"I wish I could hurt you the way you hurt me. But I know that if I had the chance, I wouldn't do it."
(Kuharap aku bisa menyakitimu sepeti caramu menyakitiku. Tapi aku tahu, jika aku memiliki kesempatan, aku tidak akan melakukannya)Said Gabriella
~~~~°°°~~~~
"Re... Revano kau?" dirinya terdiam menatap seseorang di hadapannya tanpa rasa berdosa.
"Tak apa kan kau kan sudah menjadi kekasihku,"Dengan perasaan malu Gabriella menundukkan wajahnya. Menyimpan perasaan yang bergejolak di dalam. Apa yang barusan terjadi? Revano mencium dirinya? Apakah ini mimpi?
Iya tersenyum manis tak pernah terbesit dalam pikirannya akan terjadi hal seperti ini. Hidupnya memang cacat, tapi tidak untuk sekarang. Ada kupu-kupu yang menarik riang dalam tubuhnya. Sekarang ijinkan ia membuka semua lembaran baru. Membuang yang usang dan mempersilahkan orang baru untuk masuk.
"Ayo kita pergi, sayang," Revano menekankan kata sayang di ujung kalimat membuat Gabriella tak karuan karna nya.
Baru ini ia merasakan kasih sayang setelah sekian lama. Masa lalu yang menghambat semua.oerjalannya kini perlahan sirna mendatangkan cahaya baginya. Revano membawa sindirnya pergi menuju tempat yang telah mereka sepakati dari awal. Canda tawa terdengar di sepanjang jalan. Kini Gabriella mulai bisa tersenyum lepas tanpa memikirkan banyak hal.
"Terima kasih Revano,"
"Revano? Siapa itu?"
"Ya... Kau tentu saja," ujar Gabriella ragu.
"Ayolah Gabriella kita sudah berpacaran, panggil aku sayang mengerti,"Untuk sekian kali Revano berhasil membuat wajahnya merah merona. Setelah sekian lama menyendiri dan sekarang menemukan pasangan rasanya sangat aneh dan canggung. Jujur saja Gabriella belum terbiasa akan dunia barunya. Bahkan dirinya seakan diangkat paksa memasuki dunia baru tanpa ada persiapan darinya.
"Sa.. sayang," ujar Gabriella kaku.
Lidahnya seakan tak dapat di gerakkan. Kaku untuk mengucapkan satu kata yang bahkan tak pernah ia dengar lagi dan tak pernah ia ucapkan untuk siapapun. Sekarang keadaan memaksanya untuk melakukan semua yang sudah hilang dari dirinya.
"Iya sayangku," balas Revano di iringi tawa kecil darinya. Dirinya sangat senang melihat Gabriella yang berusaha mengucap kata "sayang" untuk dirinya. Lidahnya seakan-akan baru pertama kali di gunakan untuk berbicara.
"Jangan mengejek ku begitu," kesal Gabriella. Memajukan bibirnya kesal melihat Revano yang sedari tadi menertawakan dirinya.
"Maaf kau sangat lucu. Tak apa nanti juga terbiasa aku paham keadaanmu,"Gabriella hanya mengangguk kembali menatap ke arah jalanan yang penuh manusia berdesakan. Kali ini ia tak perlu lagi mendengar ocehan orang-orang tentang dirinya. Karna Revano akan membela dirinya. Walau masih ada beberapa tatapan sinis terlontar pada mereka. Entah karna tak suka atau apa yang pasti hal itu tak menganggu aktifitas mereka.
20 menit mereka menghabiskan perjalanan menuju cafe yang di tuju. "Amorino" yang terletak di Convent Garden. Meski tidak terlalu besar, tapi cafe ini menyediakan berbagai macam rasa gelato dan menu lain seperti waffle, macaron, serta berbagai varian kopi dan cokelat panas. Tempatnya cukup mewah dan mempunyai pelayanan yang bagus. Namun, satu gak yang Gabriella pikirkan. Harga yang mahal untuk hidangan yang mewah. Seharusnya mereka mencari tempat lain dan lebih murah.
"Revano tunggu dulu," perkataannya membuat Revano seketika berhenti kala ingin memasuki cafe.
"Kenapa sayang?"
"Kita cari tempat lain ya. Di sini sangat mahal," ujar Gabriella dengan suara pelan. Namun, terdengar oleh Revano.
"Tak apa tenang aja. Kau tak perlu memikirkan biayanya. Kali ini aku yang akan meneraktir," balas Revano segera membawa masuk Gabriella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ijinkan Aku Mengulang Waktu
Novela JuvenilBagaimana rasanya dibenci oleh orang yang kita sayangi? Berjuang membesarkannya seorang diri. Namun, pada akhirnya pergi meninggalkan dengan rasa benci yang mendalam. Bahkan tak ada cinta di dalam hidupnya. Bahkan orang yang selama ini ada di hidup...