Pelarian (21+)

9.4K 55 2
                                    

[Masih ada yang baca lanjutan cerita ini disini? Kalian masih mau lanjut baca disini juga kah? Jangan lupa bintang dan komennya supaya aku semangat untuk lanjutin dengan cepat. Sedih banget yang baca banyak tapi kok pada kasat mata. Terima kasih. Selamat membaca. ]

📅 03 Agustus 2023
Royal Suite Breidenbacher Hof

Aku terbangun karena perutku kembali terasa mual. Kulihat sekilas sekelilingku, Eyson masih tertidur dengan posisi yang memeluk tubuh telanjangku dengan erat. Aku tersenyum jika mengingat apa yang terjadi semalam. Eyson tidak berubah, dia masih sepolos itu, bahkan di saat pertama kali memasukkan kejantanannya dalam lubang kewanitaanku, dia sempat bergumam:

"Kata mama, mengambil milik orang lain itu berdosa. Semoga Tuhan mengampuni dosa Eyson ya, Senna."

Benar tidak berubah, anak mama. Tubuhnya bergerak saat aku mengangkat tanganku untuk menutup mulut, menahan rasa mual yang datang di pagi hari.

"Hukkmmhh"
"Hukkmmhh"
"Hukkmmhh"

Eyson melepaskan pelukannya di tubuhku, sepertinya dia terbangun. Matanya masih terpejam, tetapi dia sudah berujar pelan padaku.

"Mual lagi? Kau hamil ya? Sayang sekali, aku telat ya, peju semalam sudah tidak bisa menjadi benih dong."
"Entah, aku belum mengeceknya, sebentar ya.."

Aku beranjak dari ranjang menuju kamar mandi dengan lilitan selimut. Bagaimana tidak, pakaianku berserahkan entah dimana. Seadanya barang kugunakan untuk menutupi tubuh telanjangku.

"Tidak perlu diselimuti Senna.",kikikan tawa Eyson masih terdengar, bahkan saat aku sudah menutup pintu kamar mandi.

Aku mengusap perutku usai menumpahkan cairan di dalamnya. Sedikit nyeri, rasanya menusuk. Apa benar aku hamil anak John? Aku merasa senang jika memang benar aku hamil. Tapi disisi lain, rasanya kecewa sekali jika mengingat perlakuan John padaku akhir-akhir ini.

"Tok."

Suara ketukan pintu kamar mandi. Pasti Eyson sedang mengecekku. Aku sendiri juga bingung, bagaimana bisa semalam begitu menikmati kegiatan yang seharusnya tidak kami lakukan. Sepertinya memang kami tidak boleh mengulangi kesalahan ini lagi. Eyson bahkan menumpahkan cairan spermanya berkali-kali.

Kubuka pintu dan mendapati Eyson berdiri dengan tubuh yang masih telanjang. Dia menatap khawatir ke arahku.

"Yaaakk, pakai celanamu dulu."
"Ah iya, boleh gantian?"
"Gantian?"
"Kamar mandinya, maksudku."
"Oh. Iyaaa."
"Kau tidak apa kan? Mau kutemani periksa ke dokter?"
"Tidak perlu, Eyson. Mungkin memang bawaan bayi."
"Jadi benar hamil?"
"Sepertinya, tapi entahlah."
"Kenapa?"

Aku menatapnya yang langsung melewatiku dan mendorong tubuhku ke luar kamar mandi. Terlihat terburu-buru.

"Tegang.",jawaban singkat Eyson membuatku tertawa. Rupanya pria ini sedang ereksi dan harus segera menyelesaikannya.

"Mau kubantu?"
"Tidak perlu. Kau sarapan saja. Yang semalam sudah cukup."

...

Menjelang siang hari Leo dan Luisa terbangun. Saudara perempuan Eyson segera masuk ke kamar mereka. Eyson sendiri menahanku yang hendak akan menyusulnya.

"Biarkan saja. Kau disini saja. Kita lanjutkan pembicaraan kita."
"Tapi mereka pasti mencariku."
"Biar Varley yang membawa mereka kemari."

Aku melanjutkan perbincangan dengan Eyson. Eyson banyak bertanya tentang John dan bagaimana kehidupanku selepas kepindahanku dari sekolah kami dulu. Dia bahkan berkali-kali meminta maaf karena kejadian semalam.

"Tidak masalah. Lagipula tidak akan terjadi apapun. Aku juga salah karena tidak menolakmu, Eyson. Cukup jadi rahasia kita saja. Aku juga kemungkinan sedang hamil kan? Jadi sebanyak apapun kau tumpahkan sperma itu, tidak akan membuahkan hasil."
"Benar juga. Jika memang benar begitu. Selamat menyambut kehadiran anak kedua kalian."
"Anak ketiga, Eyson."
"Loh?"

Aku Hamil (Baby L) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang