Kebahagiaan?

9.1K 82 1
                                    

📅 12 Februari 2023
Rumah Sakit Universitas Dusseldorf, Jerman

John menjelaskan semua padaku. Hatiku sangat terpukul mengetahui kenyataan ini. John yang membawaku ke rumah sakit. Liam membiarkanku hampir 2 jam di rumahnya. John bercerita bahwa saat itu dia hampir saja membunuh Liam karena kesal. Tapi keselamatanku lebih penting. Dia menyerahkan Liam ke polisi yang tiba di sana.

Sidang Liam sendiri sudah memasuki sesi akhir. John bilang 2 minggu lagi vonis atas tindakan Liam akan dijatuhkan. Aku cukup merasa bersalah pada John karena bagaimanapun aku membiarkan mantan kekasihku kembali bersama saat dia justru sedang sibuk bekerja untukku. Belum lagi senyumannya saat ini di depanku, pria ini sama sekali tidak menyalahkanku. Hal itu membuatku semakin sakit, bagaimana bisa aku menyakiti pria sebaik ini.

"Senna?"
"Senna, kau mendengarku?"

Suara John meninggi sambil mengusap tanganku dengan sangat berhati-hati karena masih ada jarum infus yang menusuk di punggung telapak. Aku tersentak dan menarik botol susu yang tadi kuberikan pada Leo. Aku tidak ingin membebani John, sebisa mungkin kutahan tangisku dan ekspresi sedihku. Tapi John begitu peka.

"Maafkan aku tidak bisa menjaga kalian bertiga."
"Bear, ini bukan salahmu."

Kutatap wajah John yang menatap ke arahku. Tangannya mulai memelukku dan Leo, aku merasakan aura kesedihan dari pria baik ini. Hatiku tidak bisa menahannya lagi, sesaat kemudian tangisku pecah. Walau John sedikit kaget tapi ternyata dia bisa begitu tenang menghadapi emosiku ini.

Tubuh Leo digendong kembali oleh John lalu diletakkan di dalam kereta bayinya. John menurunkan pembatas ranjang lalu membuka selimutku. Dia meraih tanganku sambil mencondongkan tubuhnya.

"Aku begitu merindukanmu, Senna."

Aku hanya diam dan paham dengan maksud gerakan John. Dia mendekatkan bibir lalu mengulum perlahan bibirku yang masih basah oleh sisa air mineral.

"Mmmmhhh.."

Kupejamkan mata dan mulai membiarkan John memimpin ciuman kami. Tangan kekar lelaki ini mulai nakal dan meremas payudaraku. Cukup ngilu karena rasanya memang tubuhku masih begitu kaku. Mungkin saja efek terlalu lama tidak sadarkan diri.

"Aahh mmhh, Bearr shh ngilu."

John langsung berhenti dan menatapku saat aku merintih karena gerakan tangannya di payudaraku. Dia menatap dengan ekspresi khawatir, membuatku tidak sengaja tertawa.

"Hei, kenapa berhenti? It'a okay. Tubuhku hanya terasa masih begitu kaku, Bear. Jangan terlalu kuat."

John menggelengkan kepala lalu kembali duduk di samping ranjangku. Kali ini dia menarik kereta bayi milik Leo mendekat ke arah kami.

"Kau tertidur terlalu lama, aku sudah lama tidak hmm.."
"Tidak apa, Bear?"
"Tidak menciummu."
"Bohong, kau pasti setiap hari mencium bibirku saat menjengukku kemari."
"Tapi kan kau belum terbangun, Senna."

Lucu sekali ekspresi John saat tertangkap basah seperti itu. Dia menggendong Leo dan tersenyum sambil mengusap wajah bayi mungil itu.

"Terima kasih, Senna. Dia begitu mirip denganku."

Aku tersenyum dan mengangguk setuju dengan pernyataan John. Leo memang begitu mirip dengan John, apalagi matanya. Akupun heran, padahal Leo 100% adalah anak Liam. Tapi aku bersyukur bayiku tidak mirip dengan lelaki brengsek itu.

"Kriet"

Suara pintu terbuka dan menampakkan sosok Mama John dengan seorang wanita muda. Mereka masuk dan mendekati kami. Mereka duduk di seberang posisi John.

Aku Hamil (Baby L) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang