Di rumah yang lumayan mewah dirinya menginjakkan kursi rodanya di sana. Mengamati sejenak bangunan itu sebelum memutuskan masuk ke dalam. Bangunan yang terkesan sederhana, tetapi banyak menyimpan kenangan di dalamnya. Dengan senyum manis yang ia miliki dirinya masuk ke dalam membuka pintu perlahan.
Hal pertama yang ia dapati adalah sang adik tertidur pulas di sofa dengan masih mengenakan segaram sekolah. Apakah dirinya tertidur dari tadi siang?
Sekarang bahkan hampir menunjukkan waktu sore hari. Tanpa berpikir panjang Gabriella pergi menghampiri sang adik. Wajahnya begitu damai saat tertidur. Gabriella memandangi wajah itu sembari tersenyum. Ingin ia mengelus rambutnya, menyentuh pipi itu seperti dulu. Namun, entahlah dirinya tak bisa melakukan itu lagi.Di sela kegiatan memperhatikan wajah sang adik, matanya seketika beralih pada pakaian yang Charlotte kenakan. Pakaian yang Charlotte kenakan begitu berantakan dan kotor. Begitu juga dengan tangan dan wajah yang baru ia sadari.
"Apa yang terjadi pada Charlotte? Apakah dia mengalami kecelakaan?"
Semua pertanyaan ada di benaknya. Jelas ia khawatir jika terjadi sesuatu pada adiknya. Saat Gabriella menatap tubuh sang adik dengan teliti di situlah sang pemilik tubuh menatapnya tajam.
"Apa yang kau lihat ah?"
"Eh... Charlotte kau sudah bangun ternyata. Tidak kakak hanya melihat mu tertidur saja tadi," balas Gabriella.
"Kau tak punya kerjaan lain apa selain melihat orang tertidur? Apa kau sudah menyiapkan makan malam?"
"B-belum aku belum menyiapkan makan malam,"
"Dasar tidak berguna. Pergi siapkan makan malam aku lapar," ujarnya. Berdiri dan berjalan pergi.
"Tunggu Charlotte. Aku ingin menanyakan sesuatu. Ada apa dengan tubuh dan pakaianmu. Begitu kotor,"Beberapa saat tak ada jawaban dari Charlotte. Dirinya hanya berdiri diam mematung. Sampai akhirnya pergi dan meninggalkan Gabriella tanpa menjawab pertanyaan tersebut.
~~~~°°°~~~~
Di meja makan hanya terdengar suara alat makan yang saling beradu. Tak ada percakapan bahkan tak menatap satu sama lain. Hanya sibuk dengan makanan di hadapan mereka dan pikiran masing-masing.
"Charlotte kau baik-baik saja? Pulang sekolah dirimu begitu kacau," ujar Gabriella.
Tak ada jawaban dari Charlotte. Dirinya hanya diam memakan makanannya tanpa memperdulikan pertanyaan yang diajukan padanya.
"Charlotte aku bertanya padamu. Seharusnya kau menjawab pertanyaanku. Aku tak pernah mengajarkan mu untuk tidak berlaku sopan kau mengerti!"
Suara makan yang tadinya terdengar, kini senyap menghilang begitu saja. Charlotte menghentikan kegiatan nya dan kini mengapa Gabriella tajam. Keduanya saling melempar tatapan tajam dengan Gabriella yang menunggu jawaban yang keluar dari mulut adiknya.
"Apakah kau perlu tahu semua tentang urusan ku ah? Kau tak perlu ikut campur dalam hal ini dengan kenapa aku ada apa dengan ku, kau tak perlu tahu," ujar Charlotte melanjutkan makannya.
"Tentu aku perlu tahu semua itu, aku adalah kakakmu dan aku harus tau tentang itu,"
"Benarkah? Kau menganggap aku adalah adikmu, tetapi sayang aku tak menganggap mu sebagai kakakku. Jadi, kau tak usah ikut campur,"Sudut mata yang kini menatap sekeliling dengan sendu. Antara meneteskan air mata atau marah, semuanya tak bisa ia katakan lagi. Kini yang bisa ia lakukan adalah menarik nafas panjang menahan emosi yang hampir keluar.
"Aku tau kau membenci diriku, tapi setidaknya tolong hargai sedikit saja apa yang ku lakukan selama ini untukmu,"
"Kau tak melakukan apapun di keluarga ini. Kau itu hanya beban yang menyusahkan semua orang. Jadi, jangan pernah kau berharap aku akan menganggap mu di keluarga ini," ujarnya pergi meninggal meja makan.Tak ada perubahan yang terjadi pada dirinya begitu juga dengan Charlotte. Hubungan mereka semakin hancur dan ia tak tahu bagaimana cara memperbaiki semuanya. Jika bisa mungkin itu membutuhkan waktu yang lama. Semua perjalanan nya bagai benang yang kusut tak tahu dimana ujung nya.
"Apakah kau akan menyesal Charlotte jika aku pergi selamanya? Aku benar-benar sudah lelah denganmu,"
Entah berapa banyak yang harus ia buktikan pada Charlotte. Tetap saja tak dapat meluluh hatinya. Mungkin dengan kepergiannya akan membuat Charlotte merasa bahagia. Bagianya Gabriella adalah pembawa masalah dalam hidupnya.
~~~~°°°~~~~
Malam yang sunyi di temani dengan sinar rembulan di atas sana. Dirinya ingat jika malam rembulan indah ini akan mereka habiskan dengan mendirikan tenda di halaman rumah memandang langit yang indah bersama. Namun, sekarang tak bisa mereka lakukan lagi. Yang orang lain katakan memang benar. Jika kedua orang tua telah pergi maka sinar rumah itu tak akan ada lagi.
"Aku merindukan kalian,"
Di sela lamunannya satu nada dering terdengar melalui handphone miliknya.
Gabriella menyalakan handphone nya dan melihat ada satu pesan yang masuk. Lebih tepatnya dirinya tak tahu itu dari siapa.0014410******
\halo Gabriella ini aku
Revano. Aku mendapatkan
Nomormu dari Adelin maaf
Sebelumnya\Seketika Gabriella tersenyum kecil membaca pesan itu. Sedikit tak menyangka orang yang ia sukai mengirimkan dirinya pesan, sungguh sebuah keajaiban.
\apa kau ingin pergi bersama
Besok? Aku akan menjemputmu/Entah bagaimana perasaan nya saat ini. Rasa senang tak terhingga menyirami hatinya. Apakah dirinya dan Revano akan semamin menjadi dekat?
\halo Revano.
Baiklah jika kau tak keberatan
Aku mau/\aku akan menjemputmu
Besok pagi. Sampai jumpa/Sepertinya dirinya akan melayang akan hal ini. Gabriella memeluk ponselnya dengan erat tersenyum manis membaca semua pesan itu. Mungkin dengan cara ini dirinya akan kembali seperti dulu. Membuka hatinya untuk kedua kalinya tak ada salahnya. Revano tak sama seperti lelaki yang lainnya. Dirinya akan membawa kembali kebahagiaan dalam hidupnya.
"Aku berharap banyak padamu Revano,"
~~~~°°°~~~~
"Dia semakin jatuh dalam perangkapku. Saatnya membalaskan dendam,"
"Tenang aku akan membantumu. Biarkan dirinya merasakan semuanya terlebih dahulu,"~~~~°°°~~~~
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh semuanya....
Maaf ya update nya lama dan sedikit... Tenang aja bakalan update lagi kok.
Tetap ikuti cerita nya ya...
See you...
KAMU SEDANG MEMBACA
Ijinkan Aku Mengulang Waktu
Teen FictionBagaimana rasanya dibenci oleh orang yang kita sayangi? Berjuang membesarkannya seorang diri. Namun, pada akhirnya pergi meninggalkan dengan rasa benci yang mendalam. Bahkan tak ada cinta di dalam hidupnya. Bahkan orang yang selama ini ada di hidup...