"Dulu saya berpikir hal terburuk dalam hidup adalah berakhir sendirian. Bukan. Hal terburuk dalam hidup adalah berakhir dengan orang-orang yang membuatmu merasa sendirian." - Robin William
***
Cahaya matahari merambat perlahan menyinari matanya. Terbangun dengan sekujur tubuh terasa sakit. Pandangan pertama yang ia dapat adalah sebuah kalender yang bercoretkan tanggal hari ini.
Dirinya tak lupa rencana pada hari ini. Pembayaran uang sekolah dirinya dan Charlotte. Jujur saja saat ini ia tak mempunyai uang untuk membayar semuanya sekaligus. Mengingat pembayaran sekolah mereka yang begitu besar.
Di tambah dirinya belum memiliki pekerjaan untuk membayar semua kebutuhan mereka. Hanya mengandalkan uang warisan milik kedua orang tuanya yang kian lama makin menipis.
"Bagaimana ini, mungkin aku harus menunda pembayaran sekolah kali ini," ujarnya pelan.
Menghela nafas panjang. Bangkit perlahan menuju kursi rodanya. Mempersiapkan dirinya pergi meninggalkan kamar. Hal yang pertama ia lakukan adalah menyiapkan makanan untuk dirinya dan sang adik. Suasana sepi tak terdengar suara apapun di sana. Hanya nafas yang berhembus pergi mengikuti arah angin berhembus.
"Aku harus segera mencari pekerjaan untuk membayar biaya hidup kami. Semua uang mama dan papa pun hampir habis," ujarnya pelan.
Tak berapa lama Charlotte menuruni tangga dengan keadaan siap sedia. Menyandang ransel di pundaknya.
"Charlotte mari makan setelah itu kita pergi bersama," ucap Gabriella tersenyum manis.
"Kau makan saja sendiri melihat wajahmu saja aku sudah muak," berjalan pergi melewati pintu.Lagi-lagi hanya rasa sakit yang ia dapat. Ia tahu bagaiman saat ini perasaan sang adik. Sakit dan takut perasaan yang selalu ingin hilang dari hidup ini. Dan dirinya tak berdaya adalah posisi yang paling mengecewakan dalam hidupnya.
***
"Aku tidak ingin pergi ke sekolah. Aku yakin pasti aku akan di bully habis-habisan, tapi jika tidak pergi maka aku akan mendapatkan sanksi," keluh Charlotte.
Terus berjalan hingga tiba di halte bus. Pikirannya terus melayang saat ia tiba di sekolah. Entah apa yang akan terjadi padanya. Ingin sekali berlari sejauh mungkin, tapi semua itu terhalang oleh dinding masalah nya.
Saat bus berhenti tepat di hadapannya tanpa menunggu lama segera naik duduk di kursi yang kosong dan jahu dari kerumunan. Termenung memikirkan apa yang akan terjadi nanti saat ia tiba di sekolah.
"Aku mohon biarkan kali ini dan untuk hari ini saja diriku bisa menjalani hari dengan tenang," batinnya penuh harap.
Pandangan kosong yang tertuju keluar jendela tak tahu apa yang ia rasakan saat ini. Andai ia tahu jika kejadian semalam berakhir tragis mungkin dirinya lebih memilih mendengarkan perkataan sang kakak dan berdiam diri di dalam rumah. Sedikit rasa penyesalan muncul di benaknya. Walau rasa penyesalan itu di baluti oleh rasa benci.
Akhirnya tempat yang di tuju telah sampai. Menuruni bus dengan perlahan menghela napas kasar. Pergi melangkah memasuki tempat terburuk dalam hidupnya. Setiap langkah terasa berat dan bergetar hebat. Serasa tubuhnya menolak untuk memasuki gedung tersebut.
"Aku harus bisa. Ada apa denganmu Charlotte bukannya setiap hari kau mendapatkan caci maki dari mereka lantas kenapa kau takut hari ini. Tinggal hadapi saja dan diamkan saja seperti biasa," bisiknya pelan.
Langkah demi langkah ia lalui tiba saat ia menelusuri lorong kelasnya. Semua murid yang ada di sana menatap dirinya tajam bahkan ada yang menahan tertawanya. Charlotte sudah menduga hal ini terjadi. Hanya perlu diam dan mendengar semuanya saja. Cukup lelah melawan orang seperti mereka. Jikapun ia melawan pasti tak akan menang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ijinkan Aku Mengulang Waktu
Fiksi RemajaBagaimana rasanya dibenci oleh orang yang kita sayangi? Berjuang membesarkannya seorang diri. Namun, pada akhirnya pergi meninggalkan dengan rasa benci yang mendalam. Bahkan tak ada cinta di dalam hidupnya. Bahkan orang yang selama ini ada di hidup...