Dalam sebuah rumah ada dua insan yang menatap jendela dengan isi kepala yang berbeda. Di dua kamar yang terpisah ada orang yang sedang berkecamuk dengan pikirannya. Dua ego yang tak bisa di elakkan menjadi sebuah bencana atas semua yang terjadi.
"Apa yang ku lakukan itu benar?"
~~~~°°°~~~~
Pagi ini adalah hari pertama semua hal baru di mulai. Berbeda dengan pagi sebelumnya. Rumah itu memang sudah tak bernyawa sejak lama dan sekarang hanya sebatas bangunan pembatas antara manusia yang tak menatap.
Semuanya di mulai saat ini. Hening tak ada pertengkaran tak ada suara yang membesar. Semuanya benar-benar hening. Satu rumah dua orang bagai tak mengenal satu sama lain. Menjalani setiap aktifitas masing-masing tanpa ada suara yang keluar. Seperti lagi ini hanya Gabriella yang menyantap makanan nya. Sedangkan Charlotte, sudah pergi lebih awal tanpa sarapan. Rasa bersalah seketika muncul di benaknya. Entah ego apa yang membuatnya mengatakan hal yang menyakitkan. Namun, di satu sisi ia bertanya-tanya apakah ia berhak bahagia? Apa yang di ia katakan semalam adalah sebuah keputusan yang bagus?
"Jika ini hal yang benar ku lakukan ku mohon hilangkan perasaan takut ini. Walau aku ingin bahagian bukan berarti harus melukai hati adik ku sendiri. Aku kakak yang buruk,"
Bohong jika ia tak memikirkan hal ini sepanjang hari. Entah mengapa ego mengambil alih dirinya. Namun, terbesit di hatinya ada rasa dendam yang mendalam kepada adiknya sendiri. Berusaha mengendalikan pikiran ini untuk tak menaruh benci pada sesuatu.
"Ya tuhan tolong kuatkan aku untuk menghadapi semua ini. Jangan sampai hati ini menaruh benci pada hari aku,"
~~~~°°°~~~~
Pagi indahnya dilalui dengan lamunan. Ada yang mengganjal di hatinya, tetapi dia tak tahu apa itu. Kejadian semalam berputar dalam benaknya. Saat kalian bertanya tentang apa isi hatinya maka dengan jujur aku mengatakan kalau aku tak ingin melihat seorang kakak caca pada dalam hidupku. Namun, perkataan yang begitu menyakitkan keluar dari mulutnya entah mengapa ada sesuatu yang menusuk hatinya. Sejujurnya ya sempat terpikir jika suatu saat Gabriella tidak ada ya jamin hidupnya tak akan sama.
"Dasar bodoh. Aku membencimu selamanya aku harap kau pergi dari dunia ini. Hidupku akan lebih baik tanpa kau," guru tanya di tengah perjalanan.
Hati dan pikirannya bertentangan melawan semua fakta yang ada. Jika hati mengatakan perasaan dan pikiran mengatakan logika maka mereka bertemu di satu tempat di membuat tabrakan yang begitu hebat dalam diri ini. Apakah kalian juga pernah merasakannya?
"Aku benci dia bahagia aku benci dia tertawa disaat aku menangis sepanjang malam. Aku benci benci dia,"
Tapi caranya berkecamuk seketika pandangannya tertuju pada satu orang yang tak asing di benarnya. Tampan, tinggi, putih dan rapi dengan pakaian kemeja yang iya kenakan. Sekilas wajahnya tampak tak asing. Sekarang ya mengingat allah caranya itu dan menemukan jawabannya. Revano, seseorang yang berhasil menarik perhatiannya saat sekali pandang. Seseorang yang membuat dirinya menaruh benci yang teramat dalam pada sang kakak.
Menarik nafas panjang berlari kecil menghampirinya. "Hai kak Revan," sapanya dengan senyum terukir.
"Hai kau adiknya Gabriella kan?"
"Iya. Kakak mau kemana?"
"Aku ingin menjemput kakakmu. Aku ada janji hari ini dengannya. Dia di rumahkan?"Sebenarnya ada hubungan apa Gabriella dengannya? Dan janji apa yang ia maksud?
"Iya dia ada di rumah. Kalau boleh tau kalian ingin kemana?" tanyanya dengan alis yang terangkat sebelah.
"Hanya ingin makan bersama di sebuah cafe. Baiklah aku pergi dulu sampai jumpa lagi," ujarnya pergi menjauhi Charlotte.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ijinkan Aku Mengulang Waktu
Fiksi RemajaBagaimana rasanya dibenci oleh orang yang kita sayangi? Berjuang membesarkannya seorang diri. Namun, pada akhirnya pergi meninggalkan dengan rasa benci yang mendalam. Bahkan tak ada cinta di dalam hidupnya. Bahkan orang yang selama ini ada di hidup...