[CBGS]
Binar akui dia salah. Siapapun boleh mencela Binar atas perbuatannya yang salah. Binar terima celaan dari orang orang yang menamainya sebagai perusak hubungan orang. Binar tak masalah.
Namun jika ada yang meragukan bahkan mencela rasa cintany...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kau pergi saja Lean, aku tak apa" Binar mengelus pelan pipi Lean. Menyakinkan bahwa dirinya baik baik saja.
Sedang Lean yang menjadi objek pembicaraan, masih bertahan untuk tetap diam sambil menatap sendu wajah pucat Binar.
Pagi ini Lean benar benar tak ingin meninggalkan Binar. Tadi Mommy Ghea melapor jika kemarin siang Binar sempat muntah muntah dan disusul dengan hidung yang berdarah di malam harinya. Tentu hal tersebut sudah dapat menjadi alasan bagi Lean, mengapa enggan meninggalkan Binar, meskipun untuk bekerja.
"Kasihan pasienmu banyak yang menunggu di rumah sakit" bujuk Binar sekali lagi agar Lean mau berangkat bekerja.
Helaan nafas berat pun tak bisa dihindarkan. Lean akhirnya mengangguk, memilih menuruti perkataan Binar.
"Hm, hari ini aku ada jadwal klinik jadi tidak bisa ditinggalkan"
"Baiklah baiklah" Lean ikut terkekeh, "Kamu hati hati di rumah, kalo ada yang sakit segera beritahu Mommy, hm?"
"Siap dok, haha"
Lean hanya tertawa untuk merespon. Dia lantas mendekatkan wajahnya kearah Binar dan mengecup singkat keningnya, "I love you"
Binar tersenyum mengangguk. Setelahnya Lean benar benar keluar dari kamar Binar dan pergi ke rumah sakit. . . . . .
Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore. Namun demikian, Lean masih disibukkan dengan pekerjaannya memeriksa pasien. Setiap jadwal klinik memang pemeriksaan dilakukan hingga sore. Jadi tak heran jika seharian ini Lean sama sekali tidak beranjak dari ruang klinik mengingat banyaknya pasien yang harus dia periksa.
Lean melipat sedikit jas dokter miliknya. Kurang satu pasien lagi dan pekerjaannya akan selesai. Pikirannya tak tenang karna terus terbayang wajah pucat Binar pagi tadi. Lean ingin pekerjaannya ini cepat selesai dan segera pulang untuk bertemu Binar
"Ini pasien terakhir kan?" tanya Lean pada perawat yang baru saja memanggil pasien dari luar.
"Benar dok"
Lean mengangguk mengerti. Syukurlah, dia hanya perlu menahan sebentar lagi.
Pintu ruangan terbuka, menampilkan laki laki paruh baya selaku pasien Lean.
"Apa kabar pak, silahkan duduk" sapa Lean ramah.
Setelahnya dia mengarahkan pandangan pada layar komputer untuk melihat rekam medis pasien.
Drttt.... Drtt.... Drttt...
Namun, belum beberapa lama ponsel Lean bergetar. Dia melirik sedikit pada ponsel untuk melihat siapa yang menelfonnya.
Dan nama 'Daddy Ryan' pun terpampang jelas di ponsel Lean. Jadi tanpa lama, dia langsung menganggkat panggilan tersebut. Entah kenapa perasaan Lean tiba tiba menjadi tidak enak.