pergi atau aku yang bertindak," ujar Freya geram.Tatapan tajam dan penuh amarah saling beradu di sana. Sejenak tak ada suara. Hanya deru napas dari masing-masing mereka yang terdengar. Acara yang nanti akhirnya gagal hanya karna gangguan yang tak di inginkan.
"Sudahlah aku sudah tak ingin lagi. Lepaskan mereka dan kita pergi. Kali ini kalian selamat, tapi lain kali kalian akan langsung merasakannya. Kau tua Bangka tutup mulut soal ini atau temui ajalmu,"
Dengan langkah angkuh pergi meninggalkan dua orang yang sangat mengenaskan terletak di lantai. Wajah yang babak belur dengan pakaian yang tak layak untuk kenakan. Secara Charlotte hanya diam terbaring tak berdaya dengan napas yang tak teratur. Selama ia hidup baru kali ini merasakan perlakuan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Bangkan untuk mengangkat tubuh saja ia mampu lagi. Scarlett yang berada di depannya hanya terdiam mencerna kembali kejadian yang telah mereka lalui. Pria parubaya yang notabene nya adalah pembersih lingkungan universitas mereka pun ikut terdiam memandang tubuh yang bahkan raganya entah kemana. Sekadar melangkah kaki saja untuk menolong mereka tak ia lakukan sedikitpun. Seakan waktu terhenti memperlihatkan bagaimana keadaan mereka dengan pikiran yang beda-beda.
"C-apek sa-sakit,"
Ucapan terbata dari Charlotte dengan posisi yang tak berubah. Untuk sekian kalinya ucapan itu yang hanya bergema di dalam gudang hingga perlahan indra yang mampu melihat dunia perlahan tertutup dengan satu tetas air mata sebagai jawaban atas semua yang telah di lalui.
~~~~°°°~~~~
"Terima kasih telah membantu kami pak,"
"Tidak masalah. Saya tidak bisa membantu banyak. Permisi,"Setelah kepergiannya Scarlett kembali menatap tubuh yang terbaring tak berdaya. Beberapa perban dan bekas luka masih terpampang di sana. Tidak hanya wajah, tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya pun masih terpampang jelas semua luka yang ada. Tidak hanya Charlotte, Scarlett yang sebagai saksi nyata di sana juga mendapat sedikit bekas luka di pergelangan tangan dan lututnya.
Helaan napas panjang darinya membayangkan kembali kejadian beberapa menit yang lalu. Seakan semuanya berjalan dalam sekejap mata. Entah mereka berdua bisa melupakannya dalam waktu singkat atau hidup dalam trauma yang menyakitkan. Hatinya terlalu sakit melihat sang sahabat haris mendapat perlakuan yang tak bisa di bilang lumrah di kalangan sekarang. Setiap hari dan setiap waktu tak lepas dari itu semuanya. Tapi, ia juga tak bisa berbuat lebih dari ini. Bahkan ia sendiripun sudah terjebak dalam kisah hidup sahabat nya.
"Aku tak bisa banyak membantu, tapi jujur saja rasanya sakit harus melihatmu seperti ini. Andai waktu bisa di ulang maka aku ingin menjadi yang terkuat untuk bisa membantumu," tutur Scarlett, memegang tangan sang sahabat dengan sedikit senyuman di sudut bibir.
"Rasanya seperti tak berguna. Apa gunanya aku sebagai sahabatmu, tapi tak mampu melindungi mu. Terus saja bersembunyi sebagai pengejut. Aku tak bisa lagi merasakannya,"Elusan di punggung tangan, mata yang setia menatap setiap inci dari wajah itu. Bisa di lihat begitu banyak luka dan sakit yang terpendam. Scarlett tau semua tentang Charlotte, bahkan sebelum ia menceritakan semuanya. Sakit, kehilangan, luka semuanya ada dalam satu tubuh. Jika semua anggota tubuhnya bisa bicara maka kata yang pertama kali terucap ialah lelah. Entah sudah berapa bertahan yang pasti ia bangga mempunyai sahabat sekuat Charlotte.
Erangan dari sang pemilik tubuh menyadarkan Scarlett dari lamunannya. Mata yang perlahan terbuka memampangkan wajah yang tak asing baginya. Ada sedikit senyum yang terukir di sana. Ia bersyukur Tuhan masih memberikannya kesempatan untuk membuka mata. Ia bahkan berpikir jika hidupnya sudah tak lama lagi.
"Syukurlah kau masih baik-baik saja. Butuh sesuatu? Air? Atau ada yang sakit? Perlu apa bilang saja. Ingin di pijat? Atau obat menahan nyeri?"
Apa yang harus Charlotte jawab untuk semua pertanyaan itu. Kala matanya terbuka seketika beribu pertanyaan langsung di berikan padanya. Bahkan nyeri di kepala dan sekujur tubuhnya pun belum hilang sepenuhnya. Rasanya ingin tidur kembali daripada harus menjawab semua pertanyaan itu.
"Nanti akan ku jawab pertanyaan. Kepalaku sakit," ujarnya pelan.
Seketika sadar akan apa yang ia ucapkan, Scarlett memilih diam mengurung semua pertanyaan nya.
"Maaf. Apa masih sakit?" Kali ini ia bertanya dengan nada pelan. Takut jika Charlotte terganggu akan pertanyaan nya.
"Sedikit. Bagaimana keadaan mu?"
"Aku baik-baik saja. Sebaginya kau istirahat dulu. Aku sudah mengijinkan kita pada guru yang masuk,"Tak ada balasan dari Charlotte. Hanya diam menatap langit-langit ruang kesehatan. Mendengar setiap jam yang berdetak dalam keheningan di sana. Kepalanya masih sakit Dnegan sekujur tubuh yang tak bisa di gerakkan. Untuk bangkit hanya sekedar duduk tubuhnya serasa ingin hancur. Ingin sekali memejamkan mata dan kembali hanyut dalam dunia kegelapan.
"Aku akan berada di sini sampai dirimu membaik. Tenang saja kali ini aku pastikan mereka tak akan mengganggumu lagi,"
Seakan tau apa Charlotte rasakan. Degup jantung yang kencang dan keringan yang membasahi pelipis wajahnya sudah bisa menjelaskan apa yang menjadi ketakutan sekarang. Bahkan matanya tak henti melihat ke arah pintu membayangkan akan hancur saat mereka kembali menemukan nya. Tak pernah ia rasakan hal ini sebelumnya. Bahkan merasakan ketakutan untuk pertama kalinya. Jika biasanya dirinya akan melawan dan mengatakan kata-kata kasar tepat di hadapan semua orang, kali ini dirinya hanya mampu bersembunyi di balik banyak nya tembok yang besar.
~~~~°°°~~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Ijinkan Aku Mengulang Waktu
Teen FictionBagaimana rasanya dibenci oleh orang yang kita sayangi? Berjuang membesarkannya seorang diri. Namun, pada akhirnya pergi meninggalkan dengan rasa benci yang mendalam. Bahkan tak ada cinta di dalam hidupnya. Bahkan orang yang selama ini ada di hidup...