📅 31 Juli 2022
Ferienhaus Residence 76Sial, Liam pergi begitu saja setelah dua kali mengeluarkan cairannya di dalam lubang kemaluanku. Seseorang rekan kerjanya memanggil untuk menyelesaikan masalah. Meninggalkan wanita di tengah permainan sex saja sudah menyebalkan. Apalagi meninggalkan wanita hamil dengan perut buncit begini, padahal dia yang menggodaku terlebih dahulu.
"Menyebalkan sekali!"
Aku beranjak ke kamar mandi dan mulai membersihkan tubuhku, terlalu lengket. Aku mengusap perut buncitku yang terlihat menegang, gerakan bayiku juga nampak jelas di kulit tipisku. Jarak kontraksi yang aku rasakan juga semakin dekat, sekarang setiap 10 menit rasanya akan kembali tegang perut buncitku. Belum lagi rasanya semakin nyeri jika dibandingkan beberapa hari lalu. Apa ini masih kontraksi palsu? Tadinya ingin kutanyakan pada Liam selepas kami bercinta, tapi belum sempat dia sudah pergi. Huh.
"Pakai ini saja." ucapku sambil mengambil kemeja Liam yang besar, kuputuskan untuk tidak memakai pakaian dalam, kontraksi membuatku merasa gerah.
Aku memilih melakukan treadmill untuk membuatku lebih bertenaga, karena kontraksi cukup menguras tenagaku. Bayangkan satu jam aku merasakan 6 kali kontraksi, walau hanya 2 menit. Belum lagi Liam yang sempat menghajarku sebanyak 2 ronde. Namun baru saja 5 menit berjalan, kontraksi itu datang lagi. Kali ini rasanya seperti ada sesuatu juga yang menekan kuat lubang kewanitaanku.
"Ouuchh ahhh..baby please ahhh.", reflek tanganku menyangga perut bagian bawah yang terasa sangat nyeri itu. Kali ini menembus hingga bagian punggungku.
Panas sekali rasanya. Aku memilih beranjak ke sofa dan berpegangan pada bagian tepian sambil sedikit berjongkok lalu berdiri kembali. Kata Liam jika melakukannya akan terasa berkurang sakitnya.
"Sshh ahhh dasar Liam, tidak mempan, ngghh!"
Aku justru mengedan, rasanya benar-benar sudah seperti akan keluar bayiku, tapi air ketubanku belum pecah, belum ada lendir darah juga. Sekuat mungkin aku menahan rasa ingin mengedan itu. Liam bilang hal itu bisa memicu pembengkakan pada jalan lahir. Aku tidak ingin itu terjadi sudah pasti akan membuat proses ini semakin lama.
"Hhaaa, haahh aaahhh.."
Kontraksi itu terasa mulai menghilang. Kini aku berjalan ke arah lantai dua. Menaiki tangga dengan sangat pelan, jujur napasku masih memburu. Sialnya sampai di ujung tangga teratas kontraksi itu kembali menyerang, 5 menit sekali, selalu begitu, kali ini membuatku terduduk sambil mengangkat sedikit bokongku.
"Ahhh sial, Liam sshhh ahhhh aahhh."
Tanganku mengusap permukaan jalan lahir dan menekannya. Rasanya seperti ingin menahan bayiku keluar. Tubuhku kali ini bergetar, walau tidak lama tapi jedanya begitu cepat, aku jadi tidak fokus. Aku hendak berdiri sembari berpegang pada tiang tangga, tapi tiba-tiba sesuatu diantara selangkangan terlihat, lendir tapi bercampur darah.
"Oh tidakk."
Aku ingat, Liam bilang jika ada lendir darah artinya jalan lahir sedang terbuka dan bayiku sedang bergerak turum. Aku langsung berjalan ke arah kamar untuk mengambil kunci mobil dan handphone. Ada panggilan tak terjawab dari John.
"Ada apa, Bear?"
"Tidak apa, aku hanya merindukanmu..dan bayi kita."
"Sshhh aahhh Bear."
"Senna kau baik-baik saja?"
"Uuhhh"Konsentrasiku buyar saat kontraksi yang semakin kuat kembali menyerang. Sambungan telepon John tidak sengaja ku akhiri dan aku berusaha berjalan kembali ke bawah dengan sangat pelan. Bagaimana tidak, kontraksinya kali ini menyerang sepanjang waktu dan aku berusaha untuk tidak dulu mengejan.
"Liam kurang ajar, aakkhhh!"
Aku berhenti melangkah saat gelombang kontraksi itu terasa begitu juga dan sakit. Tubuhku sudah penuh keringat, padahal aku tadi baru saja berganti baju. Belum lagi nomor Liam susah sekali dihubungi, pesan singkatku padanya juga belum terkirim. Padahal aku menginap disini agar dia mudah membantuku. Lelaki itu sungguh tidak bisa dipercaya.
"Nnnghhh baby sabar nnggg ahhhh."
📅 31 Juli 2022
Ferienhaus Residence 76Pikiranku sudah tidak bisa fokus. Sejak tadi, melangkah saja sudah begitu berat. Sakit di perutku benar-benar tidak bisa ku tahan. Nomor ponsel Liam juga masih dialihkan.
"Nnggghhh..nggghhh.."
Reflek aku mengejan saat dorongan kuat itu mengarah ke jalan lahir. Benar-benar bisa kurasakan sesuatu terus menekan ke bawah. Belum lagi bercak darah dan cairan yang terus merembes. Sepertinya cairan ketuban, tapi kenapa ketubanku tidak pecah, kenapa malah merembes?
"Mmmhppphhh.."
Aku masih berusaha menahan hasrat ingin mengejan. Aku bahkan tidak tahu apakah jalan lahirku sudah terbuka sepenuhnya atau belum. Tapi hasrat mengejanku benar-benar susah untuk kutahan. Tanganku mengarah ke jalan lahir sambil menekannya dan beberapa jari kumasukkan setelah kucuci bersih dengan air kemasan untuk merasakan apakah kepala bayiku sudah berada di ujung jalan lahir. Belum ada apapun.
"Mmmmphhhhh.., baby please.."
Cairan ketubanku terus merembes bersama bercak darah. Kontraksi yang melilit perut buncitku terasa sepanjang waktu. Aku mencoba melangkah keluar menuju mobil, aku harus ke Rumah Sakit. Tidak mungkin aku melahirkan di rumah ini sendirian.
"Oucchhh!"
Gelombang kontraksi yang begitu kuat datang saat aku baru saja duduk di kursi kemudi mobil, kakiku sedikit terbuka, seperti ada yang mendorong kuat ke arah kelaminku. Aku menekan kuat perut bagian bawahku. Sakit sekali, aku berani bersumpah. Kucoba menyalakan mesin mobil sambil masih menahan kontraksi yang masih melilit perut buncitku.
"Haahh hoooo haaahhh"
Aku berusaha mengatur nafas untuk meredakan rasa sakit dan membuatku lebih fokus. Tapi sepertinya gagal, aku justru tidak tahan ingin mengejan sekarang juga. Sekuat tenaga aku menahan hasrat itu, belum saatnya, aku terus mengigat semua saran Liam.
"Nngghhh aahh nngghhhh aahhh"
Dua kali tarikan nafas sambil menahan hasrat mengejanku dan membenamkan wajahku di kemudi. Jok mobil begitu basah dengan rembesan air ketubanku. Namun tiba-tiba sebuah mobil datang memasuki gerbang garasi. Aku bisa dengan samar suara mesin mobil mendekat. Aku berharap itu Liam atau John, siapapun yang bisa membantuku.
"Siapapun tolong aku" rintihku begitu pelan saat mendengar kaca mobilku diketuk seseorang lalu tak lama berselang aku merasakan seseorang menggendongku keluar dari kursi kemudi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Hamil (Baby L)
RomanceWARNING 🔞⚠️ Follow dan Vote sebelum membaca. Beberapa bab dengan rate dewasa akan diprivate setelah bab 13. Selamat membaca Aku Hamil (Baby L). [DILARANG COPAS] [NO PLAGIARISM] Senna baru saja putus dari Liam, lalu bertemu John saat pesta tahun...