Bukannya memalukan jika sesuatu privasi di ketahui sahabat sendiri. Privasi yang bahkan belum pernah di lakukan sebelumnya. Biarkan semua tau jika dirinya telah menemukan titik bahagia yang telah lama di nanti.
Namun, bagaimana langkah selanjutnya? Apa yang harus ia lakukan setelah semuanya ia dapati. Kejadian yang tak pernah di duga dan saat terjadi tak ada persiapan untuk semuanya. Entahlah, Gabriella hanya tak tau bagaimana harus memulai dan mempertahankan semuanya. Sejak lama semua ia miliki sudah hancur dan sekarang waktunya membangun kembali.
"Kenapa? Siapa yang mengirim pesan?" tanya Revano.
"Anu-itu, itu... sudahlah tidak penting. Aku ingin segera pulang untuk pergi ke universitas,"
"Kita akan pergi bersama tenanglah. Kau tidak sendiri lagi,"
"I-itu aku sudah berjanji pada Adeline untuk pergi bersama. Maaf,"Rasa takut dan beribu ucapan kasar terlintas dalam benaknya kala membayangkan Revano marah dan akan memakinya. Namun, sang pemilik nama hanya tersenyum manis dan menyamakan badannya dengan Gabriella. Meletakkan telapak tangan yang dingin itu menyentuh wajahnya.
"Tidak apa-apa. Jika bersama sahabatmu itu aku tak masalah. Asal jangan pernah pergi bersama lelaki lain. Mengerti sayang?" ujar Revano sembari tersenyum manis. Dirinya berdiri membawa Gabriella pergi meninggalkan taman yang indah.
Dua insan yang saling tersenyum dengan kebahagiaan datang begitu banyak pada mereka. Sekarang ia percaya bahwa Tuhan memang memiliki kejutan yang luar biasa. Setelah begitu banyak masalah yang di hadapi dirinya berikan satu malaikat pembawa kebahagiaan.
"Revano,"
"Ya. Kenapa?"
"Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu,"Tawa kecil terdengar darinya. Seorang Gabriella yang terkenal dengan pemalu luar biasa sekarang berani mengucapkan hal manis padanya.
"Aku juga sangat mencintaimu sayang,"
~~~~°°°~~~~
Sepanjang lorong banyak mata yang memandang dengan jerit kesakitan. Pasalnya Freya dengan rombongannya menarik Charlotte dan Scarlet dengan kasar. Dengan Freya menarik rambut Charlotte menuju gudang sekolah dan para temannya menarik tangan Scarlet kuat. Tak ada yang membantu mereka di sana. Hanya menatap ngeri sesekali berbincang seakan tak peduli. Anggap saja sekolah itu adalah sekolah para iblis dan mereka yang tak bersalah hanya terjebak di dalamnya.
"Lepaskan kami. Dasar iblis,"
"Diam kau jala** atau kau ingin permalukan lebih dari ini?"Freya menarik lebih kuat rambut Charlotte yang membuatnya berteriak kesakitan. Berbeda dengan Scarlet yang sudah basah oleh air mata menahan sakit sedari tadi.
"Kau boleh lakukan apa saja denganku. lepaskan Scarlet dia tidak ada salah." ujar Charlotte.
Hanya tawa yang dirinya dengar dari manusia iblis itu. Tak ada da belas kasihan untuk mereka. Dan betapa tak beruntungnya mereka kala ini karna tak ada satupun guru yang datang atau hanya sekedar melewati lorong kelas.
Dengan tarikan yang semakin kuat membuat Charlotte tak bisa lagi berpikir. Kepalanya sakit dan air mata mulai jatuh membasahi pipinya.
Dengan keras Freya melempar dirinya dan Scarlet memasuki gudang sekolah. Beberapa barang jatuh menimpa mereka dengan kepala Charlotte membentur dinding cukup keras.
"Sakit sekali,"
"Itulah akibatnya jika kalian membantah ucapanku. Sekarang apa yang harus kami lakukan pada kalian?"Senyum licik terpampang di wajah mereka masing-masing. Salah satu dari mereka menutup pintu gudang rapat membuat di dalam minim pencahayaan. Scarlet mencoba memundurkan dirinya namun, terhalang barang di sana. Charlotte masih sibuk memegang kepalanya menahan sakit yang luar biasa. Tak ada yang bisa mereka lakukan. Melawan 7 orang dan mereka hanya berdua. Tentu selain dari segi kekuatan dari jumlah saja mereka tentu kalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ijinkan Aku Mengulang Waktu
Teen FictionBagaimana rasanya dibenci oleh orang yang kita sayangi? Berjuang membesarkannya seorang diri. Namun, pada akhirnya pergi meninggalkan dengan rasa benci yang mendalam. Bahkan tak ada cinta di dalam hidupnya. Bahkan orang yang selama ini ada di hidup...