Gaun

13.1K 102 0
                                    

📅 17 Juli 2022
Kaviar Gauche's Store

Hari ini John mengajakku ke sebuah butik terkenal di kawasan tempat tinggal kami. Ya, sudah satu bulan ini John mengajakku tinggal bersama di rumahnya. Sebenarnya aku sempat menolak, tapi kejadian bulan lalu tepat sebelum pindah ke rumah John membuatku sedikit trauma.

Bulan lalu, tepat sebulan lalu, malam itu setelah di antar John pulang ke rumah aku segera menutup dan mengunci semua pintu rumah. Tapi di luar dugaan ada seseorang yang sudah berada di dalam rumah, wajahnya tidak terlihat jelas namun begitu mengetahui aku sudah kembali dia segera lari dan memecahkan kaca dapur. John yang masih berada di halaman rumahku keluar dan berusaha mengejarnya tapi gagal.

Setelah malam itu, setiap malam John tidur di rumahku, tapi tetap saja dia khawatir orang misterius itu akan muncul di siang hari. Belum lagi mualku semakin parah, padahal dr. Andrea bilang harusnya sudah mereka. Minggu ini aku berencana kembali menemuinya.

Jadilah aku mengemas barang-barangku dan pindah ke kediaman John. Tempat John sangat luas dan cukup aman karena aku tidak sendiri disana. Beberapa pelayan dan penjaga keamanan berada 24 jam disana. Walau selama seminggu ini, John selalu pulang telat karena pekerjaannya. Menyebalkan.

"Senna? Ayo? Kau melamun?", John mengusap pelan tanganku, ternyata dia sudah membukakan pintu mobil dan mengulurkan tangannya padaku.

"Maaf Bear, aku gugup, jadi sedikit tidak konsentrasi.", ucapku sambil menyambut uluran tangannya dan berjalan masuk ke area butik.

"Hai John? Akhirnya datang juga, sudah kutunggu sejak kemarin", suara sapaan terdengar mendekat, milik Bella, teman John pemilik butik ini.

Kaviar sendiri adalah nama anak Bella. Bella sendiri yang melakukan pengukuran padaku saat kami datang pertama kali disini.

"Hai Senna, bayimu sepertinya sehat. Aku khawatir ukurannya sedikit berbeda. Maksudku gaunmu.",ucap Bella sambil mengelus perut buncitku. Bisa kurasakan pergerakan bayiku saat Bella kembali mengelusnya untuk kedua kali.

Benar sekali, beberapa orang mengatakan jika perutku terlihat begitu besar dibandingkan ibu hamil lain pada umumnya. Aku sendiri tidak sadar. Tapi memang akhir-akhir ini aku sudah cukup susah mencari posisi tidur yang nyaman.

"Ayo kita coba gaunmu. John, kau bersama Grace ya, jasmu ada di sebelah sana.", Bella menuntunku ke suatu ruangan.

Setelah memberikan gaunku Bella menunjukkan kamar ganti dan meninggalkanku disana.

"Panggil aku jika butuh bantuan Senna." ucapnya kemudian berlalu dari hadapanku.

Gaunnya terlihat sangat cantik, sederhana dan simpel. Sangat sesuai dengan seleraku. Setelah memasangkan ke tubuhku, sepertinya benar kata Bella ukurannya kurang besar. Aku kesusahan menaikkan resleting gaunnya. Bagian lenganku juga tidak bisa masuk.

"Bel, aku ke.." ucapanku terpotong saat berjalan keluar dan menemukan John sudah duduk di ruangan. Ah malu sekali.

Gaunnya hanya kukenakan sampai sebatas dada dan resletingnya gagal kunaikkan. John melihatnya, malu sekali. Aku hendak berbalik ke kamar ganti tapi Bella sudah mendekat dan membantuku melepaskan bagian lengan gaun ini.

"Apa kubilang, aku harus menyesuaikannya lagi sepertinya, John. Kau lihat sendiri kan, pertumbuhan anak kalian diluar prediksi.", ucap Bella lalu menuntunku kembali ke kamar ganti.

Aku bisa dengar suara tawa John diluar saat kami kembali masuk. Astaga memalukan sekali. Padahal John sering melihat tubuhku yang membesar ini saat telanjang, tapi tadi benar-benar malu sekali rasanya.

"Kupikir anak kalian kembar, ukuran perutmu besar sekali.", Bella mengatakan itu sambil mengelus perlahan perutku yang terkekspos.

"Aku belum memeriksakannya lagi, Bel.", jawabku singkat lalu tersenyum.

"Dulu saat hamil Kaviar di umur 9 bulan, perutku tidak sebesar milikmu, Senna.", Bella berujar sambil merapikan gaun yang sudah terlepas dari tubuhku. Dia juga mengukur ulang beberapa bagian tubuhku.

Terakhir kali aku bertemu dr. Andrea memang sudah lama sekali. Saat umur kandunganku 3 bulan. Tapi orang-orang kuberitahu berbeda, aku mengadung 2 bulan lebih lambat. Aku terlalu takut jika John sadar jika bayi ini bukan miliknya.

"Senna? Kau melamun lagi? Ada apa?", John mendekatiku lalu memelukku dari samping.

Aku yang baru tersadar jika ruangan ini sudah sepi hanya bisa tersenyum. Aku memikirkan ucapan Bella, apa aku menemui dr. Andrea diam-diam ya? Lagipula akhir-akhir ini aku sering sekali merasakan kram yang parah setelah selesai berhubungan badan. Semalam juga, bahkan saat ini, rasanya seperti ada yang mengikat kuat area pinggulku. Hanya saja kupaksakan karena John sudah terlanjur membuat janji dengan Bella.

"Ayo pulang, Bear. Aku lelah, ingin segera istirahat.", ajakku pada John.

"Pulang? Bagaimana dengan sesi fotonya?", John mengajakku duduk dan menunjukkan chat dari Larx, temannya yang akan mengambil foto pra wedding kita.

"...tapi kalau kau lelah kita bisa tun--", aku memotong ucapan John dan berkata;
"Ajak aku makan setelah itu kita pemotretan, sekalian menunggu Bella menyelesaikan gaunku, dia bilang butuh setengah jam.", ucapku meyakinkan John.

"Kau yakin, Senna?"
"Bear, kau meragukanku?"
"Bukan begitu, tapi--"
"Tidak menerima protes apapun!"

📅 17 Juli 2022
Larx Studio

"Bear, gaunnya terlihat bagus kah?"
"Kau sangat cantik, Senna. Sempurna."

Aku masih mematutkan diri di depan cermin sebelum memulai pemotretan bersama Larx. John memdekat lalu memelukku dari belakang sambil mengusap perutku.

"Gaunnya terlihat terlalu ketat, apa kau masih nyaman memakainya?"
"Benar, masih terasa sesak--tapi masih aman untuk sesi foto hari ini. Selanjutnya akan kuminta Bella memperbaikinya."

Penyataan John benar, gaunnya sesak, perutku cukup tertekan dan entah apakah tidak masalah nantinya, karena untuk saat ini aku tidak merasakan apapun. Kalau sesi foto ini cepat, aku pasti akan melepaskan gaun ini lebih cepat. Sayang sekali, padahal aku terlihat cantik sekali dengan balutan gaun ini.

"John, ayo kita mulai, semua persiapan sudah selesai.", Larx menghampiri John lalu mengajak kami ke studio yang dijadikan tempat pemotretan.

...10 menit
...30 menit
...60 menit

Satu jam berlalu tapi sesi pemotretan ini belum juga selesai. Pasalnya karena John meminta banyak modwl studio, kami harus berganti latar 8 kali. Ini baru latar ke 7. Tapi perutku sudah terasa tidak nyaman, kepalaku juga pusing. Hingga saat hendak bangkit dari kursi untuk kembali ke tengah studio kakiku oleh. Untung saja John sigap menahan badanku.

"Yaaa, Senna kau baik-baik saja? Sayang wajahmu mulai pucat."

Wajahku pucat? Padahal aku hanya merasa pusing. Jika aku sudahi sekarang akan sangat nanggung karena kami hampir menyelesaikan seluruh sesi. Sisa satu lagi.

"Satu lagi kan? Aku baik-baik saja. Hanya sedikit oleng saja. Mungkin setelah minum membaik.", John langsung menyodorkan air mineral tepat setelah aku selesai mengatakannya.

"Kita selesai sekarang, tidak ada bantahan, Senna. Ayo pulang, kau benar-benar butuh istirahat.", John menuntutku keluar studio setelah berbicara sebentar dengan Larx.

"Seandainya John benar-benar ayah dari bayiku, bahagia sekali huh.", ucapku bermonolog di depan cermin saat mengganti gaunku.

Aku Hamil (Baby L) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang