Chapter 15

366 39 17
                                    

Siapin hati dulu yuk sebelum baca😇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapin hati dulu yuk sebelum baca😇

------------

Setelah kejadian kemarin di rumah sakit, hari ini Lean berhasil mengantongi alamat rumah Stevenson. Tanpa menunggu lama, dia langsung menancap gas mobilnya menuju lokasi. Dalam hal ini papa Melvin bergerak cepat menemukan alamat rumah Stevenson. Untungnya, rumah mereka berada di Indonesia jadi Lean tidak perlu bersusah payah pergi keluar negeri.

Mobil Lean melaju cepat membelah jalanan. Satu yang Lean harapkan saat ini adalah bahwa Binar beneran ada di rumahnya. Jika kali ini pun tetap gagal, Lean benar benar tidak tau lagi harus mencari Binar kamana. Dia sudah sangat frustasi karena tak kunjung menemukan keberadaan Binar.

15 menit mengendarai mobilnya, Lean akhirnya tiba juga di lokasi rumah keluarga Stevenson. Dia turun dari mobil dan memastikan sekali lagi alamat yang berada di tangannya sesuai dengan rumah yang sekarang ada depannya.

Setelah mengangguk yakin, Lean pun berjalan mendekat kearah pagar.

"Selamat siang" ucap Lean sambil menekan tombol intercom yang ada pada sisi pagar.

Diam diam Lean menatap kagum pada rumah yang ada di depannya ini. Rumah Binar tidak terlalu besar namun aura megah jelas terlihat pada setiap sisinya.

Disamping itu suasana di sekitar rumah juga terlihat sangat sepi. Hal ini tentu membuat Lean harap harap cemas jika tidak ada orang di dalamnya.

Namun untungnya, tak beberapa lama kemudian terlihat seorang pria yang berjalan mendekat kearah pagar.

"Selamat siang, dengan siapa ya?" tanya pria tersebut bingung.

Lean terdiam, menatap pria tersebut dengan perasaan gugup. Menebak nebak jika pria yang baru saja membukakan dia pagar ini adalah ayah dari kekasihya.

"Haloo" ulang pria itu sekali lagi ketika tidak menerima jawaban dari Lean.

"Ah iya maafkan saya." sahut Lean akhirnya.

"Perkenalkan nama saya Lean. Jika boleh tahu apakah benar ini adalah rumah Binar?"

Begitu mendengar nama Lean disebut, raut wajah pria itu seketika berubah menjadi datar. Seolah sudah mengenal Lean dan bisa menebak maksud dari kedatangannya kemari

"Benar. Saya Ryan, daddy nya Binar" jawabnya sewot, "Ada perlu apa anda datang kemari?"

Lean menggaruk tengkuknya gugup. Jujur, dari awal dia sudah bisa menebak bahwa pria di depannya ini adalah Daddy Binar. Namun tetap saja Lean tak menyangka jika aura yang di keluarkan Daddy Binar sangat mengintimidasi dirinya.

"Ahh.. jika diperbolehkan saya ingin bertemu dengan Binar, om"

Hening. Daddy Ryan tak menjawab karena sejujurnya dia tidak yakin untuk mengizinkan Lean bertemu dengan Binar.

[END] THE SECONDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang