Chapter 21

289 39 6
                                    

Pagi menyapa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi menyapa.

Lean menjadi orang pertama yang bangun dari tidur. Disamping Lean, ada Binar yang masih terlihat lelap dalam tidurnya.

Lean tersenyum kecil. Wajah polos Binar ketika sedang tertidur memanglah favoritnya. Wajah tersebut terlihat sangat damai. Lean bersyukur untuk itu. Setidaknya penyakit kanker Binar tidak terlalu menyiksanya disaat tidur.

Inginnya Lean tetap diam di tempat Binar sambil menikmati wajah lelapnya. Namun apalah daya, hari ini ada jadwal klinik yang menunggu kehadirannya. Lean tidak ingin mengecewakan pasiennya yang sudah mengantre sejak pagi untuk mendapatkan pemeriksaan darinya

Orang tua Binar masih belum kembali ke rumah sakit. Mungkin sebentar lagi. Lagipula kini Binar juga masih tertidur, jadi Lean bisa sedikit tenang untuk meninggalkannya sendiri di kamar inap.

Keluar dari ruang inap Binar, Lean lantas membawa langkahnya menuju ruangannya yang berada di lantai paling atas rumah sakit.

Sampai di ruangan, tujuan utama Lean adalah kamar mandi. Dia ingin menyegarkan tubuhnya terlebih dahulu sebelum jadwal klinik. Jadwal klinik memakan waktu dari pagi hingga sore. Jadi Lean tidak akan mempunyai waktu lagi untuk mandi jika melewatkan kesempatan ini.

10 menit berkutat dengan air, Lean akhirnya selesai membersihkan diri. Dengan masih memakai baju scrub, Lean keluar dari kamar mandi sambil menggosok rambutnya dengan handuk kecil. Mumpung ada waktu, Lean sekalian keramas membersihkan rambutnya.

"Sudah selesai?" pertanyaan itu datang menyambut Lean yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Lean menoleh kearah sumber suara. Lalu dia kembali mengeringkan rambut, setelah mendapati kehadiran Sean selaku oknum dari pemberi pertanyaan tersebut.

"Hm" jawab Lean seadanya.

"Kemari, kita sarapan dulu" Sean menunjuk beberapa paperbag yang berada di atas meja, "Aku sudah membeli makanan untuk kita sarapan"

"Kau saja yang makan, aku tidak" ujar Lean sambil bersiap memakai sneli nya untuk jadwal klinik

"Kau harus makan Lean" Sean memaksa, "Pikirkan juga kesehatanmu"

Lean menoleh sebentar kearah Sean. Tidak biasanya nada memerintah itu keluar dari mulut Sean.

"Yasudah" jawab Lean akhirnya. Tak ingin mengecewakan Sean karena sudah repot repot membawakannya sarapan.

"Bagaimana Binar?" tanya Sean basa basi ketika Lean sudah berhasil duduk di depannya untuk menyantap sarapan.

Beberapa paperbag itu mereka buka untuk mengeluarkan isinya.

"Tadi malam tubuhnya sangat lemas pasca kemoterapi" Lean mulai menyuapkan sesendok makanan kedalam mulutnya.

"Jujur saja saat ini keadaan Binar terlihat buruk"

[END] THE SECONDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang