Chapter 12

52 11 12
                                    

Pagi hari yang cerah untuk memulai hari yang baru. Memulai kembali drama yang ada dalam kehidupan ini. Segenap tenaga mengumpulkan keberanian melangkah memulai kembali kehidupan yang mana diri ini terjebak dalam waktu yang lama.

Gabriella bersiap-siap untuk pergi bekerja dan memasak makanan adik tersayangnya. Hari ini jadwal kuliahnya dimulai siang hari. Dan pagi ini ia mulai dengan bekerja.

Selesai ia bersiap segara Gabriella menuju ke dapur menyiapkan sarapan untuk Charlotte. Hari ini Gabriella memasak makanan kesukaan sang adik untuk memulai hari barunya. Dengan setiap senyuman selama kegiatan memasaknya terus terlontar sekaligus membayangkan Charlotte memakannya dengan senang. Sudah lama ia tak memasak makanan ini. Kali terakhir saat Gabriella memasuki jenjang SMA. Namun, sekarang berbeda. Semenjak ia masuk kuliah dan juga dengan jadwal yang begitu sibuk tak pernah berpikir lagi untuk memasak makanan ini.

  "Aku yakin Charlotte pasti suka ," ujar Gabriella tersenyum tulus terukir di wajahnya.

Tak berapa lama terdengar suara langkah kaki yang begitu keras menghampiri dirinya. Sudah bisa dipastikan itu siapa.

Charlotte menuruti anak tangga satu persatu dengan pakaian lengkap dan siap pergi ke sekolah, tapi ada satu hal yang salah darinya. Wajah tak biasa hari ini penuh amarah tersimpan di dalamnya.

  "Charlotte kemari dan makan dulu kakak sudah menyiapkan makanan kesuk-,"
  "DIAM. APA KAU TAK BISA DIAM UNTUK SEHARI SAJA. KEPALAKU SUDAH PUSING AKAN SEMUA HAL DAN KAU JANGAN MENAMBAH BEBAN PIKIRANKU KAU MENGERTI!"

Satu kalimat dengan bentakan mampu membuat Gabriella terdiam. Charlotte tidak pernah membentaknya seperti itu. Jika pernah hanya sebuah gertakan dan bukan pekikan yang kuat. Bahkan bisa dipastikan kini katanya berkaca-kaca siap menumpahkan air mata di dalamnya.

  "K-kau mem-membentak kak-kakak?" tanya Gabriella gugup. 
  "Ya ada masalah dengan itu. Kau sungguh menganggu ku padahal ini masih pagi," balas Charlotte, "apa ini kau menyiapkan makanan sampah ini padaku? Tidak usah repot-repot akan hal itu aku juga tak ingin memakan makanan sampah ini,"

Sekali kibasan Charlotte membuang semua makanan yang ada di meja. Makanan yang sudah di siapkan Gabriella dengan hati tulusnya. Makana itu berserakan di lantai bahkan mengotori beberapa sudut bajunya.

  "Lain kali tak usah memancang dirimu melakukan semua ini," pergi meninggalkan kekacauan yang ada.

Tak ada satu katapun terucap di bibirnya. Bahkan hanya untuk sekadar bergerak pun tak mempu dilakukan. Semuanya terjadi bagai kilat menyambar. Senyum tulusnya sirna bagai tak berarti apa-apa.

Kali ini Gabriella benar-benar ingin menangis sekeras mungkin bahkan lebih tepat ingin melawan sang adik yang menurutnya sudah keterlaluan, tapi entah kenapa semua pergerakannya diam tak mampu di gerakkan.

Di dalam hatinya saat ini ia tak ingin kehilangan sang adik karna perilakunya yang ceroboh. Keluarga yang hanya ia punya hanya Charlotte dan itu adalah alasannya terus bertahan.

Dengan tenaga yang terkumpul Gabriella membersihkan kekacauan yang. Tangan nya bergetar hebat dengan isak tangis yang rintih di setiap pergerakannya. Rasanya sakit meninggalkan bekas yang begitu kuat kali ini. Bekas yang tak akan mudah untuk terhapus bahkan itu tak akan bisa terhapus selamanya.

~~~~°°°~~~~

   "Hei lihat siapa yang datang memasuki kelas. Bukan kah itu adik si lumpuh ya,"

Seperti hari biasanya pembullyan terhadap dirinya. Kata-kata tak enak kembali menyerang dirinya. Kali ini hanya diam melewatinya seakan tak terjadi apa-apa.

  "Good morning, Charlotte bagaimana hatimu. Aku dengar yang sekolah belum di bayar bukan. Apakah kalian sudah jatuh miskin sekarang? Wah sangat tidak terduga sudahlah tak punya orang tua, kakakmu lumpuh, dan sekarang jatuh miskin ini sangat menggemparkan," ujar Serry dengan nada cemohnya.

Charlotte sangat ingin melawan mereka satu per satu. Jika punya kekuatan lebih maka dia akan mengajar mereka tanpa tersisa satupun. Itupun jika dia punya kekuatan melakukannya. Cukup masalah biaya sekolahnya yang terkendala tidak dengan masalah pelajaran dan juga waktu sekolahnya.

~~~~°°°~~~~

Di sisi lain Gabriella bekerja dengan senyum terukir di wajahnya. Tampaknya ia menikmati pekerjaan nya sekarang. Tak terlalu sibuk tak juga terlalu santai. Pekerja yang sesuai dengan nya dan itu tidak menganggu kuliahnya sama sekali.

Ting ... Ting ... Ting ...

Bel berbunyi nyaring. Seseorang masuk dengan senyum manis di wajahnya. Siapa lagi kalau bukan Adaline sahabatnya. Ya Adelina juga ikut bekerja, tapi tidak satu atap dengannya. Hanya berjarak beberapa meter dari pekerjaan nya. Dan bedanya Adeline bekerja malam sedangkan Gabriella bekerja pagi dan juga malam hari.

Waktu yang terbilang cukup banyak setelah bekerja pagi makan ia akan pergi kuliah dan bekerja lagi malamnya. Itu semua ia lakukan dengan kelangsungan hidup mereka.

  "Halo Gabriella aku membawa makanan," ujar Adaline
  "Terima kasih Adaline. Maaf merepotkan,"
  "Tidak kok. Tidak merepotkan. Aku senang membawakannya untuk mu. Oh ya bagaimana pekerjaan mu?"
  "Cukup baik dan aku betah bekerja di sini," balas Gabriella.

Adaline menaruh bekal yang ia bawa dan memakannya bersama. Suasana yang tak biasa dari Gabriella yang seketika suram saat itu.

  "Ada apa Gabriella apa kau tak menyukai makanannya?"
  "Tidak. Aku suka makana yang kau bawa sangat enak. Aku cuma sedih tentang kejadian pagi ini," ujarnya.
  "Apa yang terjadi lagi ini?"
  "Hanya masalah kecil aku dengan Charlotte. Pagi ini aku menyiapkan makanan kesukaan tapi dia tak memakannya,"
  "Aku tahu bagaimana perasaanmu. Aku pernah memasak untuk keluarga besarku saat ada acara bersama. Dan mereka tak ingin memakannya karna aku yang memasak. Kau tahu masalah tingkatan sosial," ujar Adaline.

Seketika Gabriella terdiam sejenak. Hidupnya dan hidup Adaline tak jauh berbeda. Sama-sama berada dalam tingkat kesenjangan sosial yang memengaruhi kehidupan mereka.

Dunia ini ternyata sangat besar dengan beribu manusia yang berbeda-beda. Saat itu Gabriella berpikir hanya dirinya yang bernasib seperti itu. Ternyata dirinya salah begitu banyak orang di luar sana yang lebih menderita dari dirinya.

  "Dunia memang sangat luas. Dan sekarang aku tahu bahwa aku tak sendiri saat ini," batin Gabriella

~~~~°°°~~~~

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jangan lupa vote dan komen ya. Maaf dikit lagi berusaha up sering dan banyak. Kalau ada waktu bakalan dobel up deh



Ijinkan Aku Mengulang WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang