Teman Begadang (21+)

16.5K 97 0
                                    

📅 16 Februari 2023
Grüner Baum Residence 78

"Sayang?", ucap John sambil mengelus rambutku. Aku mendengar jelas suaranya, tapi terlalu malas untuk bangun. Bagaimana tidak, dia membuatku harus melayaninya hingga pagi. Rasanya aku baru bisa tidur nyenyak sebentar saja.

"Aku ke rumah mama dulu ya, mau jemput Leo. Sungkan kalau Leo kelamaan di sana.", aku hanya mengangguk tanpa membuka mata.

"Tadi mama telepon juga. Sepertinya aku akan mengantar Gwen ke dokter dulu. Kau mau kutunggu atau aku pergi sendirian saja?", pertanyaan John barusan sukses membuatku membuka mata dan melirik ke arahnya.

"Bear, sampaikan pada mama dan Gwen. Aku ingin ikut tapi kau malah menghajarku semalaman di ranjang. Sana pergi.", ucapku sambil mendorong tubuhnya yang berada di atasku lalu menarik kembali selimut tidurku.

"Selamat tidur. Aku sudah membuatkan sarapan. Jangan lupa untuk sarapan. Setidaknya sarapan dulu baru lanjutkan tidurmu, sayang.", John mengatakannya sambil menutup pintu kamar kami. Sepertinya dia sudah akan berangkat ke rumah mama. Aku masih malas beranjak.

📅 16 Februari 2023
Lindenhof Residence 87

"Nak? Kau sendiri? Dimana Senna?", tanya seorang wanita paruh baya pada John yang baru saja masuk ke ruang keluarga rumahnya.

"Kami bercinta semalam dan dia masih belum benar-benar pulih sepertinya. Dimana Gwen?", John duduk di sebelah mamanya yang sedang menggendong Leo.

"Sedang memakaikan Luisa baju di kamar. Jadi kau yang akan membawa pulang Leo? Sendirian?", wanita itu bertanya setelah meletakkan tubuh Leo ke dalam strollernya.

"Tidak, Mom. Kita akan mampir ke rumah setelah dari Rumah Sakit. Bagaimana keadaan Gwen?", John bertanya sambil menarik stroller Leo mendekat ke arahnya.

"Sepertinya parah. Mual muntahnya lebih parah dari saat mengandung Luisa. Tapi dia keras kepala untuk menunggu suaminya pulang.", ucap nenek dari Leo dan Luisa.

"Biar nanti aku yang membujuknya.", John beranjak dari sofa dan berjalan ke arah lantai 2, tempat kamar Luisa berada.

Saat tiba di depan pintu, seorang anak perempuan berlari ke arahnya sambil tersenyum lebar.

"Uncle..",ucapnya dengan cukup jelas.

"Hahahaha, pintar sekali cantik, dimana mamamu?", John mengangkat tubuh kecil anak perempuan cantik itu.

"Sakit..", dia menunjuk ke arah kamar mandi yang berada di dalam kamar.

John berjalan mendekat ke arah kamar mandi yang pintunya terbuka. Terlihat sosok Gwen yang sedang berada di depan wastafel, sepertinya mual dan muntahnya kambuh. Tidak lama berselang, Gwen mendorong pintu kamar mandi hingga tertutup. John justru tertawa.

"Aku tidak akan mengatakan pada siapa-siapa betapa lemahnya dirimu. Haha. Aku akan menunggumu di bawah bersama Luisa, sebaiknya kau ikut aku, menemui dokter bukan hal memalukan. Aku akan berperan menggantikan Garrick.", John menutup tawarannya dengan gelak tawa. Dia tahu Gwen adalah sosok dengan gengsi setinggi langit.

📅 16 Februari 2023
Grüner Baum Residence 78

"Biar kugendong Leo. Kudengar dari suamiku kau harus banyak istirahat.", aku mengambil Leo dari gendongan seorang wanita dengan wajah yang agak pucat.

"Kalian terlalu berlebihan. Terima kasih.", Gwen mengikuti langkah kaki mamanya memasuki ruang tengah rumah John dan Senna.

"Sebenarnya kami hanya akan mengantarkan Leo saja. Tidak akan mampir lama, jangan menghidangkan apapun, Nak.", mertuaku mengatakan itu saat melihatku keluar dari kamar Leo menuju ke dapur.

"Di rumah tidak ada apapun, Mah. Kami belum belanja apapun. Senna hanya mengambilkan minuman saja untuk kalian.", kudengar John meluruskan keadaan di ruang tengah.

"Kau apakan Senna?", Gwen bertanya dengan nada bercanda pada suamiku.

"Program hamil.", ucap John saat menghampiriku dan membantu membawa camilan serta minuman untuk mereka.

"Apa sebaiknya tidak ditunda dulu, Nak? Leo masih terlalu kecil.", ucap mama mertuaku saat makanan dan minuman sudah terhidang di meja.

"Aku tidak suka menunda pekerjaan, Mom.", John meraih tubuh Luisa dan memangkunya.

"Uncle.. mau..", Luisa menunjuk bungkusan rokok milik John, satu batang rokok terlihat keluar. Sepertinya dia mengira itu permen.

"Hahahaha, ini bukan permen. Ini saja yaa, cantik.", John memberikan permen Lolipop yang dia ambil dari saku bajunya.

"Silahkan dinikmati, maaf hanya ada ini saja di rumah.", ucapku kemudian ikut bergabung di sofa dengan mereka.

Hari itu kami mengobrol banyak hal hingga hampir 3 jam. John juga memesan makanan untuk kami. Gwen dan mama mertuaku menceritakan banyak hal saat aku terbaring koma di rumah sakit. Aku sangat bersyukur John tidak memberitahu kebenaran mengenai status Leo kepada mereka.

Menjelang malam tiba, John mengantarkan mereka kembali ke rumah. Tadinya Luisa tidak ingin pulang, tapi karena John yang mengantar mereka, gadis kecil itu tidak jadi menginap. Dia sangat dekat dengan John, aku baru tahu fakta ini. Pantas saja John terlihat akrab dengan anak kecil.

📅 16 Februari 2023
Lindenhof Residence 87

"Tinggallah dulu sebentar hingga Luisa tertidur, aku terlalu lelah untuk menenangkan dia kalau-kalau dia mencarimu.", Gwen memohon pada John.

"Baiklah. Tapi tidak untuk menginap. Aku harus menjalankan misiku.", John tertawa sambil menggendong tubuh gadis kecil itu masuk ke dalam kamar.

"Akan seru jika istrimu juga hamil. Aku jadi punya teman.", Gwen menyusul John masuk ke dalam kamar.

"Aku selalu mengabulkan permintaanmu bukan? Kali ini akan kubuat Senna hamil dan menjadi temanmu. Hahaha..", John tertawa sambil memeluk tubuh Luisa di atas ranjang.

"Berisik. Nanti dia tidak jadi tidur.", Gwen menepuk lengan John yang berada di sebelahnya.

📅 16 Februari 2023
Grüner Baum Residence 78

"Ssshhh aahhhh...", desahku saat John mulai memasukkan batang kemaluannya yang besar itu.

Lututnya bertumpu pada permukaan ranjang, sementara tubuhku miring ke arah kiri. Yaa kami memakai posisi ini karena aku masih harus memegang botol susu milik Leo. Leo masih terbangun.

John sendiri baru pulang dari rumah mamanya sekitar 2 jam lalu. Dia tidak sabar menunggu Leo tertidur untuk mulai bercinta denganku. Salahku juga, tadi dia sempat kugoda juga. Aku menyuguhinya pemandangan tubuh telanjang saat pulang dari rumah mamanya.

"Jangan berisik, sayang. Kau bisa membangunkan Leo.", ucap John sambil menahan tawa.

"Mmpphh..pelanhhh..", aku menepuk tangannya yang berada di area pinggangku.

"Ini terlalu lamban, sayang..", protes John karena memang kami harus sama-sama menahan gerakan. Sementara John terbiasa menyodokku dengan brutal.

"Dia belum sshhh..tertidur, Bearhh ahhh.", aku tidak sengaja mendesah agak keras saat John menghentakkan pinggulnya hingga membuat alat kelaminnya masuk lebih dalam.

Leo membuka matanya. Aku menarik botol susu dari mulutnya. Matanya berkedip beberapa kali dan sesaat kemudian suara tangisannya memenuhi ruangan kamar kami.

"Yaaakk! Dia terbangun.."
"Tanggung banget, sayang.."
"Ouuchhh, ahh ahhh.."
"Biarkan saja dia menangis dulu..hahh..aku selesaikan dulu satu putaran setelah itu aku yang akan menenangkannya.."
"Mmmphhh ssshh huummhh lakukan sesuka aahh—muuu..."

John menepati janjinya. Setelah menyelesaikan satu ronde, dia menggendong Leo hingga tertidur lalu meletakkannya pada box bayi di kamar sebelah. Yaa, benar sekali, dia tidak ingin bayiku mengganggu lagi permainan kami. Lagipula ini sudah pukul 4 pagi, pasti dia akan meneruskannya hingga Leo kembali terbangun. Pekerjaannya hari ini baru akan dimulai siang hari dan pagi ini adalah jatah dia denganku.

[Jangan lupa bintang dan komennya supaya aku semangat untuk lanjutin dengan cepat. Terima kasih.]

Aku Hamil (Baby L) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang